35

1.2K 165 98
                                    

Ternyata apa yang sempat aku pikirkan dulu itu benar, Jimin benar-benar posessive padaku. Dia bahkan melarangku mengerjakan pekerjaan rumah dan aku juga tidak di perbolehkkan lagi pergi ke kampus.


"Kalau aku tidak memasak kita akan makan apa?" ucapku cemberut, karena tidak bisa melakukan segala hal sesuka ku.



"Kita bisa memesan diluar," ucap Jimin sambil memasang dasi miliknya. Aku bahkan merasa sedih hanya karena Jimin pergi ke kantor. Semejak kami menikah Jimin memutuskan untuk bekerja di kantor ayahnya, mengingat sekarang dia sudah mempunyai tanggungan. Soal kuliahnya Jimin sendiri masih sedikit demi sedikit menyusun skripsi miliknya. Karena sekarang dia sudah semester akhir.



"Jimin . . ." lirihku cemberut.



"Ada apa Lea? aku tidak mau kau kelelahan, jadi menurutlah padaku."


Aku menggelengkan kepala, bukan itu yang aku maksud, "Aku mau peluk," pintaku kemudian mendekatkan tubuhku padanya, sementara Jimin langsung merangkul ku kedalam pelukannya.


"Istriku cantik sekali hm, apalagi jika sedang manja seperti ini," ucapnya sambil tidak lupa mengusap-usap puncak kepalaku, dia bahkan menciumi rambutku membuat aku merasa nyaman. Ingin seperti ini terus rasanya.

Jimin tidak memelukku lama, karena dia juga harus segera pergi ke kantor, "Aku masih mau cium," sungutku sengaja ingin memperlama agar Jimin tidak segera pergi.


"Habis ku cium kau ingin apa lagi?" tanya Jimin tau kalau aku sengaja menahannya agar tidak segera pergi ke kantor.


"Mau kau dirumah terus bersama ku," ucapku kemudian berjinjit didepannya agar bisa mengecup pelan bibirnya.

"Sayang aku harus bekerja, demi kau dan calon anak kita," ucap Jimin membuat aku sedikit cemberut, karena tidak bisa mendapatkan apa yang aku mau.

"Jangan cemberut, aku pasti akan segera pulang," setelah mengatakan itu Jimin kemudian menyatukan kedua bibir kami, memberikan lumatan pelan. Jimin melepaskan ciuman kami saat aku mulai kehabisan nafas.

"Aku mau babymoon," pintaku namun Jimin malah terkekeh.


"Kita akan babymoon jika kandungan mu sudah agak membesar."

"Tapi itu sangat lama, Jay dan Yuna saja sudah babymooon," balasku sedih.


"Lea, kandungan Yuna sudah empat bulan. Jika kandungan mu juga sudah segitu aku juga akan mengajakmu babymoon," ucap Jimin tetap sabar, "Aku berangkat kerja dulu," setelah itu Jimin mencium pipiku sebelum akhirnya dia berangkat ke kantor.

***

Sebuah map beberapa kali diperiksa oleh seorang pria yang kini sedang memastikan data yang tertera di map dan di laptop miliknya sesuai. Wajahnya tampak serius, ditambah dengan kaca mata yang sedang dia gunakan turut menambah kesan keseriusan dalam raut wajahnya. Jimin juga beberapa kali menelpon beberapa klien untuk membicarakan supply barang yang dia butuhkan.


Meskipun bekerja bukalan hal yang mudah untuk dilakukan, namun Jimin berusaha sekeras mungkin untuk bisa melakukannya. Dia juga tidak mungkin berharap pada bantuan ayahnya terus, oleh karena itu dia berusaha dengan tenaganya sendiri dan mulai belajar bagaimana cara untuk bertanggung jawab.


Tidak hanya Lea dan calon bayinya, tetapi juga Jiya yang harus dia tanggung. Meskipun itu harus membuat waktu santainya berkurang, bahkan membuat dia tidak bisa berkumpul dengan teman-temannya sekalipun namun Jimin tidak keberatan untuk melakukan itu.

𝐏𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang