38

1.1K 138 42
                                    

Acara gender reveal party itu berlangsung tidak terlalu lama, karena itu pulangnya aku mengajak Jimin untuk jalan-jalan sebentar namun sayangnya dia tidak mengizinkanku dengan alasan 'takut jika aku kelelahan'. Padahal itu hanya alasannya saja, karena siang ini justru dia yang sedang nyenyak tidur siang.

Jimin bahkan tertidur pulas saat aku membangunkannya untuk meminta dikupaskan buah, namun dia tetap tidak bangun dan malah tidur sampai mengorok. Aku tidak mau menyerah, kemudian mencoba untuk membangunkannya lagi, "Jimin bangun," aku kembali menggoyangkan tubuhnya pelan.


Jimin sedikit menggeliat dari tidurnya, dia kemudian menatapku dengan pandangan khas orang bangun tidur, "Ada apa?" tanya tapi malah justru kembali tidur.



"Jimin!" teriaku kesal.



"Kenapa sayang? kau mau memijiti punggungku? kebetulan punggungku sakit sekali," ucapnya tanpa dosa semakin memancing kekesalanku.


Aku menahan diriku untuk tidak meledak, mencoba menahan sabar sekuat mungkin. Lagipula kasihan Jimin, baru hari ini dia libur dari pekerjaannya dia juga pasti butuh istirahat. Perlahan aku memilih untuk keluar dari kamar, mungkin jalan-jalan sekitar rumah bukanlah ide yang buruk.


Baru saja aku selesai berganti baju ke pakaian yang lebih santai, suara klakson motor di depan menyadarkan ku jika ada yang datang. Aku segera menuju pintu depan untuk memastikan siapa yang datang, saat aku melihat sosok di atas motor itu aku jadi kepikiran ingin menaiki motor juga.


"Apa Jimin belum pulang?" tanya Arin eonni karena setahunya jam segini Jimin memang belum pulang.

"Jimin hari ini tidak ke kantor, karena hari ini kami menghadiri gender reveal party temanku," jelasku membuat Arin eonni mengangguk paham.


"Aku kesini ingin mengantarkan kimchi dan ganjang gejang yang dibuat sendiri oleh Mama," aku menerima kimchi pemberian Arin eonni, dari dulu Mama selalu membuat kimchi untuk di stok. Tidak lupa juga Mama selalu mengirimkan ku setiap bulan dulu waktu aku masih tinggal di apartemen.


"Mama bilang ganjang gejang nya untuk Jimin, karena kau tidak boleh memakan-makanan mentah," lanjutnya lagi membuat aku cemberut, padahal aku sangat suka sekali dengan seafood, apalagi kepiting yang dipermentasi dengan rendaman kecap asin.



"Terima kasih eonni, bilang kepada Mama untung terus mengirimkanku makanan," candaku dibalas dengan anggukan kepala olehnya.


"Kalau begitu eonni pulang dulu, jangan lupa kau juga harus sering menginap di rumah karena sebentar lagi aku akan menikah," mendengar itu entah mengapa aku menjadi sedih, mungkin ini yang di rasakan Arin eonni dulu saat aku menikah. Entahlah tapi yang jelas aku merasa seperti kehilangan.


"Aku pasti akan menginap," janjiku padanya, "Eonni apa boleh aku meminjam motormu sebentar, aku ingin mencoba mengendarainya sekitaran sini," pintaku memohon.


"Apa tidak apa-apa?" tanya nya ragu, "kau bisa membawa motor?"


"Aku bisa sebentar saja, boleh ya?"


"Baiklah kalau begitu," setelah itu Arin eonni turun dari motor dia lalu memberikan helm miliknya kepadaku. Dengan senang aku menerima helmnya kemudian mulai menaiki motor matic miliknya, dengan hati-hati aku menghidupkan motor itu lalu menjalankannnya dengan perlahan. Aku benar-benar merasa senang, karena sudah lama sekali aku tidak pernah mengendarai sepeda motor.

Aku kemudian mencoba mengendarai motor itu lebih jauh lagi dari rumah, bahkan sampai rumahku tidak kelihatan lagi. Namun karena takut Arin eonni sudah terlalu lama menungguku aku memutuskan untuk memutar balik motorku.


𝐏𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang