Warning 21+!!!
Aku termengu mungkin tidaklah sulit bagi Jimin untuk mendapatkan kamar hotel mengingat bangunan bertingkat ini adalah miliknya. Jimin mengeluarkan kunci kamar dari saku celananya. Kamar VIP itulah hal pertama yang berhasil ditangkap oleh otakku ketika kami masuk kedalam kamar mewah ini.
Saking asiknya memandang penjuru kamar aku sampai terhenyak saat merasakan Jimin menidurkan tubuhku secara hati-hati pada ranjang. Mataku melotot panik saat Jimin menindih tubuhku dalam kukunganya. "Jim berhenti, " dengan susah payah aku menahan dada Jimin.
Aku merasakan runggu Jimin berhembus bersama pendingin ruangan, yang bahkan tak bisa menghilangkan rasa panas yang membara, "Kau yakin ingin berhenti? "
Aku menggigit bibir kuat, ini tidak terdengar seperti pertanyaan tapi malah seperti ejekan. Aku tau untuk Jimin sekalipun tidak mampu menahan rangsangan obat ini, kurasa Taehyung terlalu banyak memberikan obat ini hingga melebihi dosis.
Jimin memegang kedua tanganku yang tadinya menahan dadanya lalu mengalungkan tanganku pada lehernya. Irisnya terpejam merasakan sengatan listrik ketika telapak tanganku bergesekan dengan kulit lehernya, "Untuk malam ini mari kita kosongan pikiran dan membiarkan semuanya terjadi," setelah mengatakan itu Jimin mendekatkan wajahnya mencium bibirku terburu-buru.
Ciuman Jimin terlalu menuntut, melumat bibir ku atas dan bawah secara bergiliran. Tubuhku semakin panas hal itu memaksa aku membalas ciuman Jimin meskipun aku tidak tau caranya semerta-merta hanya mengikuti naluri.
"Ahh, " aku merintih saat Jimin menggigit bibir bawahku hal itu membuat mulutku terbuka. Memanfaatkan kesempatan itu Jimin memasukan lidahnya, membiarkan lidah kami saling bertaut dan beradu. Bahkan saling bertukar saliva tanpa ada rasa jijik lagi karna otakku sudah dipenuhi rasa panas yang menggebu-gebu.
Tubuhku bergetar hebat rasanya aku menginginkan sesuatu yang lebih dari sebuah ciuman. Bibir Jimin berhenti menciumku lalu turun area leherku membuat aku meremas surainya kuat. Ada gelenyar aneh sekaligus geli dan nikmat saat bibir Jimin mengecup bahkan mengisap leherku. Hisapan-hisapan bibir Jimin membuat kepalaku terasa berkunang-kunang, tidak hanya pada satu tempat tapi bibir Jimin terus berpindah untuk menghias leherku dengan bercak merah hasil karyanya.
Tidak mau munafik aku sebetulnya juga menikmati semua sentuhan Jimin sampai-sampai membuatku melenguh dengan suka rela. "Kau sungguh cantik," pujinya.
"Apa kau selalu mengatakan itu setiap kali bercinta? " tanyaku dengan susah payah.
"Tidak juga, terkadang aku hanya fokus memuaskan diriku," jawabnya tapi aku tidak terlalu perduli.
Jangan Jimin menjalar kebelakang sedikit memgangkat pelan tubuhku lalu menurunkan resleting gaunku. Menaikan seluruh gaunku hingga terlepas dari tubuhku, "Kau benar-benar berniat memperkosaku, ya? " kataku dengan pipi yang merona merah karna tubuhku sekarang hanya tertutupi oleh pakian dalam. Tanganku bahkan bersilang untuk menutupi dadaku.
Jimin mendekatkan wajahnya mencium bibirku lagi, "Aku tidak memperkosamu sayang. Kujamin kita akan sama-sama menikmatinya."
Jimin menurunkan wajahnya dadaku dan menghisap kecil disana, "Ahhhhh Jimin."
Aku merasakan tangan Jimin membuang pengait braku lalu membuat penutup payudaraku secara asal. Sontak karena hal itu aku langsung menutup dadaku tapi melihat itu tangan Jimin tak tinggal diam lalu menyingkirkan tanganku dan menaruhnya di atas kepala, "Jangan ditutup," ucapnya serak.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞
Fanfiction𝐌𝐀𝐓𝐔𝐑𝐄 Lea membenci sebuah janji, namun seseorang dengan beraninya datang untuk berjanji padanya namun juga diingkari dengan begitu pelik. 🏆 jungkook [19/01/2022] 🏆 jin [20/01/2022] Publish : 6 Mei 2020 Copyright ©Skylightzv