50

822 142 20
                                    

Lea memeluk leher Jimin seduktif, menenggelamkan wajahnya disela leher suaminya. Memejamkan matanya sambil merasakan dengan jelas denyutan dibawah sana, akibat penyatuan miliknya dengan milik suaminya.




"Jiminhhh nghhh . . ."




Melihat Lea yang kelihatan berantakan diatas pangkuannya, jelas membuat hal tersebut menambah keseksian Lea dimata Jimin. Lea terus dibuat merasa berkunang-kunang saat Jimin beberapa kali menyentuh titik kenikmatannya.



Jimin terus begerak karena Lea sudah lebih duluan menyerah, dengan membiarkan Jimin melakukan hentakan sendirian. Jimin menyemburkan cairannya di dalam rahim istrinya, sementara Lea hanya bisa pasrah sambil merasakan jika dirinya penuh setelah menerima hujanan cairan oleh Jimin.



Tidak lama kemudian Jimin melepaskan koneksi penyatuan mereka, membuat Lea merasa kecewa karena kekosongan yang dia rasakan, "Kenapa kau masih ingin lagi? jika tidak aku ingin ke kantor," tanpa rasa bersalah Jimin berkata demikian.


"Kau ingin langsung ke kantor?" tanya Lea tidak percaya sambil menarik selimut tinggi-tinggi.



"Iya."



"Aku ingin memeluk Jungkook," ucap Lea asal karena Jimin yang tidak peka terhadap apa yang dia inginkan.


"Ah, sayang kau ingin aku peluk?" tawar Jimin buru-buru setelah menyadari letak kesalahannya. Tadi Jimin ada panggilan mendadak untuk ke kantor, namun entah mengapa dia dan Lea justru berakhir untuk saling memuaskan. Itulah mengapa Jimin sampai melupakan memberika aftercare atau setidaknya membuat Lea nyaman setelah melakukan hubungan intim.

Memeluk tubuh Lea hangat sambil mengusap-usap pelan rambut dan perut besar Lea. "Jangan ke kantor," pinta Lea memohon.


"Kenapa jadi manja seperti ini, hm?" heran Jimin karena tidak biasanya Lea sampai memohon seperti ini.



"Memangnya tidak boleh?" tanya Lea mendadak dengan nada serak, membuat jantung Jimin bedebar dengan sangat cepat karena panik.


"Tentu boleh Lea, sangat boleh. Kau selalu boleh manja kapan pun denganku."



Hingga sesaat Jimin berniat ingin menyingkirkan rambut halus yang menutupi pipi Lea. Baru saja tangan Jimin hampir menyentuh pipi istrinya, namun Lea sudah lebih dulu memalingkan wajah. Membuat Jimin semakin yakin jika Lea menyimpan trauma dengannya.



"Lea?"




"Hm?" Lea hanya bergumam pelan.



"Kau takut denganku?" rasanya sakit saat Jimin melotarkan pertanyaan demikian. Marah serta kesal pada dirinya sendiri karena membuat Lea sampai begini.


"Jangan pernah melakukan itu lagi," pinta Lea dengan mata yang berair, terlihat begitu jelas seperti hentak menangis. Tidak ada yang pernah menampar Lea seumur hidupnya, bahkan ayah dan ibunya juga tidak pernah melakukan hal itu. Kecuali Jimin dan Robert, pria yang dulu waktu itu sempat berniat ingin mencelakainya.


"Aku janji aku tidak akan pernah menyakiti kau lagi. Apalagi sampai melayangkan tanganku untuk melukai mu, sekarang kau percaya padaku 'kan?"


Gelengan kepala dari Lea membuat Jimin entah kenapa menjadi takut. Rasanya sesak melihat Lea sampai tidak mempercayainya lagi.


"Kau tidak percaya denganku?" ulang Jimin dengan perasaan yang sulit diartikan, bingung harus berbuat apa karena Lea sampai tidak mempercayainya seperti begini. "Iya, tidak apa-apa jika kau tidak percaya padaku, tapi aku mohon jangan takut padaku lagi."



𝐏𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang