6

2.8K 279 26
                                    

Butuh waktu lama bagi perempuan untuk berdandan, bahkan barangkali semerta-merta hanya untuk menggambar alis saja bisa membutuhkan waktu hampir tiga puluh menitan. Terutama aku karna aku sangat tidak bisa sekali berdandan, itupun baru memasuki dunia perkuliahan aku baru menyentuh makeup dan segala jenisnya.

Biasanya aku hanya menggunakan liptint biar tidak kelihatan pucat.

"Kenapa perlu berdandan sih kau 'kan sudah cantik, " gerutu Jimin yang nampaknya sudah bosan menunggu.

Aku tidak tau apakah itu masuk kedalam kategori pujian karena pipiku sudah memerah mendengar itu. "Salah kau sendiri kenapa datang terlalu awal, " jawabku, Jimin bahkan sudah datang dari jam empat sore.

Jimin hanya terkekeh mendengar itu, lalu matanya melihat kearah kotak makeup ku. Tidak hanya melihat karna sekarang Jimin justru melihat satu persatu alat makeup milikku, membukanya lalu menutupnya lagi. "Ini lipbalm 'kan namanya? " tanyanya memastikan sambil menunjukan itu padaku.

Aku mengangguk membenarkan, "Kau mau coba? " tawarku padanya.

Jimin menatap lipbalm ditangannya dengan padangan yang sulit diartikan, seperti melihat sesuatu yang baru. "Boleh. "

Sebetulnya aku tidak terlalu serius dengan penawaranku tadi, sedikit bercanda juga dan jawaban Jimin membuat aku sungguh tak percaya. "Tapi-itu sudah pernah kupakai Jim. Sudah bekasku. "

"Tidak masalah, " ucap Jimin mengangkat bahunya.


"Kau ingin pakai sendiri atau aku pakaikan? "


"Kau pakaikan," jawabnya cepat.

"Kau belum pernah pakai lipbalm sama sekali ya? " tanyaku padanya sambil mengambil lipbalm itu dari tanganya. Aku memajukan posisi dudukku mendekatkan badanku dengan badanya. Dari sini aku mencium aroma parfum Jimin yang sangat khas sekali, harum dan aku menyukainya.

"Belum aku hanya pernah mendengar ini dari Yuna dia bilang lipbalm bagus sekali untuk bibir kering," aku mulai mengoleskan lipbalm itu pada bibir tebalnya yang menggoda, bahkan otakku sedikit gila jika memikirkan bahwa bibir itu pernah menciumku dengan begitu possesive.

"Nampaknya kalian sangat dekat sekali, " aku mulai sedikit menjauh setelah selesai mengoleskan lipbalm itu pada bibir Jimin.

"Jangan salah paham. Hanya dekat karna dia pacar temanku, " ucapnya tidak mau aku salah paham barangkali apalagi takut mengira jika Jimin mempunyai hubungan khusus dengan Yuna dan berniat menikung Jay.

"Aku tau, ayo kita pergi aku sudah selesai," ucapku tersenyum lalu memasukan handphone dan dompetku kedalam tas.

Jimin mengangguk, "Lea-ah, " panggilnya membuat aku menoleh. "gaun mu cantik, " katanya tulus.

"Gumawo, kau juga tampan sekali dengan baju itu. " pujiku balik. Tapi serius Jimin sangat tampan sekali padahal dia hanya menggunakan kaos hitam dan jaket.

Setelah itu kami segera turun kebawah, sampainya dibawah aku dibuat tercengang karna kali ini Jimin membawa mobil ferrari miliknya. Aku tau Jimin kaya raya, tapi kekayaannya membuat aku merasa seperti rakyat jelata jika berada didekatnya.

Memang awalnya agak sedikit canggung berada di dekat Jimin, tapi setelah perbincangan di apartemenku aku sedikit mencoba untuk mulai terbiasa denganya. Jalanan kota Seoul sedikit macet malam ini karna ada tabrakan didepan sana, oleh karna itu perjalanan kami jadi lebih lama dari biasanya.

Karna sedikit bosan Jimin menghidupkan musik di mobilnya. Lagu Love Story milik Taylor Swift melantun memenuhi mobil dengan suara merdunya.


𝐏𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang