"Ka, lo bawa HP, enggak?"
Dika yang sedang menggambar di mejanya, langsung mendongak ke arah Lisa. "Bawa. Kenapa?"
"Gue lupa nyimpan HP gue di mana. Gue pinjam HP lo sebentar, dong," pinta Lisa.
"HP lo di-silent, enggak? Nanti kalau ditelepon, enggak kedengeran," tanya Dika sambil merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponselnya.
"Iya, sih, tapi kalau ada getar-getar kan pasti kedengaran juga," jawab Lisa sambil menerima ponsel yang disodorkan oleh Dika. "Pinjam dulu, ya!"
Dika mengangguk lalu menoleh ke arah meja Darra yang kosong. Tadi Darra dan Rin dipanggil ke ruang kepala sekolah. Ada apa, ya? Apa ada hubungannya dengan mereka yang tadi dihukum karena datang terlambat?
Sementara itu Lisa pura-pura mengutak-utik ponsel Dika sambil melangkah keluar dari kelas. Ia membawanya ke arah kelas XII Sos 2 dan menuju Vina, Sheila, dan Carla yang sedang menunggunya di depan kelas itu.
"Dapat?" tanya Vina begitu Lisa menghampirinya.
"Iya, tapi buat apaan, sih?" Lisa balik tanya.
"Gue ada urusan sebentar. Kalau gue yang pinjam, nanti Dika enggak mau ngasih," jawab Vina.
"Tapi jangan dibuat macam-macam, ya. Nanti gue yang kena masalah," kata Lisa, setengah tidak percaya pada Vina.
"Iya, tenang aja," balas Vina sambil mengulurkan tangannya.
Lisa menyodorkan ponsel Dika pada Vina yang langsung melihat-lihat isinya bersama kedua sahabatnya.
"Ini, nih. Kontaknya Andarra," bisik Sheila sambil menunjuk ke layar ponsel Dika.
"Isinya apa, ya?" gumam Vina. Kemudian ia sudah sibuk mengetikkan sesuatu di ponsel Dika. "HP-nya si Cemberut udah sama lo, kan?"
Carla mengangguk. "Gue kirimnya kalau HP-nya Dika udah dikembaliin."
Vina mengangguk-angguk. Jarinya sibuk menelusuri galeri foto di ponsel Dika hingga berhenti di salah satu foto. "Lihat, nih. Dika bisa punya foto kayak gini."
Sheila dan Carla ikut melongok ke layar ponsel Dika yang menunjukkan foto Darra sedang duduk di perpustakaan sambil membaca sebuah buku. Kelihatannya Dika sedang ada di depan Darra saat foto itu diambil dan Darra tidak mengetahuinya.
"Mau gue hapus aja rasanya," sungut Vina.
"Jangan," sergah Carla. "Nanti Dika malah curiga kalau ada foto yang hilang."
Vina merengut. Setelah itu ia mengembalikan ponsel Dika pada Lisa. "Nih. Jangan bilang-bilang sama Dika, ya. Makasih."
Lisa mengambil ponsel itu lalu membawanya kembali ke kelas. Dika masih sibuk dengan gambarnya saat Lisa menghampirinya.
"Ketemu?" tanya Dika sambil menerima ponselnya kembali.
"Ketinggalan di rumah ternyata," jawab Lisa sambil nyengir. "Makasih, ya."
Dika mengangguk kemudian Lisa pergi meninggalkannya. Baru saja Dika menyimpan ponselnya di kolong meja ketika tiba-tiba ponselnya bergetar. Dika kembali mengeluarkannya lalu melihat pesan dari Darra.
Pulang sekolah nanti tunggu aku di kelas. Ada yang mau aku omongin.
Dika mengernyitkan dahi. Ia mengira Darra tidak lagi ingin bicara dengannya. Kali ini apa? Mungkinkah akhirnya Darra ingin mendengarkan penjelasannya? Dika harus memanfaatkan kesempatan ini dengan baik.
Maka begitu PM hari itu selesai, Dika merapikan buku-bukunya seraya sesekali melirik ke arah Darra. Pasti Darra menunggu kelas sepi seperti biasa. Lagi pula, mana mungkin dia mau bicara di depan teman-temannya. Namun, setelah kelas berangsur-angsur sepi, dilihatnya Darra keluar dari kelas. Apa mereka tidak jadi bicara? Ah, barangkali Darra hanya ingin mengembalikan buku jurnal kelas ke meja piket. Jadi Dika tetap duduk di tempatnya. Ia juga sudah memberi tahu Emil untuk menunggunya di luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Close To You
Teen FictionDarra hidup di sebuah panti asuhan sejak kecil. Saat dewasa, mau tidak mau ia harus meninggalkan tempatnya dibesarkan, dan pindah ke kota lain dengan keluarga barunya, yang ternyata tidak menerima kehadiran Darra di tengah-tengah mereka. Namun, kemu...