24

1.1K 145 14
                                    

Saat singgah ke mini market, aku membeli kebutuhan bulanan karena selepas pulang dari rumah Papa barang-barang di apartemen kebetulan sudah menipis. Barang-barang yang kubeli lumayan banyak, sampai aku harus membawa dua buah kantong di tangan kana dan kiri ku. Aku berjalan menyusuri jalanan yang entah kenapa terasa begitu sepi.


Sesekali aku merasakan perasaan yang tidak enak. Aku merasa seperti sedang diikuti, bahkan saat aku menoleh ke arah belakang aku tidak sengaja melihat seseorang yang memang sedang bersembunyi. Demi apapun itu bukan hanya firsat ku saja, tapi aku memang sedang diikuti!

Aku merasa sangat panik, membuat aku meremas kantong belanjaanku kuat-kuat dan berjalan secepat yang aku bisa. Merasa aku tidak bisa seperti ini terus, aku memilih untuk berlari. Saat aku menoleh ke belakang orang yang membuntutiku juga ikut berlari mengejarku. Orang itu menggunakan topi, jaket dan masker hitam yang menutupi wajahnya. Membuat aku tidak bisa mengenali orang itu sama sekali. Ditengah-tengah perlarianku, aku dikejutkan dengan sosok lain yang menghadangku dari depan. Hal itu membuat aku sontak terhenti dengan perasaan yang sangat panik. Terlebih saat aku tau orang yang menghadangku didepan adalah Robert, dan apa mungkin orang yang dibelakangku juga temannya?


"K-kalian mau apa?" tanyaku sedikit terbata-bata, sambil berharap mereka tidak akan berbuat jahat padaku.

"Kenapa mesti ketakutan?" ucap Robert sambil tersenyum miring padaku. Aku sendiri bahkan tidak tau harus berbuat apa, mau maju atau mundur pun tidak bisa karena aku sudah dikepung.

"Aku mohon biarkan aku pergi," ucapku berharap ada keajaiban.

"Jangan pergi cantik, bagaimana jika kau ikut bersama kami?" katanya membuat aku menggelengkan kepala sekuat tenaga.

Meskipun aku tidak yakin apakah aku ada peluang untuk kabur, dengan sekuat tenaga aku berlari saat kurasa ada kesempatan.

"Ah!" aku terpekik saat berhasil menarik tanganku dengan kuat. Bahkan membuat dua kantong belanjaanku jatuh begitu saja ke aspal.

"Jangan coba-coba kabur dariku!" ucapnya penuh penekanan sambil berusaha membawaku untuk ikut dengannya.



"Tolong! Siapapun tolong aku!" teriaku sekuat tenaga, berharap ada orang lain disekitar sini yang bisa menolongku.



BRAK!


Dia mendorongku dengan kasar ke dinding, sampai kepalaku bahkan terbentur dinding. Rasanya begitu sakit membuat aku memegang kepalaku dengan tubuh yang bergetar.


PLAK!

Sebuah tamparan yang begitu kasar menghantam pipiku, sampai membuat kepalaku menghadap selaras dengan arah tamparannya. Sangat keras sampai aku mau pingsan rasanya. Terlebih tamparan yang dilayangkan oleh laki-laki dan pria itu sangat berbeda.

"Siapkan mobil," suruhnya pada temannya yang sendari tadi hanya diam, kemudian pria itu pergi meninggalkan kami berdua.

"Jika kau tidak mau aku menyakitimu maka lebih baik kau menurut padaku," ancam Robert serius, tapi tetap saja jika aku menurut padanya sekalipun aku tidak akan tau apa aku akan baik-baik saja jika ikut dengannya.


"A-aku . . . mohon jangan sakiti aku," mohonku berharap dia akan kasihan padaku. Tangisku bahkan sudah menetes membanjiri pipiku tanpa bisa dibendung lagi.


𝐏𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang