# 31

21 5 15
                                    

Saat jam istirahat pertama, kelas XII Sos 3 kosong karena murid-muridnya telah ikut serta memenuhi kantin. Sementara itu Darra lebih memilih duduk di kelas dan menyalin catatan miliknya ke buku Abrar, karena lengan cowok itu belum pulih.

Darra mendongak saat melihat ada yang berjalan menuju kelasnya. Begitu melihat Darra menyadari kedatangannya, Abrar memberi isyarat agar Darra menghampirinya. Darra merapikan buku-bukunya lalu mendatangi Abrar.

"Kenapa?" tanya Darra sambil menjejeri langkah Abrar.

"Bantu aku bawain buku," jawab Abrar singkat.

Darra mengikuti Abrar menuruni tangga. Ia tidak mengerti membawakan buku apa yang dimaksud. Namun, setelah melihat Abrar menuju koperasi, Darra baru mengerti bahwa Abrar hendak membeli buku-buku pelajaran yang sudah keluar hari ini.

Mereka berdiri di depan etalase bersama murid-murid lain yang sedang mencatat harga setiap bukunya. Darra mengambil daftar buku itu dan membaca harganya satu persatu. Rasanya ia mulai stres karena memikirkan berapa banyak lagi buku yang harus dicicilnya. Rin dan Dika kini sekelas dengannya, jadi Darra tidak lagi bisa meminjam buku mereka.

"Kamu mau lihat harganya dulu?" tanya Darra sambil menyodorkan daftar harga pada Abrar. Abrar hanya melihat sekilas pada daftar itu.

"Ini bukunya udah ada semua, Bu?" tanya Abrar pada Bu Susi.

"LKS sudah ada semua. Kalau buku materi yang baru ditandain saja," jawab Bu Susi sambil menunjukkan tanda centang dengan spidol berwarna merah di samping daftar nama buku.

Darra termenung. Ia sedang sibuk menghitung jumlah LKS yang harus dibelinya dengan sisa uang di dompetnya. Darra tidak tahu apakah Pak Dimas akan datang untuk membawakan titipan uang dari papanya.

Darra tersentak saat Abrar menyikut lengannya. Ia memandang Abrar dengan bingung saat cowok itu menyodorkan dompetnya yang terbuka ke arah Darra.

"Aku enggak bisa ambil uangnya," kata Abar.

Darra mengintip nota yang sedang ditulis oleh Bu Susi. Ia terperanjat melihat nominalnya. Astaga, kalau buku-bukunya belum lengkap saja sudah semahal ini, bagaimana jika semua bukunya sudah ada?

Setelah Bu Susi menyodorkan nota, Darra mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu dari dompet Abrar lalu menyerahkannya pada Bu Susi. Ia juga menerima uang kembalian lalu memasukkannya ke dalam dompet Abrar. Bu Susi menyodorkan dua kantong kresek berisi buku pada Darra yang langsung menerimanya dan pergi untuk memberi kesempatan pada murid lain yang ingin membeli buku.

"Terus nanti bawa pulangnya gimana?" tanya Darra pada Abrar sambil menenteng kantong kresek di kedua tangannya.

"Ya digantung di motor. Nanti minta bawain sama Agung," jawab Abrar.

Memang, Agung selalu datang untuk menjemput dan mengantar Abrar ke sekolah selama Abrar sedang sakit. Namun, dengan begitu Darra jadi harus lebih berhati-hati saat keluar dari rumah. Ia harus memastikan tidak berpapasan dengan Agung saat hendak berangkat sekolah juga.

Abrar berbelok ke kantin untuk membeli beberapa bungkus roti. Setelah itu ia menghampiri teman-temannya yang sedang makan di salah satu meja. Mau tidak mau, Darra mengikutinya.

"Habis dari mana berduaan?" tanya Fajri sambil memandang Darra dan Abrar bergantian.

"Beli buku di koperasi. Mumpung belum terlalu ramai," jawab Abrar.

"Wah, lo keterlaluan, sih. Masa Darra disuruh-suruh bawain buku lo segala," protes Ivan.

"Lah, tangan gue jadi sakit gara-gara siapa?" balas Abrar.

Close To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang