Warning 21+
"Kenapa diam?" itu adalah suara Jimin yang baru saja datang ke dapur sambil membawa botol berisi air minum.
Aku sedikit gelagapan sepertinya Jimin menyadari diam nya aku semejak pulang dari tempat tennis tadi. Aku hanya menjawab bahwa tidak ada apa-apa, membuat pria Ryu itu menganggukkan kepala paham kemudian naik ke atas tempat tidur dan mengambil tempat tepat disebelahku.
"Aku ingin memelukmu," ucap Jimin kemudian mendekatkan tubuhnya untuk memelukku.
"Jimin-ah," panggilku seraya mengadahkan kepalaku untuk bisa menatap wajahnya.
"Kenapa sayang?" sahutnya sekaligus memberikan kecupan singkat pada bibirku. Jantungku berdegub dengan sangat kuat akan perilaku Jimin yang mendadak tadi.
Mendadak aku sedikit tidak yakin untuk bertanya perihal Jihan yang menelpon tadi sore, tapi jika aku tidak bertanya aku pasti tidak akan merasa tenang. Dengan pasrah aku menghembuskan nafas kasar, sekaligus mencoba memantapkan hatiku, "Apa kau dan Jihan masih sering berhubungan?"
Wajah Jimin terlihat biasa-biasa saja, kukira tadi dia bakal terkejut karna aku bertanya sepertinya begitu, "Tidak, memangnya kenapa?"
Aku sedikit mengercutkan bibirku, sepertinya Jimin dan Jihan memang tidak ada hubungan apa-apa. Dan mungkin cuma aku saja yang terlalu overthinking, "Jihan ada menelpon mu tadi sore," ucapku padanya.
"Kau mengangkat telponnya?" tanya Jimin dan ku balas dengan gelengan kepala, meskipun Jimin tidak memberi password pada handphonenya aku tetap tidak akan membuka handphonenya tanpa seizin darinya.
"Iya, aku juga melihat log panggilan masuk darinya. Namun saat aku menelponnya balik nomornya malah tidak aktif," jelas Jimin padaku, "Lea, aku sudah lama tidak berhubungan lagi dengan Jihan dan aku juga tidak tau kenapa dia tiba-tiba menelpon ku."
Aku menganggukkan kepala mengerti, "Jimin maaf, aku tidak bermaksud menuduhmu," jujur aku mendadak merasa malu dan bersalah.
"Iya aku mengerti, yang terpenting kau harus berjanji untuk selalu percaya padaku," pintannya membuat aku menganggukkan kepala mengerti.
"Kau juga harus berjanji untuk selalu percaya padaku," balasku sambil mengaitkan kedua jari kelingking kami.
"Itu sudah pasti sayang," selanjutnya aku lagi-lagi dibuat terkejut karna Jimin kembali mencium bibirku, namun kali ini lebih dalam dan lebih panas dari sebelumnya. Aku bahkan sampai kesulitan untuk bernafas, karna Jimin sama sekali tidak memberikan kesempatan untukku mengambil nafas.
Nafasku terengah-engah saat sudah berhasil melepaskan ciuman kami, baru saja beberapa detik aku bisa menarik nafas namun Jimin sudah berniat kembali menyatukan bibir kami, "nghh-Jimin!"
Aku sempat menangkap Jimin tersenyum miring, sebelum akhirnya mataku perlahan terpejam saat bibir tebalnya turun pada area leherku. Rasanya geli dan aneh, sampai membuat tubuhku bergetar seperti ada jutaan kupu-kupu yang terbang di dalam perutku, "Lea?" panggil Jimin dengan suara yang begitu serak.
"A-apa?"
"Can we have sex?"
Seketika bibirku kelu dan tidak mampu untuk menjawab apa-apa, saat ini aku benar-benar merasa gugup ditambah Jimin yang menatapku dengan tatapan intens, "Do you have a condom?"
Jimin menaikan salah satu alisnya, "Untuk apa?"
Mendengar jawaban Jimin yang kelewatan santai itu membuat aku melebarkan mata untuk protes, "Kalau begitu kau tidak boleh menyentuhku," putusku final.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞
Fanfiction𝐌𝐀𝐓𝐔𝐑𝐄 Lea membenci sebuah janji, namun seseorang dengan beraninya datang untuk berjanji padanya namun juga diingkari dengan begitu pelik. 🏆 jungkook [19/01/2022] 🏆 jin [20/01/2022] Publish : 6 Mei 2020 Copyright ©Skylightzv