13

1.9K 176 19
                                    

Rasanya aku tidak rela sekali pulang dari tampat ini dan ingin lebih lama lagi menikmati liburan disini. Tapi sayangnya waktu liburan sudah habis jadi mau tidak mau kami harus pulang, ditambah ada tugas kuliah yang sudah menungguku sungguh sangat-sangat melelahkan lagi. Membuatku mendadak menjadi kehilangan semangat, padahal sebentar lagi kami akan mendarat di bandara Incheon.




"Kau kelelahan?" tanya Jimin padaku saat kami sudah turun dari pesawat.



"Tentu," ucapku padanya, padahal di dalam pesawat aku hanya tidur selama perjalanan tapi entah mengapa rasanya tubuhku malah pegal-pegal dan lesu.

Aku memegang keningku tiba-tiba terkejut karna mendapati tonjolan agar besar yang ternyata ada jerawat yang sudah matang, mendadak hal itu membuat aku semakin cemberut. "Jimin aku jerawatan," aduku padanya.


"Mana coba aku lihat?" ucap Jimin kemudian memperhatikan wajahku secara teliti.


Jimin terkekeh penuh arti kemudian memegang wajahku terutama disekitaran jerawatku, "Aw sakit-kenapa dipencet?!" sontak aku melotot padanya karna dia memecahkan jerawatku yang sudah matang.

"Ku pikir kau menyuruh aku untuk memecahkan jerawatmu," ucap Jimin mengambil kesimpulan sendiri.


"Aku tidak ada menyuruh mu begitu!" sebalku membuat Jimin tertawa sampai matanya tidak kelihatan.

"Astaga mianhae," ucap Jimin menyesal kemudian membersihkan jerawatku dengan tissue. Meskipun Jimin sudah meminta maaf entah mengapa aku masih tetap merasa kesal, aku bersumpah akan membalas perbuatannya saat dia sudah memiliki jerawat nanti.

Kemudian saat barang-barang kami di bagasi sudah lengkap aku melihat Taehyung duluan pulang dan hanya berpamitan pada Jay, tentu aku merasa ada yang aneh dari Taehyung. Entah kenapa aku merasa dia seperti dengan sengaja menghindariku dan hal itu membuat aku kepikiran.

Setelah itu kami juga pulang ke rumah masing-masing, Ren pulang bersama Nicolas, Yuna, Jay dan Jiyeon satu mobil sementara aku bersama Jimin, "Oh Tuhan kenapa dunia tidak adil padaku, kenapa hanya aku yang jomblo," Jiyeon bersungut-sungut sambil menatapku dan Yuna dengan tatapan kesakitan, seolah-olah kami menghianatinya.

"Makanya kau harus cepat-cepat mencari pasangan!" imbuh Yuna sambil memukul punggung Jiyeon agak kuat.


"Itu sakit tahu!" cecar Jiyeon tidak terima kemudian membalas Yuna dan terjadilah pertemgkaran kecil-kecilan di dalam mobil mereka.

Jay terlihat menarik nafas pasrah, padahal dia sudah lelah sekali sebetulnya namun Yuna dan Jiyeon malah kelihatan tidak kecapean, "Nampaknya kami akan duluan, tidak apa-apa 'kan?" kata Jay sedikit tidak enak hati.

Jimin mengangguk, "Tidak apa-apa, hati-hati dijalan," balas Jimin setelah itu membukakan pintu mobil untukku.

"Jimin sepertinya Taehyung membenciku," ucapku setelah kami berdua berada di dalam mobil. Aku tidak bermaksud mengadu domba apalagi sampai menghancurkan hubungan persahabatan mereka. Jujur aku hanya ingin menyampaikan kegelisahanku selama ini.


"Lea itu tidak mungkin, kau tau Taehyung memang seperti itu orang nya. Mulutnya memang pedas dan suka mencari masalah, tapi sebetulnya dia baik," ucap Jimin tidak mau aku salah paham. Padahal bukan seperti itu maksudku, aku tau watak Taehyung seperti begitu namun yang dibicarakan Taehyung saat di pantai tempo hari yang lalu sangat serius.

Aku menghembuskan nafas pasrah, lagipula aku tidak mungkin mengatakan pada Jimin tentang apa yang Taehyung katakan padaku waktu di pantai kemarin, ditambah soal mantan Jimin. Aku juga tidak mau mereka berdua sampai berkelahi gara-gara aku. "Aku mengerti," ucapku sambil menundukan kepala.

𝐏𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang