18

1.4K 162 19
                                    

Jimin berbohong saat dia bilang dia hanya akan pergi sebentar. Karena nyatanya sampai jam satu pagi Jimin belum juga kunjung pulang. Jujur dalam kondisi seperti ini aku tidak mau memikirkan hal aneh, tapi entah kenapa semakin aku mencoba memikirkan hal positif malah justru hal negatif lah yang terbayang di otakku.


Jimin dan Jihan tidak mungkin masih mencintai 'kan?


Jimin juga tidak mungkin menemui Jihan, tapi kenapa pria itu belum kunjung pulang juga?

Kumohon seseorang tolong katakan jika semua ini hanya pikiran burukku saja.

Karena terlalu larut dalam pikiran aku sampai tidak sadar jika pintu kamar terbuka, Jimin pasti sudah datang. Karena posisiku yang memang membelakangi pintu. Aku dengan cepat menutup mataku untuk pura-pura tidur. Perlahan aku merasakan kasur disebelahku bergoyang, Jimin meletakan telapak tangannya di atas jidatku. Setelah itu aku dapat merasakan Jimin menarik selimutku yang tadinya turun kepinggang sampai menutupi dadaku.

Selanjutnya aku tidak mau perduli lagi dengan apa yang sedang dia lakukan dan memilih segera untuk tidur. Dan sedikit berharap besok pagi Jimin mau bercerita tentang apa yang dia lalui malam ini.

Hingga pagi hari tiba, mungkin harapanku tadi malam adalah hal yang salah. Karena pagi ini Jimin sama sekali tidak bercerita apapun padaku, begitu pula aku yang malah mendiamkan-nya. Entah Jimin sadar atau tidak aku tidak perduli.

"Aku ingin pulang," akhirnya aku membuka suara, sementara Jimin hanya meresponku dengan menaikan alisnya.

"Kau serius sudah ingin pulang?"

"Aku sudah baik-baik saja," ucapku lalu mulai mengemasi barang-barangku kedalam tas.

Mendengar jawabanku Jimin tidak banyak bicara, bahkan hingga dia mengantarku ke apartemenku. Ini lucu sekali, biasanya Jimin malah tidak ingin aku pulang dan sekarang dia malah seperti tidak menginginkanku berada di apartemennya. Jangan lupa dia bahkan langsung pulang setelah mengantar ku ke apartemen.

***

Aku sudah merasa sehat karena itu sore ini aku kembali datang bekerja ke cafe Coza. Yuna yang melihat kedatanganku langsung menatapku dengan tatapan anehnya, begitu pula dengan Jiyeon. "Aku kira kau sudah tidak ingin bekerja lagi disini," sindir Yuna karena memang belakangan hari ini aku sudah jarang datang bekerja.

"Aku 'kan sudah bilang padamu jika kemarin aku sakit," ucapku dengan wajah yang memelas berharap dia mau memaafkanku.

"Kau serius sakit? bukan karena sibuk berpacaran dengan Jimin?" tandas Jiyeon pedas sekali.

"Baiklah, aku kira kau sudah melupakan kami," beo Jiyeon dengan nada yang tersakiti.

"Mana mungkin begitu, aku tidak akan mungkin melupakan kalian. Kalian 'kan sahabatku," ucapku kemudian memeluk Jiyeon, disusul Yuna yang ikut memeluk kami. Entahlah tapi serius aku benar-benar merindukan dua sahabatku ini.

"Aku juga rindu padamu Lea, tapi pelanggan kita sedang ramai," peringati Yuna menyadarkan kami bahwa ada banyak orang yang harus kami layani. Oleh karena itu aku langsung membantu-bantu pekerjaan yang perlu kubantu.

𝐏𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang