Darra berbaring di karpet di ruangannya. Akhirnya ia bisa beristirahat setelah Aline membuatnya seharian bekerja. Perutnya melilit dan tubuhnya gemetar karena tidak makan sejak kemarin siang. Aline sedang marah dengannya karena meminta uang pada Papa dan menghukumnya dengan tidak mengijinkannya keluar ruangan. Aline baru akan membukakan pintu untuk Darra jika ia membutuhkan sesuatu. Dan karena ini hari Minggu, Aline membuat Darra membersihkan seluruh rumah tanpa memberinya makan. Bahkan saat Darra membuat sarapan dan makan siang, Aline mengawasinya untuk memastikan Darra tidak memakan makanannya walaupun sedikit. Karena lapar dan lelah, jadi Darra memperbanyak minum air putih. Untunglah pukul sembilan malam Aline pergi. Darra memutuskan untuk tidur dan tidak sempat belajar walaupun besok ia harus mengikuti ujian semester.
Namun, ketika Darra terbangun keesokan paginya, ternyata pintu ruangannya masih terkunci. Darra mencoba mengetuk-ngetuk pintu sambil memanggil-manggil Aline, tetapi tidak ada jawaban. Darra mulai panik. Ia bahkan tidak tahu jam berapa sekarang karena ponselnya mati setelah Aline melemparnya dari balkon lantai dua. Darra tidak bisa keluar, ia tidak bisa menghubungi siapapun, dan tidak akan ada yang tahu kalau dia mati kelaparan di sini. Darra mulai terisak.
Kemudian Darra mendengar suara pintu terbuka, disusul suara batuk kakaknya. Darra langsung melompat bangun dan menggedor-gedor pintu ruangannya.
"Mas! Mas! Tolong bukain pintunya!" panggil Darra.
Sunyi. Darra merasa cemas. Apakah kakaknya juga akan mengabaikannya?
"Enggak ada kuncinya." Akhirnya terdengar kakaknya menyahut dari luar.
"Sama Tante?"
"Mama belum pulang."
Darra langsung berpikir cepat. "Oh, iya. Coba di kamar Tante, di atas meja rias," kata Darra. Kemarin ia melihat Aline meletakkan kuncinya di situ saat Darra sedang membersihkan kamar mandi di kamarnya.
Terdengar suara langkah kaki menjauh. Darra berdoa dalam hati, semoga Aline tidak membawa kunci ruangannya pergi bersamanya. Ia kembali mendengarkan dengan saksama dan hampir menjerit kesal karena mendengar suara shower dari sebelah kanannya. Kamar mandi persis di sebelah ruangannya, hanya terpisah oleh tangga. Jadi Darra bisa mendengar saat kakaknya mandi dan kembali ke kamarnya. Astaga, apakah kakaknya sengaja? Atau memang ia tidak bisa menemukan kuncinya?
Akhirnya Darra menyerah. Ia kembali berbaring di karpetnya sambil menekuk lututnya. Perutnya terasa perih dan ngilu hingga membuatnya mual. Padahal jika ia pergi sekolah, setidaknya ia bisa membeli makanan. Sekarang ia bahkan tidak bisa ikut ujian juga.
Darra merasa ia sudah hampir tertidur ketika kemudian mendengar suara kunci diputar dari luar, disusul suara langkah sepatu menuruni tangga. Jadi memang kakaknya menemukan kuncinya, tetapi memilih untuk bersiap berangkat ke sekolah lebih dulu. Darra bangkit, lututnya gemetar ketika ia mencoba berdiri. Napasnya terasa sesak dan ia bersandar ke tembok selama beberapa saat sebelum akhirnya melangkah keluar ruangan. Dilihatnya jam di dinding menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Darra harus bergegas agar tidak terlambat.
~***~
Agung memasuki ruangan kelasnya lalu melihat ke meja di belakangnya. Darra masih belum datang. Apa dia sedang bersama Rahmi di ruangan sebelah? Tadi Agung tidak melihatnya seperti biasa, dan ia menunggu cukup lama di terminal, tetapi Darra tidak kunjung datang. Nomornya juga tidak bisa dihubungi. Karena tidak ingin terlambat ikut ujian, Agung terpaksa meninggalkannya dengan harapan gadis itu sudah berangkat lebih awal.
Namun, hingga pengawas ujian masuk dan membagikan soal, Darra masih belum terlihat juga. Agung mulai cemas. Mungkinkah Darra sakit? Atau sesuatu terjadi padanya? Setelah ujian berlangsung selama sepuluh menit, akhirnya Agung bisa menghela napas lega begitu melihat Darra berlari memasuki ruangan. Gadis itu menyerahkan surat izin masuk kepada pengawas, lalu mengambil soal dan lembar jawaban, dan duduk di meja di belakang Agung. Ingin sekali Agung berbalik dan bertanya padanya, tetapi ia mengurungkan niatnya karena takut dikira meminta sontekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Close To You
Teen FictionDarra hidup di sebuah panti asuhan sejak kecil. Saat dewasa, mau tidak mau ia harus meninggalkan tempatnya dibesarkan, dan pindah ke kota lain dengan keluarga barunya, yang ternyata tidak menerima kehadiran Darra di tengah-tengah mereka. Namun, kemu...