53

601 49 8
                                    

Beberapa kali Jimin mengganti posisi baringnya, bahkan tidak jarang sesekali pria itu berdiri kemudian beralih duduk dengan perasaan yang tidak tenang.

"Kau takut ada rentenir penangih hutang yang datang, ya?" tebak Taehyung tanpa mengalihkan sedikitpun padangannya dari koran yang sedang pria itu baca.


Mendengar itu Jimin sontak berdecak, "Kenapa hari ini Lea belum datang?" sungut pria itu, karena seharusnya hari ini dirinya sudah mendapatkan kunjungan dari istri tercinta bukan hanya hari kemarin saja. Sungguh rasanya Jimin ingin memaki petugas yang kemarin hanya memberikannya waktu jenguk yang begitu sebentar.

"Aku tidak tau," jawab Taehyung cuek, membuat pria yang berada di depannya menatapnya datar.

"Setidaknya lakukan sesuatu, hubungi istriku!" serunya tidak sabaran, karena dari kemarin Jimin memang tidak memegang ponselnya sendiri.

Taehyung menghela nafas begitu panjang, sebelum akhirnya menurut terhadap apa yang temannya ini katakan. Mencoba menghubungi Lea meskipun hasilnya tampak nihil, karena pesan dan panggilan nya sama sekali tidak dijawab, "See? mungkin istrimu sudah menghilang," jawab pria itu asal."

"Jaga ucapan mu," kesal Jimin sambil merampas paksa handphone milik Taehyung. Sayangnya dia juga mengalami apa yang Taehyung alami, semua pesan dan panggilan darinya sama sekali tidak masuk. Membuat pria itu semakin merasa panik, namun juga tidak memungkinkan baginya untuk kabur dari tempat ini.

"H—heem," suara deheman terdengar dari arah pintu, dimana disana sudah berdiri Jungkook yang datang sambil membawakan bunga. Membuat kedua orang pria yang berada di dalam ruangan rawat menatapnya aneh, terlebih kehadiran pria itu sama sekali tidak diharapkan disini.

Jungkook masuk dengan gelagatnya yang begitu santai tapi entah kenapa terlihat begitu mengejek di mata Jimin. Pria itu meletakan bunga itu di atas meja lalu berdiri di sebelah Taehyung dengan sok akrab.


"Aku tidak memakan bunga," ucap Jimin malas.

"Info yang sangat bagus, kau tau aku hampir saja berencana menumis bunga ini lalu aku bawakan padamu," sahut Jungkook benar-benar terdengar menyebalkan. Sementara Taehyung dibuat menahan tawa mendengar perdebatan kedua pria ini.

"Apa mau mu?" tanya Jimin setelah menghembuskan nafas panjang.


"Hanya ingin datang berkunjung."

"Kau pasti bercanda."


Jungkook seketika tertawa dengan begitu lucu, kemudian menatap Jimin dengan penuh senyuman, "Kau tau aku tadi bertemu dengan istrimu dan ibu mertua mu."

"Aku rasa kau akan mendapatkan masalah serius, karena ibu kandung Lea sama sekali tidak terima jika suami anaknya menampar putrinya," ucap pria itu kemudian diakhiri dengan senyuman yang begitu puas. Seketika raut wajah Jimin menjadi terlihat begitu tegang. Selama ini ibu kandung Lea memang belum tau soal masalah ini, ditambah lagi. Meskipun ibu mertuanya itu terlihat baik dan agak sedikit cerewet, namun Jimin sadar ibu mertuanya tidak akan tinggal diam setelah tau jika Jimin pernah menyakiti putrinya.


"Aku tidak ikut campur," ucap Taehyung kemudian memilih untuk pergi saat Jimin baru saja ingin membuka suara untuk meminta pertolongan kepadanya.

Sepertinya Jimin juga tidak punya pilihan lain untuk menyogok petugas keamanan agar dia bisa keluar dengan cepat dari tempat ini.

***

Lea hanya bisa menangis mendengarkan omelan dan marahan dari ibunya yang terus-terusan memarahinya. Belum lagi lututnya yang terasa begitu sakit akibat terseleo, meskipun Lea tidak tau hal pastinya yang menyebabkan lututnya kanannya tiba-tiba menjdi sakit setelah dia bangun tidur.

"Kenapa kau tidak memberitahu ibu jika Jimin menampar mu?!" seru ibunya dengan begitu marah, bahkan tanpa segan ibunya memukul stir mobil dengan begitu kuat. Saat ini keduanya sedang berada di berjalanan pulang menuju kota tempat tinggal ibunya.

"Kau tau hati ibu begitu sakit setelah mengetahui jika ada pria yang menyakiti mu," Lea hanya bisa dibuat menelan ludah saat ibunya menoleh ke arahnya dengan tatapan tajam.

"Kalian baru menikah beberapa bulan dan dia sudah berani berbuat seperti ini kepadamu! apa kau tidak bisa membayangkan jika kalian sudah menikah lama dan ibu sudah tidak ada, mungkin dia akan berani berlaku lebih dari itu."

"Awas saja jika aku bertemu dengannya! aku akan memberikan anak itu pelajaran!" seru ibunya sebelum kecepatan laju mobil semakin bertambah. Lea tau alasan kenapa ayah dan ibunya dulu bercerai, salah satunya karena ibunya yang begitu keras kepala dan ingin selalu menjadi dominan. Meskipun begitu Lea tau, jika ayah dan ibunya sebenarnya saling mencintai satu sama lain dengan begitu dalam.

***

Sepertinya Jiya tidak punya pilihan lain saat dia dititipkan sementara dengan ibunya. Membuat anak kecil itu merasa sedikit canggung dengan ibunya sendiri, setelah ancaman yang pernah ibunya itu berikan kepadanya.

"Jiya kenapa makanan mu tidak dimakan?" tanya Jihan heran dengan nada yang lembut.

"Jiya masih marah ya dengan mama?" tanya Jihan dengan penuh rasa bersalah sambil merangkul kursi belakang anaknya.

Jiye menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban, hal tersebut membuat Jihan tersenyum, "Mama minta maaf karena selama ini mama begitu jahat dengan Jiya, tapi Jiya tau semua itu mama lakukan karena mama tidak mau mama Lea menyakiti mu."


Mendengar itu Jiya sontak mengadahkan kepalanya, "Jiya ingin tau tidak hal sebenarnya?" tanya Jihan membuat Jiya menganggukan kepala pelan.

"Mama Lea itu sebenarnya jahat, dia mengambil papa dari kita. Harusnya kita bisa menjadi keluarga yang utuh jika saja mama Lea tidak merebut papa dari kita," mendengar itu Jiya sontak mematung, pikiran kecilnya seketika didoktrin agar benci kepada Lea sebagai wanita yang jahat.

"Jiya tau kan jika Papa dan Mama sangat mencintai?"

Jiya menganggukan kepala setuju, "Mama sejujurnya sangat sedih, Mama tidak mau Jiya punya Mama lain selain Mama. Mama ingin Jiya menjadi anak satu-satunya Papa dan Mama."

"Jiya tau setiap kali Jiya memanggil Mama Lea dengan sebutan Mama hal itu membuat Mama terluka. Karena Mama tau tidak akan ada yang menyayangi Jiya lebih besar dari Mama," kemudian air mata Jihan menetes dengan begitu saja.

"Mungkin sekarang mama Lea masih menyayangi Jiya dengan begitu besar, tapi bagaimana nanti jika adik Jiya lahir. Mama takut Jiya akan diabaikan, bahkan Mama juga tidak yakin jika Papa masih sayang dengan Jiya."

Seketika Jiya mengerti, anak itu terdiam sambil membayangkan jika suatu saat nanti Mama Lea dan Papa nya tidak akan menyanginya lagi dan malah menyangi adik barunya. Seketika rasa cemburu itu mempengaruhinya. Jiya tidak ingin digantikan dan dia hanya ingin menjadi satu-satunya anak kesayangan papa.

"Jiya pernah melihat ibu tiri di film kartun disney? Mungkin tidak semua ibu tiri jahat tapi tidak menutup kemungkinan juga jika ada ibu tiri yang jahat," setelah itu Jihan berdiri, kemudian tersenyum senang melihat raut wajah putrinya yang terlihat menampilkan emosi seperti yang dia inginkan.

𝐏𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang