Rose tak bisa tidur semalaman, memikirkan nasib Yoshi, ia telah di beritahu oleh Yoong tentang pertemuan tak sengaja Yoshi dengan ayah nya, mau menghubungi sang suami juga tak mungkin, karena Rio masih dalam penerbangan.
Setiba di hotel
Rio menyalakan ponsel nya, menunggu ponsel nya siap, ia pun menyelimuti Yoshi yang sudah terlelap.
Krriiinggg. . .
Lewat tengah malam, ponsel Rose berdering, ia pun meraih benda pipih itu dari nakas .
Oppa is Calling
"Hallo"
"Hallo sayang, sudah tiba?"
"Sudah"
"Anak kita bagaimana? Aku sudah mendengar nya dari Yoong oppa"
"Dia baik-baik saja, jangan khawatir, percaya pada ku, ne"
"Syukurlah, aku lega mendengar nya, cerita Yoong oppa begitu menakutkan tadi"
"Tidak, dia baik-baik saja, sudah mau berbicara dan makan seperti biasa nya"
Rio berusaha menutupi keadaan Yoshi yang sebenar nya, karena tak ingin membuat sang istri khawatir, yang akan berdampak pada Aaron juga nanti, karena fakta nya, Yoshi tak baik-baik saja, ia terus melamun, dan tak mau makan.
"Yoshi, dengar kan papa" kata Rio pagi itu, sebelum Yoshi harus berkumpul dengan team untuk berlatih bersama, Rio berlutut di hadapan Yoshi yang lagi-lagi tak mau makan, sambil menggenggam kedua tangan nya.
"Tak peduli mau Yoshi juara atau tidak, Yoshi tetaplah kebanggaan Korea, dan kebanggan keluarga, emas tidak terlalu penting, tapi yang lebih penting adalah ini" tunjuk Rio pada dada kiri Yoshi.
"Sebelum nya, apa yang menjadi beban Yoshi sekarang, keluarkan, lampiaskan, tentang apa?" Tanya Rio, Yoshi terdiam, ia menutup kedua mata nya.
"Tentang Minjoo, atau ayah nya?" Kata Rio, tangis Yoshi pun pecah, ia tak berani membuka matanya.
"AKU BENCI PRIA ITU, PAPA, AKU INGIN DIA MATI, AKU INGIN DIA MATI!!" teriak Yoshi, Rio langsung memeluk Yoshi yang duduk di sofa.
"Yaa, Yoshi bisa membunuh nya, mati kan dia di arena pertandingan nanti" ujar Rio, usapan nya di punggung sang putra, mampu meredakan tangis Yoshi.
Dan semenjak itu, Yoshi kembali bersemangat, meski wajah nya kembali dingin, tapi ia yang paling rajin latihan diantara teman-teman satu team nya, dan mulai mau makan.
"Yoshi besok masuk babak final, setidak nya, jika ia kalah, medali perak sudah pasti ia bawa pulang" Rio mengabari Rose di rumah, yang tak kuasa menahan tangis haru nya.
Dan Korea pun heboh dengan kabar masuk nya salah satu atlet taekwondo mereka ke babak final, taekwondo sendiri sudah puluhan tahun paceklik medali emas, dan kini, harapan besar mereka percayakan pada Yoshi, atlet muda, yang baru pertama kali nya mengikuti Olimpiade, dan lawan Yoshi adalah China, negara saingan Korea Selatan.
Hampir di seluruh pelosok negeri gingseng Korea Selatan, semua menatap layar tv di rumah masing-masing, di pusat perbelanjaan dan keramaian yang disiapkan oleh pihak tertentu, demi mendukung atlet mereka.
Yoshi menatap nyalang musuh, yang dalam pandangan nya, orang itu adalah Taehyung.
Ronde pertama, Yoshi tahu dia kalah point, karena ia masih membaca strategi lawan, di ronde kedua dan ketiga, Yoshi tak peduli dengan hasil, ia berusaha memasukan serangan-serangan dengan nilai tiga poin, pertandingan berjalan sengit, Rio nampak beberapa kali mengacak rambut nya sendiri saking tegang nya.
Prit
Pertandingan selesai, wasit mengangkat tangan kiri Yoshi, yang arti nya, dia lah juara peraih medali emas nya, Rio langsung berteriak sekencang-kencang nya untuk melampiaskan emosi nya, Yoshi berlari keliling arena pertandingan sambil membentangkan bendera negara Korea Selatan, yang rakyat nya langsung bersorak girang, berkat kemenangan Yoshi, malam itu juga, jalanan di kota-kota dan perkampungan pun mengalami kemacetan parah, karena arak-arakan pawai atas kemenangan atlet tunggal taekwondo mereka di Olimpiade London, nama Yoshi pun terdengar dalam yel yel yang mereka nyanyikan.
"See?" Remeh Sana, pada sang suami yang juga sedang menyaksikan kemenangan Yoshi, ia bahkan melihat, bagaiamana Yoshi berlari dan melompat ke gendongan Rio dan memeluk nya.
Rose dan Sicca eomma menangis bangga sekaligus haru, sambil berpelukan, mereka tentu tak menyangka jika Yoshi akan mengharumkan nama negara mereka di luar negeri sana, Sandara sang grandma dari Australia pun langsung menelpon Rose.
Bukan hanya itu, ponsel Rio juga tak bisa berhenti berdering, menerima tawaran dari berbagai produk yang ingin menggunakan Yoshi sebagai bintang iklan atau brand ambasador nya.
Setiba di Korea Selatan, sambutan meriah pun Yoshi dapatkan, ia di minta untuk berpose di hadapan wartawan sambil menggigit medali nya, dan saat akan ada wawancara bodyguard yang di sewa pemerintah untuk mengamankan situasi pun dengan sigap memotong nya, Yoshi berjalan kearah keluarga nya.
"Aaron!" Seru nya, ia mengalungkan medali emas nya di leher sang dongsaeng dan menggendong nya.
Dan akhir nya, tak hanya wajah tampan Yoshi yang menarik perhatian, tapi si kecil Aaron yang ikut terekspose pun kini dilirik oleh banyak produk bayi, seperti susu, sabun mandi, shampoo dan popok.
Tapi Rose dan Rio menolak semua semua tawaran untuk Aaron, karena mereka tak ingin kehilangan moment-moment perkembangan si kecil, dan tak ingin si kecil kelelahan dengan jadwal shooting dan promo nya nanti.
Yoong memeluk tubuh Rio.
"Kamu berhasil, kamu berhasil" ucap nya bangga.
"Gumawo hyung, gumawo" kini Rio lah yang akhir nya menangis, setelah nyaris menyerah melihat kondisi Yoshi yang tak memungkinkan untuk di bawa ke London.
Yoshi yang menatap sang ayah tengah menangis di pelukan Yoong pun menghampiri nya karena khawatir, ia pun lalu ikut memeluk Rio dari belakang.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Student's Mother
Fanfictioncerita tentang Limario dalam menghadapi murid terbadung nya, yang berasal dari keluarga kaya yang broken home, tapi justru ia malah jatuh pada pesona Rose, single mother yang pekerja keras, demi menghidupi putra semata wayang nya.