# 23

24 5 1
                                    

"Berikutnya untuk peringkat terbaik kelas XI," Bu Erni membaca lembaran kertas di hadapannya. "Andarra, kelas XI Sos 4!"

Darra mendongak sementara seluruh sekolah bertepuk tangan. Namun, ia tetap berdiri di tempatnya. Darra tidak suka menjadi pusat perhatian. Ia juga sempat mendengar bisik-bisik bahwa biasanya Agung yang memiliki predikat terbaik di angkatannya. Untunglah guru-gurunya tidak memaksanya ke depan untuk dipajang di hadapan seluruh sekolah.

Selesai upacara, Darra sengaja berjalan dengan lambat. Ia melirik ke arah Agung yang sedang mengobrol dengan Emil. Pagi ini Darra tidak bertemu dengannya di bus, mereka juga belum bertegur sapa. Padahal akhirnya Darra ingin berbagi keresahannya pada Agung, seperti yang selama ini cowok itu harapkan darinya.

"Kok jalannya melamun?" Rahmi tiba-tiba menggandeng Darra, membuatnya kaget.

Akhirnya Darra kembali ke kelas bersama Rahmi. Setelah duduk di kursinya, ia tetap berkali-kali menoleh ke arah pintu, kalau-kalau Agung datang. Namun, saat cowok itu akhirnya muncul, ia langsung melenggang masuk ke dalam kelas tanpa melirik, apalagi menegur Darra. Darra memandang ke arah Agung yang duduk di tempatnya sambil bertanya-tanya. Apa yang telah terjadi dalam dua minggu ini, yang membuat Agung berubah sikap padanya?

Karena jadwal pelajaran semester baru diubah, Darra harus pergi ke ruang Tata Usaha untuk mengambil jadwal yang baru. Ia bertemu dengan Rin yang sama-sama menjadi anggota pengurus kelas.

"Aku sebenarnya bendahara, tapi sekretaris kelas aku orangnya males banget," kata Rin dalam perjalanan kembali ke kelasnya. "Oh iya, katanya hari ini pulang cepat, loh. Mau main ke rumah Maya?"

Darra mengangguk. "Boleh."

"Eh, hari ini kamu ada pelajaran Geografi? Mau ke kelas aku, sekalian pinjam buku sama Dika?"

Darra berpikir sebentar. "Aku pinjam buku kamu aja, boleh?"

Darra mengikuti Rin ke kelasnya, tetapi ia hanya menunggu di depan pintu. Dari sudut matanya, Darra bisa melihat Rin menghampiri Dika di bangku barisan belakang. Setelah itu Rin keluar sambil membawa buku Geografi.

Darra memeriksa halaman depan buku yang disodorkan oleh Rin. Ada nama ANDIKA di sana. "Enggak usah, deh. Aku enggak jadi pinjam," katanya sambil mengembalikan buku itu pada Rin.

Rin buru-buru menarik tangan Darra yang berbalik hendak kembali ke kelasnya.

"Eh, eh, Ra, kenapa?" tanya Rin.

"Aku kan pinjam buku kamu, bukan bukunya Dika," jawab Darra. Bibirnya menipis. "Kamu tadi udah ngebolehin aku pinjam buku kamu. Kenapa kamu pinjam sama Dika lagi?"

"Iya, iya. Maaf, deh. Sebentar aku ambil dulu, ya!"

Rin bergegas masuk ke dalam kelasnya lalu kembali dengan buku miliknya sendiri.

"Maaf, ya. Aku enggak bermaksud marahin kamu," kata Darra sambil menerima buku dari Rin.

"Enggak, kok. Aku yang salah," balas Rin. "Ya udah, nanti ke sini aja kalau kamu ada perlu lagi."

Darra melambaikan tangannya ke arah Rin sebelum berbalik menuju kelasnya sendiri.

~***~

Pukul dua belas siang bel berbunyi di seluruh penjuru sekolah. Murid-murid di kelas Darra bersorak setelah mengetahui bahwa itu adalah bel pulang, dua jam lebih cepat dari biasanya. Darra merapikan buku-bukunya dengan santai seperti biasa. Ia melirik Agung yang sudah memanggul ranselnya lalu menyusul teman-temannya yang bergerombol keluar dari kelas.

"Gung!" panggil Darra begitu Agung melewatinya.

Namun, jangankan berhenti, menoleh pun tidak. Mungkin Agung tidak mendengar panggilannya karena ramai, Darra berusaha berpikiran positif pada dirinya sendiri.

Close To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang