31

1.3K 143 27
                                    

Warning 21+!!!






Aku begitu merasa gugup selama upacara pernikahan kami berlangsung. Bahkan saat kami mengucapkan janji pernikahan di depan altar, sampai saling bertukar cicin. Kendati akupun dibuat merasa bahagia sekaligus sedih, bahagia karena aku dan Jimin sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Dan sedih karna itu artinya aku harus meninggalkan kedua orangtua ku dan hidup bersama suami ku.

Setelah cincin kami berhasil dipasangkan, Jimin memegang dagu ku pelan lalu mendekatkan wajahnya untuk menyatukan kedua bibir kami. Jujur, ini adalah kali pertama aku berciuman dan di saksikan oleh banyak orang.

Hari ini adalah hari yang sangat panjang, karena setelah ini kami masih harus ke tempat resepsi pernikahan untuk menyambut para tamu undangan. Dari rekan bisnis keluarga kami berdua, sahabat-sabahat terdekat, hingga sampai teman kampus kami.


Di pengujung acara aku berkumpul sebentar bersama Yuna dan Jiyeon, jangan lupakan perut Yuna yang mulai terlihat di kehamilannya yang masih muda ini.


"Kalian benar-benar meninggalkan ku," sungut Jiyeon seolah-olah seperti sedang terhianati.


"Itu artinya kau harus segera menyusul kami," balas Yuna santai sambil mengelus-ngelus pelan perutnya.


"Menyusul bagaimana? pacar saja aku tidak punya!" kesal Jiyeon semakin menjadi-jadi.


"Oh iya, Lea apa kau sudah bertemu dengan Jihan?" tanya Yuna tiba-tiba.

Aku menganggukan kepala, "Kemarin kami sempat bertemu, hari ini dia juga datang bersama Jiya. Bahkan tadi kami sempat mengobrol sebentar," jawabku padanya.


"Tapi kok aku tidak ada melihatnya sih?"



"Itu karena kau yang fokus manja pada Jay!" cerca Jiyeon entah kenapa jadi gampang marah. Mood nya sedang tidak baik, aku mengerti Jiyeon pasti sedang merasa kesempian karena kami sudah menikah.

"Aish! berhenti berteriak padaku!" balas Yuna malah ikut berteriak. "Berarti kau juga sudah bertemu. dengan anaknya?"


Aku kembali menganggukan kepala, sementara Jiyeon sibuk memantau sekitar karena sekarang mereka sedang menyembunyikan ku dari Jimin. Padahal Jimin juga tidak akan melarangku untuk berkumpul bersama mereka.

"Lea aku membawakan sesuatu pada mu, Jimin pasti menyukainya," ucap Jiyeon sangat mencurigakan.

"Apa itu?" balasku penasaran.

Kemudian Jiyeon mengambil dua buah kantong belanja lalu memberikannya padaku. Aku sedikit menyeritkan mata saat menerimanya, namun saat aku membuka isinya aku dibuat sedikit melotot. "Satu dari ku dan satu lagi Yuna yang membelikannya untuk mu."


"Kau gila aku tidak mungkin memakainya," ucapku dengan wajah yang memerah sambil sedikit berbisik.


"Aku membelikan mu yang paling seksi tau!" protes Jiyeon kembali sensi lagi.


"Itu masalahnya," balasku cemberut. Apalagi lingerie yang dibelikan Jiyeon sangat minim sekali, ada yang tembus pandang, lalu memiliki pola belubang yang banyak, tidak hanya itu dia juga membelikanku yang berwarna merah mencolok.


𝐏𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang