# 8

30 6 6
                                    

Pagi itu Darra duduk di bus dengan buku catatan di tangannya. Hari itu hari pertama Try Out dan semalam Aline membuatnya sibuk hingga ia tidak bisa belajar. Darra agak cemas karena mata pelajaran pertama Geografi dan ia tidak terlalu menguasai pelajaran itu.

Agung yang duduk di sebelah Darra sibuk mengaduk-ngaduk tasnya. Ia menyenggol lengan Darra. Darra menoleh dan melihat papan ujian yang disodorkan oleh Agung.

"Apa ini?" tanya Darra.

"Papan ujian," jawab Agung.

"Aku tahu," kata Darra sambil kembali menekuni bukunya. Namun, Agung menjejalkan papan itu di tangan Darra.

"Ini buat kamu pakai nanti," kata Agung. Ia mengulurkan tangannya. "Sini tangan kamu."

Darra mengulurkan tangannya. Agung meletakkan satu set bungkusan berisi dua buah pensil mekanik, satu kotak isi pensil mekanik, serta penghapus. Darra berusaha menolak dengan menarik tangannya, tetapi Agung menahannya.

"Kemarin aku pergi beli peralatan tulis. Masa aku cuma beli satu pensil sama penghapus. Jadi aku beliin kamu sekalian," kata Agung.

"Makasih ya," gumam Darra sambil memasukkan bungkusan itu ke tasnya. Ia memang berencana membeli pensil di koperasi nanti. "Nanti aku ganti."

"Enggak usah," kata Agung. "Kan tadi aku bilang aku beliin kamu."

"Makasih," kata Darra lagi.

Saat mereka tiba di sekolah, teman-teman Agung sedang duduk di depan gerbang seperti biasa. Dika terlihat duduk di antara mereka dengan buku catatan di tangannya. Cowok itu mendongak dan melambaikan tangan sambil tersenyum ke arah Darra. Darra hanya menunduk dan bergegas masuk ke sekolah sementara Agung menghampiri teman-temannya.

Setelah bel tanda masuk berbunyi, semua murid masuk ke ruangan masing-masing. Ruangan Darra dicampur dengan murid kelas X. Darra duduk bersama anak cowok yang kelihatannya sama sekali tidak belajar. Sepanjang ujian anak itu hanya menggambar-gambar kertas soalnya sambil sesekali melirik ke teman di kanannya, meminta contekan. Darra hanya melengos melihatnya.

Setelah Try Out berjalan selama setengah jam, tiba-tiba Bu Erni masuk ke dalam ruangan dengan beberapa lembar kertas di tangannya.

"Yang saya panggil namanya, bawa tasnya terus langsung keluar," kata Bu Erni. Kemudian beliau menyebutkan beberapa nama anak kelas X yang langsung bangkit dan keluar sambil membawa tas mereka. "Andarra Yuki Ananditya!"

Darra yang sedang sibuk dengan soal-soalnya langsung mendongak begitu mendengar namanya dipanggil. Agung yang duduk di depannya ikut menoleh ke arah Darra dengan pandangan penuh tanya. Darra mematung di tempatnya sementara beberapa teman-temannya yang ikut dipanggil satu per satu keluar dari kelas. Dadanya berdebar-debar. Ada masalah apa sampai dia diusir keluar dari ruangannya?

"Andarra!" panggil Bu Erni, mengagetkan Darra. "Kenapa kamu masih duduk? Cepat keluar!"

Darra merapikan barang-barangnya dengan bingung. Ia memanggul tasnya lalu bergegas menyusul Bu Erni yang sedang menuju ruangan di sebelahnya.

"Bu, maaf. Kenapa saya disuruh keluar, ya?" tanya Darra sambil menjajari langkah Bu Erni.

"Kamu belum bayar iuran sekolah selama dua bulan," jawab Bu Erni. "Kalau kamu merasa sudah bayar, kamu ke Tata Usaha saja, konfirmasi, dan minta surat keterangan. Kalau belum, kamu enggak boleh ikut Try Out."

Bu Erni pergi meninggalkan Darra yang terhenti di tempatnya. Ia sudah menduga, suatu hari nanti pasti akan terkena masalah. Darra berjalan perlahan menuruni tangga sambil memikirkan apa yang harus dilakukannya. Ia tidak masalah jika harus ikut ujian susulan, tetapi ia juga tidak bisa membiarkan iuran sekolahnya tidak dibayar.

Close To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang