# 25

23 5 4
                                    

"Bro, si Darra kan berantem sama Vina," kata Ivan sambil menyenggol lengan Agung.

"Serius, lo?" sahut Fajri kaget. "Padahal kelihatannya orangnya pendiam. Ternyata dia cemberut begitu emang karena galak, ya."

"Kan lagi pada ramai ngomongin dia," lanjut Ivan. "Tapi gue enggak percaya kalau mereka berantem. Gue lihat Vina baik-baik aja, enggak ada lecet. Kalau Darra mukanya sampai biru."

"Terus urusannya sama gue apa?" tanya Agung akhirnya. "Masa gue juga mesti ngurusin cewek-cewek yang berantem?"

"Kata Rin, mereka berantem pas Darra nungguin lo di gang pulang sekolah kemarin," jawab Emil.

"Gue juga udah kasih tahu sama Rin, ya. Darra emang ngajak gue pulang bareng, tapi gue enggak pernah bilang kalau gue mau pulang sama dia," kata Agung. "Lagian, gue enggak pernah ada urusan sama Vina. Paling-paling mereka berantem gara-gara dia, mana mungkin gara-gara gue."

Agung menunjuk Dika yang diam saja sejak tadi. Dika menoleh ke arahnya dengan wajah tidak terima.

"Jelas-jelas dia lagi nungguin lo. Kenapa jadi nyalahin gue," protes Dika.

"Udah, deh. Intinya, mereka ribut gara-gara kalian berdua," lerai Ivan. "Darra ketemu Vina pas lagi nunggu Agung dan Vina ngira dia lagi nunggu Dika. Itu yang gue dengar dari anak-anak yang liat mereka berantem. Kalau kemarin Agung nemuin Darra, Vina enggak akan salah paham. Dan kalau Dika bisa ngajarin Vina dengan benar, muka Darra enggak akan biru-biru kayak gitu."

Agung tidak menyahut. Setelah bel masuk berbunyi, ia langsung kembali ke kelasnya. Dilihatnya Darra yang sedang duduk bersama Rahmi sambil membalik-balik halaman bukunya. Agung langsung menghampirinya.

"Kamu berantem sama Vina?" tanya Agung.

Darra mendongak ke arah Agung. Di wajahnya memang terdapat luka lebam. Namun, Darra tidak menyahut dan kembali menekuni bukunya. Agung langsung menutup buku itu dengan kesal.

"Semua orang nyalahin aku karena kamu di sana nungguin aku. Emangnya kemarin aku bilang kalau aku mau pulang sama kamu? Enggak, kan? Kalau kamu nunggu di sana, itu kan salah kamu sendiri. Itu urusan kamu sama Vina, enggak usah nyalahin orang, dong!" sembur Agung, membuat teman-teman di kelasnya menoleh ke arah mereka.

Rahmi langsung berdiri. "Udah ah, Gung. Entar lagi aja diomonginnya. Malu didengar sama yang lain," bisik Rahmi sambil mendorong-dorong lengan Agung.

"Kenapa mesti malu, Mi?" balas Agung. "Semua orang ngomongin aku, ya mestinya mereka dengerin cerita yang sebenarnya. Enggak usah ada yang ditutup-tutupin."

"Iya, tapi nanti aja bahasnya. Sebentar lagi pelajaran dimulai," kata Rahmi.

Agung menoleh kembali ke arah Darra dan baru menyadari cewek itu sedang mendelik ke arahnya. Bibir Darra menipis dan Agung belum pernah melihat tatapan seperti itu sebelumnya. Maka Agung berbalik dan pergi ke mejanya sendiri. Ia mengawasi Darra dan merasa jengkel melihat cewek itu membuka bukunya kembali seolah tidak terjadi apa-apa.

~***~

Darra mengintip ke kelas XI Sos 5. Sepertinya Rin tidak ada di kelasnya. Mungkin dia sedang bersama Emil. Namun, kemudian Darra baru menyadari Dika ada di mejanya bersama Vina. Vina terdengar heboh menceritakan kejadian kemarin pada Dika. Darra menghela napas. Sudah pasti semua yang keluar dari mulut Vina adalah karangan belaka. Apa sekarang Vina mau membuat Dika juga memakinya seperti Agung?

Darra berbalik lalu pergi ke perpustakaan. Ia melihat ada yang duduk di meja favoritnya di sudut. Namun, Darra tetap pergi ke meja itu lalu duduk di sana. Ia membuka buku catatannya untuk mengerjakan tugas dengan buku yang dipinjam dari Rin.

Close To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang