22

1.2K 132 27
                                    

Aku tidak tahu Jungkook bermaksud serius atau sekedar main-main saja. Karena sekarang aku sudah tidak minat lagi untuk menanggapi semua pria yang ini dekat denganku. Mungkin julukan 'semua laki-laki itu sama saja' ada benarnya, karena setelah aku disakiti oleh seorang pria maka pria lain juga akan terlihat sama dimataku.

Setelah acara selesai Jungkook sempat beberapa kali mengirimkan pesan kepadaku, yang memang aku balas seadanya. Kalau boleh jujur, pikiranku masih berpusat pada Jimin. Dimana aku penasaran kenapa Jimin harus menyusul Jihan.


"Lea ada Jungkook diluar," beritahu Arin eonni membuat aku kebingungan.


"Bilang saja aku sedang tidak ada di rumah," ucapku malas, jangankan bertemu dengan tamu. Keluar kamar saja sebetulnya aku enggan melakukannya.


"Tapi Papa sendiri yang bilang jika kau ada di rumah," jelas Arin eonni membuat aku hanya bisa membatin. Dengan penuh terpaksa aku keluar dari kamar untuk menemui Jungkook yang sudah akrab sekali mengobrol dengan ayahku.


"Lea Jungkook ingin mengajakmu jalan keluar, Papa rasa itu ide yang bagus karena kau beberapa hari ini berdiam diri terus didalam kamar," mendengar itu aku mendengus, Jungkook bicara apa pada Papa sampai Papa bisa dengan mudah mengizinkannya.


Saat aku melihat Jungkook aku dibuat tertegun sekaligus bergidik ngeri. Aku tidak menyangka jika Jungkook memiliki tato sebanyak itu. Dengan lengan kemejanya yang digulung hal itu semakin memperlihatkan dengan jelas tato miliknya.


"eoh?" aku tidak mengenal Jungkook dan itu pasti akan asing sekali jika aku pergi bersamanya, "Papa aku ada tugas kuliah," bohongku pada akhirnya.


"Kerjakan nanti atau biar perlu Papa akan membayar orang untuk mengerjakannya."


Mendengar itu jelas aku cemberut karena percuma aku mencari alasan, "Baiklah, kalau begitu aku berganti baju dulu," dengan pasrah aku pergi ke kamar untuk bersiap-siap.

Namun saat berada di depan rumah aku dibuat memaku karena Jungkook mau membawakan jalan dengan motor. Sebetulnya aku tidak masalah jika pergi dengan menaiki motor, asalkan itu bukan motor tinggi karena aku takut akan jatuh.


"Ayo naik," ucap Jungkook membuyarkan lamunanku sambil memberikan helm padaku.


Satu lagi, jangan lupakan rambutku yang sudah aku catok serapi mungkin akan berantakan jika menggunakan helm itu.

Aku menghembuskan nafas pasrah kemudian memasang helm pemberian Jungkook itu pada kepalaku. Jangan lupakan aku bahkan sangat kesusahan saat menaiki motor. Saat aku sudah menaiki motor Jungkook tidak langsung menjalankan motornya, dia malah berdecak lalu menatap kearahku.


"Kenapa?" tanyaku bingung.


"Kau ingin jatuh?" ucapnya lalu menarik kedua tanganku tanpa permisi untuk dilingkarkan pada perutnya, "Pegangan yang erat," ucapnya setelah itu langsung menjalankan motornya dengan sangat laju, mau tak mau karna akupun takut jatuh aku terpaksa memeluk tubuh Jungkook erat.

"Jungkook-ah kau bisa pelan-pelan!" teriakanku dengan jatung yang berdebar entah itu karena Jungkook yang memacu motornya dengan sangat laju atau karena posisiku yang sedang memeluknya.


𝐏𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang