46

1K 157 23
                                    

Kira-kira selama dua puluh menit aku tertidur di dalam mobil, hingga setelah aku bangun kami sudah berada di dekat rumah ayah ku. Selama sisa perjalanan itu, aku hanya memilih untuk diam. Tidak terlalu menanggapi pertanyaan-pertanyaan Jimin karna mood baru bangun tidurku memang selalu buruk, terlepas dari aku yang masih marah padanya.


"Aku minta maaf," ucap Jimin yang entah itu permintaan maaf yang keberapa kalinya yang pernah aku dengar. Karena sebelumnya Jimin juga sering meminta maaf kepadaku. "Apa tidak ada cara lain agar kau bisa memaafkan semua kesalahan ku?"


"Aku ingin memukul mu," jawabku sontak begitu saja, mendadak aku jadi ingin membalas dendam padanya.


"Kau ingin memukulku?" ulang Jimin malah kelihatan semangat membuat aku jadi kesal sendiri, harusnya dia ketakutan tapi kenapa malah terlihat senang seperti ini!

"Tidak apa, kau mau memukulku sampai tulang ku patang aku tetap tidak akan marah," mendengar itu aku malah tidak berniat untuk memukulnya.


"Tidak jadi, aku tidak minat lagi!" cetusku sambil membuang muka ke arah depan, memperhatikan jalanan di depan kami.


"Kenapa begitu? atau kau mau menghajarku sampai babak belur? atau mau menampar pipi ku? tidak masalah lakukan apa saja yang kau mau," tanya Jimin bertubi-tubi.

"Aku tidak mau melihat wajah mu lagi sampai anak kita lahir," putusku tiba-tiba, padahal tadi aku ingin sekali memukul Jimin!


Mendengar permintaanku Jimin sempat terdiam sampai beberapa saat, "Lea aku mohon, kau boleh melakukan apa saja. Asalkan jangan yang satu itu, aku tidak sanggup jika harus berpisah dengan kau lagi."

Jadi Jimin tidak sanggup berpisah dariku? sekarang aku tahu cara agar membuat Jimin semakin tersiksa, karena itulah yang sebetulnya aku cari. "Tidak mau, kau selalu memarahi ku, melarangku melakukan apa saja yang aku mau."


"Kau masih marah kepadaku soal tato milik mu? sejujurnya tato milik mu bagus sekali, aku hanya khawatir jika kau merasa kesakitan," puji Jimin sangat manis sekali, "Mana coba aku lihat, pasti sangat bagus sekali di kulit mu."

Mendadak aku jadi melotot untuk menutupi bagian dadaku. Bersamaan dengan itu aku baru menyadari jika tato yang berada di area leherku mulai memudar dan beberapa sudut tulisannya mulai terkelupas menghilang dari tubuhku. Itu artinya Jimin daritadi sudah menyadari hal itu, atau bahkan saat aku sedang tertidur dia sudah memeriksa stiker tato temporer milikku.

"Kau pasti berbuat mesum padaku selama aku tertidur?!" tuduhku sambil menatap curiga padanya.


"Mana mungkin aku seperti itu."



"Bohong!"



"Aku sudah tau tato milikmu hanya stiker temporer saat melihatmu melihatmu pertama kali saat di street food," jawabnya, kemudian tidak lama mobil kami sudah berada di depan gerbang rumah ayahku. Menunggu beberapa saat sampai satpam rumah membukakan kami pintu gerbang.

"Setelah aku melahirkan aku akan mentato dada dan paha ku," ucapku sengaja ingin memanas-manasinya.

"Tidak masalah, aku akan menghajar siapa saja orang yang berani mentato tubuh mu. Terutama jika orang itu adalah seorang laki-laki," jawab Jimin santai.

Saat mobil Jimin terhenti di depan rumah, aku baru tersadar satu hal setelah melihat sesuatu di belakang  sebelah kiri kuping Jimin, "Kau memiliki tato baru lagi?" tanyaku tidak percaya, padahal kami baru berpisah beberapa hari ini dan dia sudah memiliki tato baru lagi.

𝐏𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang