42

1.2K 149 9
                                    

Kali aku begitu merasa gugup saat Jin Oppa membawaku mendekat ke tempat istri dan anaknya berada. Aku bahkan merasa tidak enak, istri Jin Oppa saat ini sedang mengendong anak mereka, "Oppa aku ingin pulang," lagipula saat ini sudah malam aku juga harus pulang untuk beristirahat.

"Kau yakin tidak ingin menyapa istriku terlebih dahulu?" ajaknya namun aku balas dengan gelengan kepala.


"Lain kali saja, aku ingin segera beristirahat," tolak ku padanya.


"Ah, kau benar hari sudah malam kau pasti kelelahan. Mau aku antar? aku akan izin pada istriku terlebih dahulu," ucapnya membuat aku lagi-lagi menolak, lagipula aku rasa ini akan terlalu berlebihan jika Jin Oppa mengantarku dan meninggalkan anak dan istrinya disini.


"Oppa aku bisa pulang sendiri, aku bisa memesan taxi untuk pergi ke rumah orangtua ku," untuk saat ini aku mungkin tidak pulang dulu ke rumah karena aku juga masih menghindari Jimin.

"Aku titip salam saja pada istrimu," ucapku kemudian melirik sesaat pada tempat istri Jin Oppa berdiri. Jika aku tidak salah ingat bukan 'kah Jin Oppa dulu sangat menghindariku, jadi bukan berarti karena Jimin aku jadi melupakan semua ucapannya kepadaku.

"Sebelum kau pergi boleh aku mengatakan suatu hal padamu?"


"Oppa mau bilang apa padaku?" tanyaku penasaran.

"Aku mau minta maaf padamu, aku rasa ini saat yang tempat untuk mengatakannya," dia sedikit mengambil jeda ucapannya membuat aku malah semakin penasaran, "Maaf aku meninggalkan mu, waktu itu aku berselingkuh dan pacarku yang menjadi istriku saat ini hamil anak kami. Aku juga tidak punya pilihan lain," ucapnya memmbuat aku sedikit merasa kaget, namun detik selanjutnya aku mencoba untuk terlihat biasa-biasa saja.


"Dan Oppa baru mengatakannya ini padaku?" tanyaku tidak percaya.

"Aku tau ini kesalahanku, dulu aku terlalu pengecut untuk menemui mu dan mengatakan semua ini," sesalnya membuat aku sedikit paham. Jadi Jin Oppa dan Jimin memang tidak ada bedanya, kedua pria ini sama-sama memiliki ciri khas yang sama.


"Aku sudah memaafkan Oppa, lagipula hal itu sudah lama berlalu," ucapku tidak mau terlalu membesarkan masalah ini, toh lagipula tidak ada gunanya buatku untuk marah lagi.


"Kau serius sudah memaafkan ku?"



Aku menganggukan kepala, "Oppa ini sudah malam, aku pulang duluan," ucapku lalu mulai mencari transportasi terdekat, kebetulan ada bus jadi mungkin malam ini aku menaiki bus saja. Lagipula aku juga sudah terlalu lelah untuk memesan taxi.


Saat Papa dan Mama bertanya kenapa aku datang sendiri aku hanya bisa diam, aku bahkan tidak punya tenaga lagi untuk menjelaskan apa yang terjadi tadi sore. Aku cuma bilang jika aku dan Jimin ada masalah jadi malam ini menginap disini, aku juga berpesan kepada orang rumah untuk tidak membuka 'kan pintu rumah jika Jimin datang kesini.


***

Keesokan harinya Jimin beberapa kali datang untuk menemuiku namun untungnya satpam rumah sudah menahannya untuk masuk. Dengan begitu di rumah Papa aku benar-benar aman dari Jimin.

"Lea kau tidak mau mengecek jenis kelamin kandungan mu?" tanya Mama yang datang sambil membawa susu hamil untukku.

"Apa itu perlu?" tanyaku malas, aku sendiri juga sudah tidak berminat untuk melakukannya. Bahkaan untuk sekedar memikirkannya pun membuat aku merasa sedih. Karena gender reveal party itu adalah keinginanku sejak lama, dan kalau itu batal itu pasti akan membuatku sangat kecewa.

𝐏𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang