# 10

28 5 1
                                    

Darra menenteng barang-barang belanjaannya lewat pintu samping. Ketika ia masuk ke dapur, rupanya Aline sudah menunggunya di sana.

"Gaya banget pulangnya naik taksi," kata Aline ketus. "Punya uang dari mana? Pakai duit saya, ya?"

"Enggak, Tante. Tadi saya ketemu teman terus diongkosin," jawab Darra sambil mengeluarkan struk belanjaan beserta uang kembaliannya lalu menyerahkannya pada Aline.

"Disuruh belanja, malah main dulu!" tukas Aline sambil menyambar uang di tangan Darra lalu menghitungnya. "Terus kamu kasih tahu teman kamu kalau kamu numpang di sini?"

Darra menggeleng. "Enggak, Tante. Tadi cuma ketemu di sana, enggak diantar sampai rumah."

"Awas ya kalau sampai teman kamu ada yang datang ke sini," ancam Aline sambil mengantongi uangnya. "Sana, beresin belanjaannya, terus sapu halaman depan!"

Darra menurutinya. Ia bergegas membongkar kantong-kantong belanjaan dan menyimpannya di tempat masing-masing. Setelah itu ia ke depan untuk menyapu halaman, disusul menyikat kamar mandi di lantai bawah dan lantai atas, lalu menyetrika pakaian.

Saat Darra hendak mengantarkan pakaian yang sudah disetrika ke kamar kakaknya, dilihatnya pintu kamar itu sedikit terbuka. Jadi ia berdiri di depannya lalu mengetuk pintunya dengan hati-hati.

"Hm?" terdengar suara kakaknya dari dalam.

"Aku bawa baju bersih," kata Darra.

"Masuk aja."

Darra membuka pintunya perlahan lalu masuk ke kamar itu. Dilihatnya kakaknya sedang duduk di kasur sambil menonton sesuatu dari laptopnya. Darra buru-buru menunduk, menjaga pandangannya. Ia tidak ingin cowok itu salah paham dan mengadukan macam-macam pada Aline.

Darra menghampiri lemari lalu membukanya. Ketika ia akan memasukkan pakaian, dilihatnya sebungkus rokok di dalamnya. Darra meraihnya lalu mengguncangnya. Masih ada isinya. Darra memeriksanya sambil mengernyitkan dahi. Kenapa bisa ada rokok di sini?

"Kerja aja, enggak usah periksa-periksa barang orang lain!"

Darra tersentak begitu kakaknya menendang pintu lemari sambil melewatinya. Ia keluar dari kamar sambil membanting pintunya. Darra buru-buru menyimpan bungkusan rokok tadi di lemari lalu memasukkan pakaian-pakaian bersih yang dibawanya. Ia bergegas keluar dari kamar sebelum Aline menyemprotnya karena telah membuat anaknya marah-marah. Untunglah kelihatannya cowok itu tidak mengatakan apa-apa pada ibunya.

Setelah itu Darra sibuk di dapur untuk menyiapkan makan malam. Namun, sebagai hukuman karena bertemu teman saat berbelanja, Aline melarang Darra makan. Bahkan ia mengawasi Darra saat merapikan meja makan dan mencuci piring untuk memastikan Darra tidak mengambil sisa-sisa makanan mereka.

Darra baru pergi ke ruang tidurnya pukul sebelas malam. Ia sedang merapikan buku-buku pelajaran untuk jadwal besok ketika menyadari ponselnya berkedip-kedip sejak tadi. Darra mengeceknya, ada lebih dari lima belas panggilan tidak terjawab. Rupanya Agung mencoba menghubunginya sejak sore tadi. Ia mengirimkan pesan kepada Agung. Tidak sampai semenit kemudian ponselnya bergetar.

"Ada apa, Gung?" tanya Darra, menjawab teleponnya.

"Kamu belum tidur?" tanya Agung dari seberang.

"Baru mau tidur," jawab Darra. "Maaf ya, tadi habis pulang aku sibuk. Jadi HP-nya aku tinggal di kamar."

"Ooh. Aku kira kamu marah sama aku."

"Marah kenapa?"

"Soal mamaku tadi siang."

"Ooh, enggak, kok. Aku enggak marah sama kamu atau mamamu,"

Close To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang