Aku melenguh pelan dengan mata yang masih terpejam, bahkan rasanya berat sekali hanya untuk sekedar membuka mata. Dahiku menyerit aku merasakan sesuatu meraba paha dalamku, kuharap itu bukan serangga atau cicak.
"Jadi kau ingin kita punya anak laki-laki atau perempuan? " hembusan hangat dengan suara husky itu pada telingaku sukses membuat tubuhku merinding.
Aku melebarkan mata, "AAAAAAAA! " bertapa terkejutnya aku ketika mendapati keadaanku yang berbaring satu ranjang bersama Jimin, dia bahkan setengah naked tanpa memakai baju degan satu tangannya yang menyusup kedalam pahaku.
"Hush diamlah, " seratnya masih terpejam disebelahku, semakin merapatkan tubuhnya pada tubuhku.
"J-Jjimin apa yang terjadi? " tanyaku takut, aku memang masih menggunakan dressku tadi malam yang sudah terangkat keatas. Mendadak aku merasa panik dengan peluh penuh ketakutan.
"Kita tidak melakukan apapun tadi malam, " jelasnya membuka mata membuat mataku bertemu dengan manik gelap miliknya.
Aku memperhatikan sekitar, kamar Jimin sangat luas dengan nuansa warna gelap, "Lalu kenapa kita bisa tidur seranjang? "
Jimin terkekeh menganggap pertanyaanku adalah hal yang lucu menurutnya, "Aku sudah terlalu mabuk tadi malam, bahkan untuk pindah kamar saja rasanya sangat sulit. "
"Berhenti menatapku tajam begitu seakan aku adalah om-om mesum, " desisnya memperotes tatapanku.
"Masalahnya kau memang mesum! "
Jimin tersenyum miring, "Ingin kutunjukan kemesumanku seperti apa? "
Kepalaku terangkat tidak konek dengan apa yang Jimin katakan barusan, "Eoh m-maksudmu?" selanjutnya aku dibuat memekik saat Jimin menggulingkan tubuh kami membuat posisi dimana dia menindih tubuhku.
"Yaaaa! Jimin apa yang kau lakukan?! " teriaku sambil memukul-mukul dadanya.
Satu tangan Jimin memaksa pahaku untuk terbuka lebar, dia lalu menaruh salah satu kakinya yang bertumpu pada lutut diantara kedua pahaku. "Jangan menggigit bibirmu begitu Lea," ucapnya lalu menundukan kepalanya untuk melumat bibirku.
"Ugh Jimin berhen-ti! "pungkasku dengan susah payah pada sela lumatan bibirnya. Lutut Jimin bahkan semakin naik keatas pahaku hingga sampai menyentuh intimku, bergesekan dari luar dengan milikku.
Aku semakin menarik tubuhku keatas tapi rasanya itu percuma karna lutut Jimin juga ikut naik untuk tetap menekan milikku. "Berjanjilah padaku, bahwa hanya aku yang boleh menyentuhmu begini. "
Aku memejamkan mata sambil meremas bahunya kuat saat ciuman Jimin turun pada rahangku. Aku bahkan tidak mengerti kenapa Jimin bisa membuat perjanjian seperti begitu, "Aghhh, " aku mendesah kuat saat lutut Jimin semakin menekanku.
"Jawab Lea, " hisapan bibir Jimin pada leherku semakin kuat, kuyakin itu akan menimbulkan bekas yang memerah.
"Kenapa aku harus berjanji padamu?" ucapku tak habis pikir, aku meremas rambut Jimin kuat karena kepalanya yang terus menyerah area leherku.
"Karena aku ingin kau menjadi milikku, " ucapan Jimin berhasil membuat aku mematung ditempat.
"Ahhh Jangan! " kataku saat merasakan tangan Jimin menjalar pada pahaku hingga menyusup membelai intimku dari luar celana dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞
Fanfiction𝐌𝐀𝐓𝐔𝐑𝐄 Lea membenci sebuah janji, namun seseorang dengan beraninya datang untuk berjanji padanya namun juga diingkari dengan begitu pelik. 🏆 jungkook [19/01/2022] 🏆 jin [20/01/2022] Publish : 6 Mei 2020 Copyright ©Skylightzv