# 26

26 4 10
                                    

"Tapi, Ra, kok aku lihat akhir-akhir ini kamu enggak pernah minjam buku Dika lagi?" tanya Rin. "Kamu malah pernah marah pas aku minjamin buku Dika buat kamu."

Darra terdiam. Ia tidak yakin harus menceritakan hal-hal semacam itu juga pada teman-temannya.

"Kamu enggak usah malu. Kita kan juga udah tahu rahasia yang enggak kamu ceritain ke Agung," kata Maya setelah melihat ekspresi Darra.

"Iya. Lagian, kalau bukan ke kita, kamu mau cerita ke siapa lagi?" sahut Rahmi.

Darra menghela napas. "Sebenarnya bukan masalah besar, sih," jawab Darra. "Ceritanya, waktu sebelum liburan kemarin Dika ngajak aku nonton. Terus filmnya baru mulai, ada yang nelepon ke HP-nya Dika. Dia keluar dan enggak balik-balik lagi. Terus pas filmnya udah selesai, dia baru ngabarin kalau ada urusan dan harus pergi."

"Ke mana?" tanya Maya. Darra mengangkat bahu.

"Dia ngasih tahu pergi sama siapa?" tanya Rin.

Darra menggeleng. "Tapi aku lihat nama peneleponnya." Ia melirik teman-temannya. "Vina."

~***~

Begitu bel tanda istirahat berbunyi, Darra menutup buku-bukunya, lalu menunggu hingga gurunya keluar dari kelas. Setelah itu ia membawa buku pelajaran di tangannya dan pergi ke kelas XI Sos 5. Ivan dan Fajri menyapanya saat mereka berpapasan, kemudian akhirnya Abrar keluar dari kelas.

"Mau ke kantin?" tanya Abrar sambil menerima buku yang disodorkan.

Darra meliriknya lalu menggeleng. "Aku mau ke perpustakaan aja."

"Kamu kan enggak sarapan tadi. Ayo ke kantin, nanti aku beliin mie. Tunggu dulu di sini."

Abrar masuk ke kelasnya untuk menaruh bukunya. Setelah itu ia kembali bersama Dika di belakangnya. Darra bertemu pandang dengan Dika.

"Ayo." Abrar mendorong bahu Darra dengan telunjuknya agar berbalik.

Darra mengikuti Abrar ke kantin. Cowok itu memesan dua mangkuk mie dan es teh lalu mengajak Darra ke sebuah meja yang sudah diisi oleh teman-temannya.

"Wah, gue enggak tahu kalau Abrar bisa dekat sama cewek juga," goda Ivan.

"Siapa?" tanya Abrar sambil mengunyah mienya.

Ivan mengedikkan kepala ke arah Darra. Darra mengaduk mienya dengan gugup. Tepat saat itu Dika juga duduk di meja mereka sambil membawa sepiring siomay.

"Gue dengar sekarang lo juga sering minjamin buku ke Darra," sahut Emil.

"Bukannya biasanya Dika yang minjamin?" tanya Fajri. Darra melirik Dika dengan canggung.

"Mau pinjam sama siapa aja, yang penting dia bisa ikut belajar," jawab Abrar akhirnya.

Fajri menoleh. "Itu tuh yang tumben sekarang kelihatan dekat sama cewek—selain sama Darra."

Teman-temannya ikut menoleh. Agung terlihat sedang mengobrol dengan seorang cewek manis bertubuh mungil di depan penjual bubur ayam. Agung menoleh ketika Ivan memanggilnya. Kemudian ia bersama cewek itu menghampiri meja mereka sambil membawa mangkuknya masing-masing.

"Tumben makan bubur ayam, Gung," kata Ivan.

"Riya lagi pengen makan bubur," jawab Agung sambil menarik salah satu kursi dan menyuruh cewek itu duduk di sana. "Lo tunggu di sini dulu, ya. Gue ambil teh manisnya dulu."

Begitu Agung pergi, teman-temannya langsung memberondong cewek bernama Riya itu dengan bermacam-macam pertanyaan. Riya terlihat canggung hingga akhirnya Dika menyuruh mereka berhenti mengganggunya.

Close To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang