# 13

24 6 3
                                    

Darra melangkah sambil mencengkeram buku di pelukannya erat-erat. Dadanya berdebar lebih cepat dari biasanya. Begitu tiba di kelas XI Sos 5, ia mengintip ke dalamnya dengan hati-hati. Kosong. Hanya ada Abrar sedang tidur dengan kepala menelungkup di atas mejanya.

Haruskah ia menitipkan bukunya saja ke Abrar? Darra mendekat lalu berhenti di depan meja di barisan paling belakang. Ia baru saja hendak membangunkan Abrar ketika mendengar napas cowok itu memburu. Darra mengernyitkan dahi. Ia membungkuk dan menyadari keringat yang mengucur di dahi Abrar.

Darra menyentuh lengan Abrar dengan hati-hati. Panas sekali. "Abrar."

Abrar terlonjak kaget dan menepis tangan Darra. Ia mendelik lalu kembali ke posisinya semula. "Apa?"

"Kamu sakit?" tanya Darra.

"Enggak."

"Badan kamu panas. Ke UKS, yuk!"

"Enggak usah," tukas Abrar.

"Kenapa? Kalau kamu sakit, nanti enggak bisa pulang."

"Biarin. Sana, pergi."

Namun, karena Darra terus memaksa, akhirnya Abrar menurutinya. Ia mengikuti Darra dan menolak dituntun, walau sesekali Darra harus memeganginya karena cowok itu terhuyung.

Setibanya di ruang kesehatan, untunglah sedang ada petugas di sana. Mereka memeriksa Abrar dan memberikan obat penurun panas.

"Istirahat di sini dulu, ya. Untuk sementara izin enggak ikut pelajaran," kata seorang petugas sambil menuliskan surat izin lalu memberikannya pada Darra.

Darra menerima surat itu lalu menoleh ke arah Abrar yang sedang berbaring di tempat tidur. "Kamu enggak apa-apa kan aku tinggal?" tanyanya.

"Enggak apa-apa. Saya tungguin di sini, kok," sahut petugas yang lain yang sedang merapikan kotak obat.

Setelah menggumamkan terima kasih, Darra pergi keluar dari ruang kesehatan. Kemudian dilihatnya Agung dan Dika sedang berdiri di depan kelasnya sambil celingukan.

"Itu dia," kata Agung sambil menunjuk Darra.

"Ada apa?" tanya Darra sambil berhenti di depan mereka.

"Kamu bawa Abrar?" tanya Agung.

Darra mengangguk. "Kok kamu tahu?"

"Aku lihat buku yang kamu pinjam ada di mejanya Abrar," jawab Dika. "Terus sekarang dia di mana?"

"Tadi udah minum obat terus disuruh istirahat di UKS. Oh iya, ini surat izinnya." Darra menyodorkan surat tadi pada Dika.

"Ya udah. Aku sama Dika lihat kondisi Abrar dulu, ya. Makasih." Agung bergegas pergi menuju ruang kesehatan sementara Dika menyusul di belakangnya.

Darra masuk ke kelasnya. Rupanya ada Rin dan Maya yang sedang mengobrol dengan Rahmi. Mereka membicarakan mengenai Rin yang sudah jadian dengan Emil.

"Masa udah pacaran seminggu enggak bilang-bilang. Parah banget, kan?" cetus Maya meminta persetujuan Darra.

"Aku udah tahu, kok," kata Darra. Maya terbelalak.

"Sejak kapan?!" tanya Maya tidak percaya.

"Waktu mereka baru jadian," jawab Darra polos. Sebuah pukulan langsung mendarat di lengan Rin, membuatnya menjerit kesakitan.

"Ih, elo suka enggak ngira-ngira kekuatan elo sendiri sih, May!" gerutu Rin.

"Lagian, waktu susah-susahnya deketin Emil, elo curhatnya ke gue terus. Giliran udah jadian, malah gue orang yang terakhir tahu," protes Maya.

Close To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang