Dika melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju lantai dua. Namun, ia tidak pergi ke kelasnya, melainkan menuju kelas XI Sos 4. Ia berpura-pura lewat sembari mengintip ke dalamnya. Kelas itu kosong. Memang kebanyakan murid-murid lebih senang menonton pertandingan futsal di lapangan, atau tidak berangkat sekolah sama sekali karena sudah tidak ada kegiatan belajar.
Dika memutar balik lalu kembali turun ke lantai satu. Ia meneruskan langkahnya menuju perpustakaan. Ia yakin Darra ada di sana. Gadis itu tidak suka keramaian, jadi tidak mungkin dia berada di lapangan. Kalau tidak ada di sana, berarti Darra tidak berangkat sekolah.
Itu dia. Dika menghampiri meja di sudut ruangan. Gadis itu sudah tidak terlihat kaget dengan kedatangan Dika.
"Kemarin Agung nyariin kamu," kata Dika sambil duduk di hadapan Darra.
"Aku belum ketemu dia hari ini," kata Darra. "Kamu lihat dia, enggak?"
"Agung hari ini enggak masuk. Ada urusan sama ibunya," jawab Dika. "Kenapa?"
"Enggak apa-apa. Aku enggak enak, kemarin dia ngajak pulang bareng, tapi aku enggak bisa."
"Jadi kemarin kamu enggak jadi pulang bareng Agung?"
Darra menggeleng. "Aku pulang duluan. Makanya aku enggak enak karena enggak bilang."
"Enggak apa-apa. Pasti dia ngerti, kok."
Darra terlihat berpikir sebentar. "Ka, kamu ngerti soal HP, kan?"
Dika mengangguk. "Kenapa?"
"Kemarin aku baru ganti HP, tapi aku enggak ngerti cara pakainya."
"Kamu bawa HP-nya?"
Darra mengangguk. Ia mengaduk-ngaduk tasnya kemudian mengeluarkan smartphone dari dalamnya.
"Kontak dari kartu aku enggak muncul di buku teleponnya. Jadi aku bingung cara pakainya," kata Darra sambil menyodorkan ponselnya ke arah Dika.
Dika tersenyum dengan kepolosan Darra. "Gini aja. HP kamu nanti aku bawa pulang, ya. Nanti aku pasangin aplikasi, terus aku ajarin cara pakainya."
"Tapi kayaknya besok aku enggak berangkat," kata Darra. "Aku males, enggak ngapa-ngapain di sekolah."
Dika berpikir sebentar. "Ya udah, besok aku anterin ke rumah kamu. Kita ketemuan di taman dekat rumah kamu aja," tambah Dika buru-buru begitu melihat Darra hendak protes.
"Jam berapa?" tanya Darra.
"Ya, terserah kamu bisanya jam berapa."
"Kalau HP-nya dibawa kamu, aku mau ngabarin kamunya gimana?"
"Ya udah, kamu bawa HP aku aja."
Dika merogoh saku celananya lalu mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada Darra.
"Enggak apa-apa nih, aku pakai HP kamu?" tanya Darra ragu. "Nanti kalau ada yang hubungin kamu, gimana?"
"Enggak ada yang hubungin aku, kok. Kalau mama aku yang telepon, kamu angkat aja."
Darra menerima ponsel Dika dengan wajah tersipu. "Oke."
~***~
Malam itu Dika duduk di kasurnya sambil menyalakan ponsel Darra. Ia akan menggunakan jaringan wifi rumahnya untuk memasang aplikasi di ponsel itu. Kira-kira aplikasi apa yang cocok untuk Darra, ya?
Begitu ponselnya menyala, tiba-tiba benda itu berbunyi terus-menerus. Rupanya pesan-pesan yang selama ini tertunda karena nomor Darra mati, mulai masuk tanpa henti. Kebanyakan pesannya dari Agung. Mau tidak mau Dika penasaran untuk melihat isinya. Tiga di antaranya dikirim kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Close To You
Genç KurguDarra hidup di sebuah panti asuhan sejak kecil. Saat dewasa, mau tidak mau ia harus meninggalkan tempatnya dibesarkan, dan pindah ke kota lain dengan keluarga barunya, yang ternyata tidak menerima kehadiran Darra di tengah-tengah mereka. Namun, kemu...