# 7

33 7 1
                                    

Siang itu Darra duduk di kursinya dengan gelisah. Bel tanda istirahat sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu, tetapi murid-murid kelasnya masih duduk di tempatnya masing-masing. Pak Yanto, guru Sejarahnya, sedang kesal karena kelas itu tidak mengerjakan tugas kelompok dengan baik. Padahal hanya satu kelompok yang tidak mengerjakan tugas, tapi seluruh kelas yang terkena omelan.

Darra berkali-kali melirik jam di dinding. Ia sudah janjian dengan Dika untuk belajar di perpustakaan. Minggu depan sudah mulai Try Out dan mereka harus segera menyelesaikan kisi-kisi semua pelajaran. Kalau seperti ini, ia takkan sempat menyelesaikannya. Darra melirik ke pintu kelas dan melihat murid-murid kelas lain mengintip dengan penasaran dari luar. Dika pasti sudah menunggunya di perpustakaan.

Akhirnya begitu Pak Yanto keluar dari kelas, Darra langsung membawa buku-bukunya, dan bergegas pergi. Ia tidak menyadari Vina dan Sheila—salah satu teman ganknya—sedang menunggunya di depan kelas XI Sos 2. Mereka mengikuti Darra ke perpustakaan lalu berhenti di depan pintu saat Darra masuk.

"Dika enggak ada," kata Sheila pada Vina sambil menunjuk Abrar yang sedang duduk sendirian di salah satu meja.

"Iya, lah. Gue yang ngelarang dia ke sini," sahut Vina sambil melipat tangannya di depan dada dan bersandar di pintu perpustakaan. Ia mengawasi Darra dari kejauhan. "Lagian ngapain sih Dika ke sini terus. Biasanya juga enggak pernah belajar, sekarang tiap istirahat malah ketemuan sama si tukang cemberut itu."

"Biarin aja. Cuma Abrar, kok," kata Sheila sambil mengedikkan kepala ke arah Darra yang sedang berdiri di samping meja di sebelah Abrar. "Paling juga langsung diusir sama Abrar. Siapa sih yang berani dekat-dekat sama dia?"

Abrar mendongak begitu Darra mendekatinya. Rupanya ia tidak mengatakan apa-apa saat Darra duduk di seberangnya. Bahkan cowok itu terlihat menyahut saat diajak bicara oleh Darra. Padahal Abrar terkenal paling tidak suka didekati dan akan membentak siapapun yang berani menghampirinya. Bahkan walau hanya sekedar menyapa. Jadi tidak ada yang berani berurusan dengannya.

"Dika ke mana?" tanya Darra.

Abrar mengangkat bahu. "Dia cuma titip ini." Ia mendorong buku Bahasa Indonesia milik Dika ke arah Darra.

Darra memandang buku itu dengan perasaan kecewa. Padahal Dika yang mengajaknya ke sini. Memang sih, sudah beberapa hari ini mereka menghabiskan waktu istirahat sambil belajar. Mungkin Dika bosan dan ingin ngumpul bersama teman-temannya seperti biasa. Jadi Darra tidak berkomentar. Ia tetap di sana mengerjakan soal-soalnya bersama Abrar walaupun mereka mengerjakannya tanpa berbicara satu sama lain.

Vina dan Sheila yang terkejut buru-buru pergi mencari Dika. Rupanya cowok itu sedang berada di kelas XI Sos 6 bersama Ivan dan Fajri. Vina dan Sheila langsung menghampiri mereka.

"Kalian tahu Abrar sama si cemberut itu akrab?" tanya Vina sambil duduk di sebelah Dika.

"Si cemberut?" ulang Ivan bingung.

"Iya. Temannya Agung yang suka cemberut itu," jawab Vina tidak sabar.

"Ah, Andarra? Emangnya mereka kenapa?" tanya Fajri.

"Mereka di perpus berduaan," jawab Vina. "Tahu-tahu si cemberut nyamperin Abrar trus duduk bareng dia. Abrar juga enggak protes. Padahal kalau gue yang duduk di sebelahnya aja, dia ngedumelnya bisa berjam-jam."

"Kok gue enggak tahu ya kalau mereka akrab? Perasaan, mereka enggak pernah main bareng," kata Ivan.

"Enggak nyangka, ya. Diam-diam begitu ternyata pintar godain cowok," sahut Sheila. "Padahal dia udah dekat sama Agung yang enggak pernah dekat sama cewek, tapi tiap hari mereka pulang pergi ke sekolah bareng. Terus sempat deketin Dika juga, kan?"

Close To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang