45

1.1K 151 20
                                    

Lima belas tusuk odeng dan dua tusuk dakkochi chicken sudah berhasil aku habiskan, tapi anehnya aku tetap merasa lapar. Aku menahan diri untuk tidak membeli makanan lagi, karena sudah terlalu banyak makanan yang aku habiskan. Mungkin ini juga efek karena moodku yang mendadak menjadi buruk. Karena itu aku jadi makan dengan begitu banyak.

Tadinya setelah selesai menangis aku memutuskan untuk keluar sebentar membeli makanan. Kali ini aku hanya pergi sendiri, setelah Jiyeon pulang dari rumah Appa ku. Aku bahkan sengaja mengupload beberapa foto di sns agar Jimin tau jika saat ini aku sedang berada di luar.

Sesaat kemudian aku mencari tempat duduk sambil memegang minuman di tanganku. Hingga mataku tidak sengaja bertatapan dengan seorang pria yang kebetulan juga menatap ke arahku.

"Apa yang Oppa lakukan disini?" sapaku terlebih dahulu sambil melihat ke arah sekitar untuk memastikan, apakah pria dihadapan ku saat ini hanya sendirian atau bersama orang lain.


"Membeli tteokbokki untuk istriku," balasnya membuat aku menganggukan kepala paham, "Kau sendiri, hanya pergi sendirian?" tebaknya dan aku balas dengan anggukan kepala.

"Kau masih bertengkar dengan suami mu, ya?" ucapnya mencoba untuk menerka apa yang sedang terjadi. Kemudian Seokjin Oppa membawaku untuk duduk disalah satu bangku karena dia kasihan aku terus berdiri, terlebih aku juga sedang hamil besar.

"Apa yang waktu itu suami mu? dia terlihat seperti pria yang baik-baik," ucapnya namun membuat aku bingung. Apa Seokjin Oppa sedang memuji Jimin?

"Apa ucapanku barusan salah? karena kau terlihat tampak murung," tanya nya membuat aku menoleh.

"Aniya," aku menggelengkan kepala.

"Aku tidak tau apa yang terjadi antara suami mu dan kau Lea. Tapi aku berharap kalian bisa segera baikan," ucapnya kemudian di akhiri dengan sebuah senyuman kepada ku.

"Terkecuali suami mu pernah melakukan hal kasar kepadamu," tambahnya lagi membuat aku seketika mematung.

"Kenapa begitu?" aku bertanya bingung, sekaligus gelisah. Jimin pernah menamparku, apakah itu berarti sangat buruk?

"Aku tidak memaksa mu untuk percaya padaku, tapi jika seorang laki-laki pernah main tangan. Maka dia pasti akan mengulangi perbuatannya lagi," jujur mendengar itu aku menjadi tambah takut, sekaligus bingung harus merespon apa.

Apa Jimin akan melakukan hal yang sama seperti ucapan Seokjin Oppa barusan?



"Tidak usah terlalu di pikirkan," ucap Seokjin Oppa sambil terkekeh agar percakapan kami tidak terlalu canggung. Namun menyadari aku yang terdiam cukup lama membuatnya sedikit melotot, "Kau membuatku berfikir bahwa suami mu seperti yang aku katakan barusan," paniknya setengah mati.


"Itu tidak benarkan, Lea?" tanya nya khawatir.


"Yang Oppa katakan benar," entahlah mengapa, tapi kali ini aku tidak bisa berbohong. Kemudian aku menceritakan apa yang terjadi tentang saat itu kepada Seokjin Oppa.


"Aku tidak menyangka kau bisa menerima pria yang sudah memiliki anak menjadi suami mu," gumam Seokjin Oppa tidak menyangka setelah dia mendengar semua ceritaku.

"Apa itu buruk?" tanya ku padanya, sebetulnya selama ini aku hanya berpikir dan menempatkan posisi ku bahwa aku sedang menikah dengan seorang pria yang sudah bercerai dari istrinya dan mereka memiliki seorang anak. Karena aku rasa di luar sana juga banyak wanita yang seperti ku dan bisa menerima dan menyayangi anak tiri mereka dengan begitu baik.


𝐏𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang