20

1.3K 144 16
                                    

Rasanya aku sudah seperti orang gila yang menangis dipinggir jalanan, bahkan beberapa orang-orang turut menatap ke arahku. Tapi siapa saja yang tidak akan menangis jika tau selama ini tubuh kita hanya dimanfaatkan sebagai alat pemuas nafsu? jujur rasanya benar-benar menyakitkan, aku bahkan merasa sangat hina seperti wanita murahan.

Setelah cukup lama menenangkan diri dan menghapus air mata yang menetes di pipiku. Aku memutuskan untuk pulang, rasanya begitu lelah. Harusnya tadi aku menangis saja di apartemen ku ketimbang di tempat umum seperti ini.

Namun baru saja aku mau beranjak dari tempat duduk, sebuah bola basket sudah terlebih dahulu menghandam kepalaku, "Aw!" aku mengaduh kesakitan, entahlah kenapa hari ini aku benar-benar merasa sial sekali.

"Ah, maaf aku tidak sengaja," ucap seorang pria dengan suara berat, "Kau habis menangis?" tanyanya lagi membuat aku menolehkan kepala. Dari suaranya aku sebetulnya sudah bisa menebak siapa pria ini, dan ketika aku melihat wajahnya aku tidak begitu terlalu terkejut lagi.

"Bukan urusan mu," ucapku entah kenapa merasa dongkol sendiri, namun Taehyung justru tidak mengambil hati ucapan sinisku barusan dan hanya menanggapi dengan terkekeh pelan.


"Apa kau baik-baik saja?" tanya nya serius, mendadak dia jadi perhatian padaku. Padahal sebelumnya dia malah tidak suka padaku.



"Aku baik," balasku pelan.


"Kau terlihat tambah jelek saat menangis," ucapnya bercanda tapi aku sama sekali tidak menggubris ucapannya itu. Perlahan aku kembali menangis, aku tidak tau mengapa tapi air mataku kembali tidak terbenung lagi.

"M-maafkan aku, aku tidak bermaksud menghina mu," tiba-tiba Taehyung jadi merasa bersalah. "Tidak apa-apa, menangis saja sampai kau puas. Anggap aku tidak ada disini, oke?"


"Mana bisa begitu hiks . . . kau ada didepanku," tangisku tidak tau harus bagaimana lagi, aku ingin segera pulang dan menangis lepas di apartemenku. Tapi air mata sialan ku ini tidak mau di ajak bekerja sama!

"Tapi aku tidak punya kekuatan, jadi aku tidak bisa menghilang," jawab Taehyung absurb, mendengar itu aku ingin sekali memukulnya.


"Lea kau dilihati oleh banyak orang," ucap Taehyung lagi khawatir, namun bukan khawatir padaku. Tapi lebih tepatnya dia khawatir pada dirinya sendiri karena kami terlihat seperti dua orang yang lepas berkelahi.

"Kalau begitu kau pergi saja."


"Aku ingin tapi aku tidak bisa meninggalkan mu sendiri."


"Memangnya kenapa?" tanyaku penasaran.

"Aku takut kau akan bunuh diri," ucapnya membuat aku mendengus.

"Taehyung pulanglah, aku tidak apa-apa sendiri disini. Aku ingin sendiri," ucapku serius berharap dia mau mengerti, lagipula rasanya begitu aneh jika kami tiba-tiba akrab seperti ini.

"Sudah aku bilang aku tidak bisa meningalkan mu sendiri, bagaimana jika kau ku antar pulang saja? setidaknya aku bisa memastikan kau aman sampai di rumah," tawarnya membuat aku sempat berfikir untuk menerima tawarannya atau tidak. Hingga pada akhirnya aku menutuskan untuk menerima saja tawarannya barusan, terlebih aku juga sedang malas berdebat.

Aku tau Taehyung memang berniat baik, jadi tidak ada salahnya aku menerima tawaran Taehyung barusan. Meskipun terkadang dia memang sangat menyebalkan. Saat memasuki mobilnya pun, kami saling diam satu sama lain. Karena saat ini aku memang ingin sendiri.


"Taehyung, bukan 'kah kau bilang kau benci padaku?" tanyaku mulai membuka suara.


"Kapan aku bilang begitu?" Taehyung malah balik bertanya.

𝐏𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang