33. Pesona

1.9K 351 71
                                    

Rio dan Yoshi pun makan siang bersama di rumah sang murid, Rose hanya diam memperhatikan kedua nya, sebenar nya jam makan siang sudah lewat, dan mereka sudah makan, tapi Yoshi tahu, jika Rio pasti kelaparan, dan sang guru pasti malu serta canggung bila harus makan sendirian, maka dari itu, Yoshi berinisiatif untuk menemani Rio makan, Rose tentu tahu akan hal itu, tapi tidak dengan Rio.

"Sekolah kacau hyung tanpa mu" cerita Yoshi, Rio terkekeh.

"Apa Joshua yang membuat ulah?" Tanya Rio


"Iya, tapi saat aku melewati nya, dia kabur" jawab Yoshi, Joshua sekarang takut dengan Yoshi, yang adalah juara taekwondo olimpiade pelajar.


Rio yang sudah selesai makan pun lantas berdiri, membuka kulkas, mengambil dua buah mangga madu, mencuci lalu mengupas  dan memotong-motong nya disebuah piring, untuk ia nikmati bersama Yoshi, sebagai dessert.


"Tadi coach Shindong memanggil ku"

"Lalu?" Tanya Rio meletakan sepiring buah mangga di hadapan Yoshi, lalu ia pun duduk kembali.

"Dia memintaku mengikuti turnamen lokal, tapi bukan atas nama sekolah" jawab Yoshi.

"Menurut hyung bagaiamana?" Yoshi meminta pendapat.

"Yaa bagus, ikut saja, itu akan menambah jam terbang mu, pengalaman mu, turnamen itu juga bisa menjadi tolok ukur untuk mu nanti, apakah kemampuan mu semakin berkembang atau masih jalan di tempat" pendapat Rio, Rose terus tertegun mendengar obrolan kedua nya, yang terlihat seperti obrolan antara anak laki-laki dan ayah nya, Rose tentu berharap, suatu saat suasana ini tercipta lagi meski entah dengan siapa, ia ingin Yoshi juga punya tempat yang nyaman untuk berdiskusi tentang apa pun yang tak bisa ia bicarakan dengan nya sebagai ibu, Yoshi tetaplah butuh bimbingan dari seseorang yang dia anggap sebagai sosok ayah.


"Tapi aku takut hyung" cemas Yoshi.


"Apa yang kamu takut kan?" Tanya Rio bingung.

"Entah, takut saja" jawab Yoshi yang juga bingung dengan perasaan nya sendiri.


"Itu dia yang pertama kali harus kamu kalahkan, rasa takut mu" ujar Rio menatap serius kedua mata Yoshi.

"Jika kamu ingin sukses, kalahkan dulu rasa takut mu, dan bila itu berhasil, halangan apa pun tak akan mampu menahan mu untuk meraih apa yang kamu mau" semangat Rio, Rose terharu menatap kedua pria di depan nya itu, merasa beruntung bertemu Rio yang mampu menyelamatkan masa depan Yoshi, setidaknya sampai saat ini.



"Minggu depan hyung, turnamen di mulai, di gedung olahraga Epicentrum" kata Yoshi.



"Hyung bisa datangkan?" Tanya Yoshi, mereka pun beranjak, pindah tempat mengobrol di depan tv, Rose sendiri mencuci bekas makan kedua nya tadi.


Yoshi dan Rio duduk diatas karpet depan tv, menghadap ke jendela, sambil berbincang ringan.


"Apa kabar Nancy? Kapan kamu terakhir mengunjungi nya?" Tanya Rio.



"Dua hari yang lalu hyung, dan aku sangat merindukan nya sekarang"


"Kenapa kamu tak mengunjungi nya jika rindu?"


"Aku malas bertemu dengan gadis pengganggu itu"


"Gadis pengganggu?" Gumam Rio bertanya karena ia tak paham dengan yang di maksud oleh Yoshi.


"Yujin" jawab Yoshi malas, Rio langsung terbahak, Rose yang mendengar tawa itu pun ikut tersenyum di dapur.


"Jangan terlalu membenci, nanti kamu akan menyukai nya, atau kamu malah sudah mulai menyukai nya sekarang?" Goda Rio.


"HYUNG" teriak Yoshi kesal karena godaan Rio.


"Lihat lah, wajah mu merona, berarti iyakan?" Rio malah semakin menjadi dalam menggoda Yoshi.


Bugh


Bugh



Karena kesal, Yoshi pun memukuli tubuh Rio, meski tanpa kekuatan.


"Aduh. . . Yoshi. . . Aaww. . . " erangan Rio membuat Rose terkekeh lucu, tapi tak lama kemudian, suara kedua pria itu pun menghilang, ia pun curiga, takut Rio mungkin terluka atau cidera, selesai mencuci, Rose buru-buru menuju ke depan tv, dan yang ia dapati, kedua nya sudah terlentang dengan pulas nya, karena lelah bercanda, dan perut kenyang.



"Pemandangan yang indah bukan" batin Rose, ia menatap wajah damai Rio yang baru kali ini ia lihat saat tengah tertidur, menatap kagum pada pesona sang guru, yang meski masih single, tapi ia pandai dalam menangani remaja seperti Yoshi, yang belum tentu sang ayah mampu meluluhkan nya, tapi Rio, dengan segala kesabaran nya, dan sifat daddyable nya, mampu merubah Yoshi dalam kurun waktu hampir dua tahun, Rose yang hidup belasan tahun bersama sang putra saja, sangat kesulitan dalam menangani kenakalan sang putra.



"Rasanya aku tak ingin kehilangan mu oppa, karena dengan mu, kami bisa merasakan seperti memiliki keluarga yang utuh, egoiskah jika aku berharap oppa tak akan bertemu dengan gadis yang cocok dalam waktu dekat?" Batin Rose sendu, ia memang mulai jatuh pada pesona Rio, komunikasi yang intens, dan rasa kagum mulai menumbuhkan benih-benih di hati nya, tapi, mengingat janji nya pada Yoshi untuk tak menikah lagi, membuat Rose sadar, juga status single parent nya, ia tentu tahu diri, bahwa ada wanita yang lebih pantas untuk Rio, dan itu bukan dia.


Rose meninggalkan ruang tamu, menuju ke kamar, dan menjatuhkan diri diatas ranjang nya, melamun menatap keluar jendela, tanpa ia sadari air mata pun menetes membasahi pipi dan bantal nya.



Yoshi dan Rose, kedua nya merasakan kenyamanan di dekat Rio, bersama pria itu, kebersamaan yang tidak mereka dapat dari Taehyung dulu, kini bisa mereka rasakan, dan Rose yang mulai jatuh cinta pada Rio pun hanya bisa memendam perasaan nya dalam diam, ia tak ingin merusak kebahagiaan Yoshi.





#TBC

My Student's MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang