Darra menguap. Ia membuka buku yang tadi diambilnya dari rak lalu kembali menguap. Kemarin sore Aline pergi dan melarang Darra untuk pergi tidur sebelum dia pulang. Namun, setelah menunggu semalaman, wanita itu tidak kunjung pulang. Darra sempat tertidur pukul tiga pagi sementara Aline tiba pukul empat. Kemudian Aline langsung memberikan pekerjaan rumah yang berlimpah hingga Darra tidak sempat istirahat sampai waktunya berangkat sekolah.
Darra kembali menguap. Ia sudah tidak sanggup membuka matanya lagi. Gadis itu menutup bukunya lalu merebahkan kepalanya dengan tangan dilipat di atas meja. Setengah jam rasanya cukup. Darra memejamkan matanya dan tertidur. Namun, ia langsung membuka matanya ketika ada yang menyentuh lengannya. Darra terduduk karena kaget dan melihat Dika sedang nyengir di depannya.
"Ada apa?" tanya Darra, berharap wajahnya tidak kacau setelah bangun tidur.
"Udah bel masuk," jawab Dika.
"Oh ya? Aku enggak dengar," kata Darra kecewa. Rasanya dia baru saja memejamkan mata, kok tahu-tahu sudah bel masuk. "Kamu ngapain ke sini? Bukannya ke kelas."
"Habisnya kamu enggak ke kelas aku, jadinya aku cari kamu ke sini. Ternyata kamu lagi tidur."
"Emang udah berapa lama kamu di sini?"
Dika terlihat berpikir sesaat. "Kira-kira enggak lama habis bel istirahat."
Wajah Darra memerah. Berarti cowok itu sudah duduk di depannya sepanjang jam istirahat.
"Kenapa enggak bangunin aku dari tadi?" gumam Darra sambil bangkit dan membawa buku yang tadi diambilnya. Dika menyusulnya.
"Habis kamu tidurnya pulas banget, sih," jawab Dika. Ia ikut berhenti saat Darra mengembalikan buku tadi di raknya. "Kayaknya kamu ngantuk banget. Emang semalam enggak tidur?"
Darra menggeleng sambil membuka pintu perpustakaan. Dika kembali mengikutinya.
"Kenapa? Emang kamu ngapain sampai enggak tidur?"
Darra tidak menjawab. Ia melirik ke sekelilingnya saat mereka berjalan melewati kelas-kelas. Ia bisa mendengar setiap murid yang ia temui menyapa Dika yang berjalan di belakangnya. Darra langsung mengalihkan pandangannya dan menjaga jarak dari Dika ketika mereka melewati kelas XI Sos 2. Ia bisa melihat Vina dan teman-temannya lewat sudut matanya. Ia langsung tahu Dika akan mampir ke kelas itu, jadi Darra bergegas menaiki tangga.
"An!" panggil Dika ketika Darra hampir tiba di kelasnya.
Darra berhenti lalu menoleh. Dika menghampiri sambil menyodorkan buku kepadanya. Ah ya, Darra hampir lupa. Dika kan mencarinya untuk meminjamkan buku.
"Oh, ya. Nilai Ekonomi Try Out kemarin, punyaku tertinggi kedua di kelas, loh!" ujar Dika sambil tersenyum lebar. "Mama senang banget. Kamu disuruh main ke rumah."
Darra memandang Dika sesaat. Tanpa sadar dadanya berdebar-debar ketika matanya bertemu dengan mata Dika. Darra buru-buru mengalihkan pandangannya.
"Kapan-kapan, ya," gumam Darra.
"Ya, enggak mesti hari ini, kok. Kamu langsung pulang aja terus tidur. Perlu aku antar pulangnya nanti, biar lebih cepat sampai di rumah?"
"Enggak usah."
"Ya udah. Aku ke kelas dulu ya," kata Dika sambil melambaikan tangan. Ia juga sempat melambai ke arah belakang Darra sebelum berbalik pergi ke arah kelasnya.
Darra menoleh ke belakangnya. Ternyata Agung sedang berdiri di sana.
"Dika habis ngapain?" tanya Agung sambil mengikuti Darra masuk ke kelas.
"Pinjamin buku," jawab Darra singkat sambil menunjukkan buku di tangannya.
Setelah itu Darra tidak bisa berkonsentrasi sepanjang pelajaran. Kepalanya dipenuhi teori-teori yang diberikan oleh Rin kemarin. Untuk perasaannya ke Dika sih Darra belum yakin. Memang sih kalau berada di sekolah dan belum melihat Dika, rasanya seperti ada yang kurang. Namun, mungkin saja itu karena setiap hari Darra meminjam buku darinya. Jadi, mau tidak mau mereka akan bertemu setiap hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Close To You
Teen FictionDarra hidup di sebuah panti asuhan sejak kecil. Saat dewasa, mau tidak mau ia harus meninggalkan tempatnya dibesarkan, dan pindah ke kota lain dengan keluarga barunya, yang ternyata tidak menerima kehadiran Darra di tengah-tengah mereka. Namun, kemu...