Keesokan harinya aku mengunyah sarapan milik ku dengan tidak minat. Karena seketika diri ku seperti menginginkan hal yang aneh, aku ingin sekali membuat Jimin marah. Entah bagaimana sesuatu dalam diri ku kembali tertantang setelah melihat raut wajah marah Jimin waktu di dalam club.
Aku ingin melihat Jimin marah lagi, meskipun aku sama sekali tidak tau harus bagaimana.
Kemudian aku beralih menghidupkan handphone milik ku kemudian mengetikan sesuatu pada Jiyeon. Belum sampai beberapa menit Jiyeon sudah menelpon ku, membuat aku mengangkat panggilan itu.
"KAU GILA?! KAU SEDANG HAMIL MANA MUNGKIN KAU BOLEH MEMBUAT TATO BODOH!" seketika aku reflek menjauhkan handphone tersebut dari telinga ku karena teriakan Jiyeon yang benar-benar keras dari seberang sana.
"Apa sama sekali tidak bisa?" tanyaku cemberut, padahal aku sudah bisa membayangkan raut wajah marah Jimin. Jika aku memposting foto tato di bagian tubuhku pada sosial media.
"Gunakan handphone canggih mu, kau tau. Kau bisa tertular penyakit berbahaya karena jarum yang mungkin saja tidak steril. Terlebih rasa sakit yang harus kau tahan bisa saja membuat kau merasa kontraksi Lea," ceramah Jiyeon panjang lebar membuat aku meringis. Tetapi omongan Jiyeon mungkin ada benarnya juga, karena sepertinya memang terlalu berlebihan.
"Memangnya ada hal apa, kenapa kau tiba-tiba ingin bertato? Apa kau sedang mengidam hal aneh?"
"Sepertinya aku mengidam ingin melihat Jimin marah," balas ku membuat Jiyeon sepertinya akan geleng-geleng kepala dari seberang sana.
"Sepertinya teman ku benar-benar sedang sinting," gumam Jiyeon tidak habis pikir.
"Lalu aku harus bagaimana?" sedihku frustasi sendiri, ayolah aku benar-benar ingin melihat Jimin marah.
"Memangnya Jimin tega memarahi mu?" ucap Jiyeon balik bertanya dengan sedikit menyindir. Ucapan Jiyeon ada benarnya juga, karena sekarang posisinya justru aku lah yang sedang marah kepada Jimin.
"Jiyeon . . ." rengek ku kepadanya.
Sejenak Jiyeon diam seperti sedang berfikir, "Bagaimana jika kau menggunakan stiker tattoo temporary saja?" usul Jiyeon benar-benar sangat membantu.
"Apa Jimin tidak akan curiga?" tanya ku sedikit ragu, jangan lupakan jika Jimin memiliki banyak sekali tattoo di sekujur tubuhnya. Aku takut pria itu bisa membedakan mana tattoo yang permanen dan yang mana hanya berupa stiker.
"Aku akan menambahkan efek make up, sehingga tato milik mu akan terlihat nyata," lagi-lagi Jiyeon memerikan saran sebagai penyelamatku.
"Jiyeon—ah saranghae~."
"Aish berhenti bertingkah imut, kau malah membuat ku jijik tau!" cetus Jiyeon membuat aku terkekeh, "Aku akan segera ke rumah mu," lanjutnya sebelum dia menutup panggilan telepon kami.
Saat Jiyeon sampai, kami saling bercerita terlebih dahulu sebelum dia memasangkan stiker tato itu pada bagian dekat dada ku. Dia bahkan memberikan sedikit tambahan make up agar sekitar tato milik ku tampak terlihat memerah seperti orang yang baru saja memasang tato. Jiyeon bahkan menambahkan satu tato lagi di dekat leherku, agar tidak tanggung-tanggung katanya.
"Apa ini tidak berlebihan?" tanya ku ragu padanya. Ditambah stiker tato itu ditaruh di dekat dada ku, yang pastinya Jimin akan marah sekali apalagi secara logikanya. Saat proses pembuatan tato tersebut area dada ku pasti sudah di pegang oleh si tato artist.
"Jika kau ingin membuat Jimin marah, maka jangan lakukan itu tanggung-tanggung Lea," ucap Jiyeon sudah seperti iblis yang menghasutku. Membuat aku menganggukan kepala setuju kemudian segera memotret tato baru ku lalu menguploadnya ke sosial media milik ku. Dengan caption yang sangat dramatis.
Meskipun stiker tato itu terlihat bagus pada kulit ku, tapi sepertinya aku tidak terlalu tertarik membuat tato permanen pada tubuhku. Terlebih karena aku sangat takut dengan jarum dan rasa sakitnya.
***
Sepertinya apa yang sedang Lea rencanakan berjalan seperti yang dikehendaki, karena saat notifikasi pemberitahuan bahwa Lea sedang memposting sebuah foto baru di insta story, foto itu langsung di lihat oleh Jimin. Melihat itu tentu saja Jimin tidak bisa mengontrol emosinya lagi. Lea sedang hamil dan bagaimana bisa perempuan itu melakukan hal seenekat itu?
Tanpa berpikir panjang lagi Jimin segera mengambil nomor baru untuk menghubungi Lea.
***
Sebuah panggilan dari nomor asing sedang menelponku, tanpa perlu menebak. Aku sudah tau jika orang itu adalah Jimin, oleh karena itu aku masuk kedalam kamar mandi agar Jiyeon tidak mendengar obrolan kami. Karena entah kenapa firasatku mengatakan jika obrolan ini akan terdengar tidak mengenakan.
Aku menarik nafas perlahan sebelum mengangkat panggilan masuk dari Jimin.
"Apa yang kau lakukan, Lea?" tanya Jimin langsung dengan nada bicara seperti orang yang sedang menahan amarah.
"Apa maksud mu?" tanya ku pura-pura tidak mengerti, aku ingin tau sejauh mana Jimin akan marah.
"Aku tau jika kau sedang marah padaku, tapi bisa kah kau berhenti melakukan hal yang bisa membahayakan bayi kita?" ucap Jimin seketika membuat dada ku bergemuruh. Aku tau saat ini Jimin sedang menyingung soal kejadian di club dan tato ku saat ini.
"Lalu apa urusan mu Jimin? bukan kah waktu itu kau sendiri yang menunduhku mencelakai Jiya? Berarti aku memang ibu yang baik bukan, sekarang aku cuma ingin menunjukan padamu sejahat apa aku sebagai seorang ibu," ucapku dengan bibir yang bergetar, "Kalau perlu aku gugurkan saja anak ini biar kau tau kalau aku benar-benar seorang ibu jahat!" pekik ku benar-benar emosi, aku sendiri bahkan tidak tau kenapa aku bisa berkata demikian. Aku benar-benar lepas kendali, ditambah semakin hari entah kenapa aku semakin melakukan hal nekat.
"Lea . . .? Aku benar-benar tidak bermaksud—."
Tanpa mau mendengarkan ucapan Jimin lebih jauh lagi, aku segera memutuskan panggilan telepon. Perlahan aku mulai menangis dan emosi sendiri. Aku benar-benar merasa gila, stress dan bodoh. Aku bahkan tidak tau bagaimana caranya membedakan hal yang salah dan hal yang baik. Keduanya terasa berjalan dalam satu garis lurus yang membuatku semakin merasa mudah panik dan cemas.
***
gimana ya, cuma mau bilang ini belum masuk konflik utama nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞
Fanfiction𝐌𝐀𝐓𝐔𝐑𝐄 Lea membenci sebuah janji, namun seseorang dengan beraninya datang untuk berjanji padanya namun juga diingkari dengan begitu pelik. 🏆 jungkook [19/01/2022] 🏆 jin [20/01/2022] Publish : 6 Mei 2020 Copyright ©Skylightzv