Pagi itu setelah mandi dan berganti pakaian, Darra menunggu Rin, Rahmi, dan Maya di depan kamarnya sambil memandang ke arah taman di bawahnya. Dilihatnya beberapa murid menceburkan diri ke kolam renang, padahal airnya sangat dingin. Tanpa sadar Darra mencari Dika di antara murid-murid itu. Ia melihat Fajri dan Emil di sana, tapi tidak ada Dika.
"Ra, udah dari tadi?"
Darra menoleh dan melihat Rahmi menghampirinya. Rahmi menggamit lengan Darra lalu menggandengnya.
"Kamu udah sehat? Katanya semalam sakit?" tanya Rahmi saat mereka berjalan menuju kamar Rin dan Maya. Darra langsung menoleh ke arah Rahmi dengan bingung.
"Kok kamu tahu?" Darra balik tanya.
"Pas lari pagi tadi Pak Rudi ngeledekin Dika terus. Katanya Dika nemenin kamu di ruang kesehatan semalaman. Jadinya yang lain ikut ledekin dia juga deh," tutur Mia.
Darra tercengang. Bukankah itu artinya semua jadi mengetahui hubungannya dengan Dika? Astaga, apa yang harus dia katakan jika ada yang bertanya padanya?
"Kenapa kamu enggak ngasih tahu kita kalau semalam kamu sakit?" tanya Rin saat mereka pergi ke aula untuk sarapan.
"Aku enggak enak. Udah tengah malam soalnya," jawab Darra.
"Tapi kamu ngasih tahu Dika," tuntut Maya.
"Aku enggak ngasih tahu dia, kok," balas Darra. "Dia yang datang sendiri. Katanya Agung yang ngasih tahu."
Sepanjang sarapan, Darra berkali-kali menoleh ke arah pintu untuk melihat kalau-kalau Dika datang. Namun, cowok itu tidak terlihat batang hidungnya. Padahal semua teman-temannya datang untuk sarapan.
Setelah sarapan, semua murid pergi ke gedung paling ujung untuk mengikuti sesi Listening selama dua jam. Sebenarnya Darra ingin memanfaatkan kesempatan itu untuk bicara dengan Dika yang satu kelompok dengannya. Namun, rupanya mereka tidak duduk sesuai kelompok, dan Darra duduk berjauhan dengan meja Dika.
Darra sedang berkonsentrasi mendengarkan percakapan melalui speaker saat tiba-tiba sebuah gumpalan kertas mendarat di mejanya. Ia langsung menoleh untuk mencari siapa yang melemparnya. Rudi yang duduk di sebelah meja Darra memberi isyarat ke arah Sheila. Darra mengambil kertas itu lalu membukanya.
Jam bebas nanti temui gue di taman luar.
Darra kembali meremas kertas itu sambil mengernyitkan dahi. Ia bahkan tidak tahu di mana taman luar berada. Darra tidak memedulikannya dan kembali berkonsentrasi pada pelajarannya.
Setelah sesi Listening berakhir, Darra pergi ke kamarnya untuk menyimpan buku-bukunya. Kemudian ia kembali keluar karena sudah janjian dengan teman-temannya untuk bermain ayunan di taman selama jam bebas. Namun, Darra kaget ketika melihat Sheila sudah berdiri di depan pintu kamarnya.
"Lo kira gue main-main ya?" sembur Sheila tiba-tiba.
"Aku enggak tahu taman luar di mana," balas Darra.
"Ya udah, ikut gue aja!" Sheila menarik lengan Darra lalu membawanya turun.
Darra tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya mengikuti Sheila hingga keluar dari gerbang wisma. Ia tidak memikirkan apa keperluan Sheila dengannya dan justru melihat dengan takjub ke arah beberapa orang temannya yang menyewa kuda untuk berkeliling.
Sementara itu, Maya yang sedang berada di taman bersama Rin dan Rahmi rupanya melihat Darra dan Sheila dari kejauhan.
"Eh, eh, itu ngapain Sheila nyeret-nyeret Darra segala?" bisik Maya sambil menunjuk ke arah gerbang. Teman-temannya ikut menoleh ke arah yang ditunjuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Close To You
Teen FictionDarra hidup di sebuah panti asuhan sejak kecil. Saat dewasa, mau tidak mau ia harus meninggalkan tempatnya dibesarkan, dan pindah ke kota lain dengan keluarga barunya, yang ternyata tidak menerima kehadiran Darra di tengah-tengah mereka. Namun, kemu...