Cuaca sore hari di tepian sungai Han begitu menyegarkan, kicauan burung ikut terdengar setiap kali burung-burung itu hinggap di batang pohon. Untungnya aku menggunakan jaket, jadi aku tidak kedinginan akibat angin kencang yang menerpa setiap epidermis kulitku.
Jiya asik memainkan bola yang dibelikan oleh Jimin, sesekali dia menendang bola tersebut lalu mengambilnya kembali saat bola itu terpental jauh darinya. Dari tempat duduk aku dan Jimin memantau pergerakan Jiya, agar tidak hilang dari pandangan kami.
"Apa Taehyung belum datang juga?" tanyaku pada Jimin karena hari sudah mulai mengelap, pengunjung yang berdatangan pun sudah mulai berkurang karena sudah banyak yang pulang.
"Mungkin dia tersesat, tadi dia sempat mengirim pesan kepadaku kalau dia sudah sekitar sini," sesekali Jimin juga melirih ke arah jam tangan miliknya, karena khawatir kami akan terlambang datang untuk makan malam. Terlebih kami juga sudah memesan meja duluan.
"Aku akan menelponnya, aku titip Jiya padamu," setelah itu Jimin beranjak pergi sambil menelpon Taehyung. Jimin bahkan menuju ke parkiran mobil menuju siapa tau Taehyung ada disana, selain itu lebih mudah baginya bertemu Taehyung disana ketimbang menunggu ditempat kami duduk tadi.
"Jiya sini!" panggilku pada jiya yang sedang mulai bermain dengan anak perempuan seumurannya. Saat aku panggil Jiya langsung mendatangiku, membuat aku tersenyum kepadanya.
"Mama, Papa kemana? kenapa tidak ada?" tanya Jiya yang baru menyadari bahwa Jimin tidak ada.
"Papa pergi sebentar ingin bertemu dengan paman Taehyung, jadi Jiya dan Mama menunggu Papa sebentar disini," jelasku padanya, aku kemudian mengambil tissue dari dalam tas kemudian mengelap seluruh keringat yang bercucuran di wajahnya.
"Jiya mau minum?" tawarku, aku tau Jiya pasti kehausan karena sehabis berlari kesana kemari.
"Mau," kemudian aku memberikan sebotol air minum kepadannya, Jiya sepertinya tampak kehausan karena meneguk banyak sekali air minumnya. Jiya kemudian memberikan botol air minum itu padaku untuk disimpan kembali.
"Mama!" teriak Jiya tiba-tiba, namun jelas saja teriakan itu tidak ditujukan kepadaku namun kepada seseorang membuat aku menoleh mengikuti arah panggilan Jiya.
"Jihan? kau disini?" ucapku tidak menyangka jika Jihan berada disini.
Jihan kemudian memeluk Jiya saat sudah berada didekat kami, "Tadi aku ingin jalan-jalan sore, aku tidak menyangka jika aku akan bertemu kalian disini. Oh iya Lea, aku ingin mengucapkan selamat atas kehamilan mu," ucapnya sambil tersenyum ramah padaku.
"Terima kasih," balasku singkat.
"Jiya apa hari ini kau cerewet? kau tidak boleh menyusahkan Mama Lea karena Mama Lea sedang hamil," nasehat Jihan takut Jiya nakal selama bersama aku dan Jimin.
"Tidak kok Jiya sama sekali tidak nakal, dia bahkan sangat rajin sekali dengan mengemaskan kembali mainannya."
"Ternyata anak Mama memang pintar sekali," Jihan kemudian mencium pipi Jiya lembut, melihat itu aku sedikit salut pada Jihan karena dia selalu mengapresiasi sekecil apapun hal yang dilakukan oleh Jiya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞
Fanfiction𝐌𝐀𝐓𝐔𝐑𝐄 Lea membenci sebuah janji, namun seseorang dengan beraninya datang untuk berjanji padanya namun juga diingkari dengan begitu pelik. 🏆 jungkook [19/01/2022] 🏆 jin [20/01/2022] Publish : 6 Mei 2020 Copyright ©Skylightzv