Yoshi dan Yujin berjalan keluar dari Hangang Park, tempat mereka mengobrol tadi, kedua nya masih memakai seragam sekolah nya.
"Aku benar kan, kamu akan mencari ku" cibir Yujin sambil menyenggol bahu kiri Yoshi dengan bahu kanan nya.
"Dan kamu sengaja mengganggu ku karena aku tampan kan" balas Yoshi tak kalah jahil.
"Tidak, kata siapa kamu tampan?" Kesal Yujin cemberut, Yoshi terbahak merasa berhasil membalas keusilan Yujin, ia pun berlari meninggalkan gadis itu.
"Jangan lari, katanya kamu tampan, sekarang perlihatkan wajah tampan yang sedang tertawa itu" teriak Yujin mengejar Yoshi, gadis itu lebih berani menggoda sang pria sekarang, wajah Yoshi merona, saat Yujin berhasil menyusul nya, ia membuang wajah dan tak berani menatap Yujin karena saking malu nya.
"Mana lihat" Yujin menarik bahu kiri Yoshi yang mencoba mengelak.
Kini kedua nya sedang menunggu bus di halte, Yoshi mendongak menatap langit yang mulai menggelap karena mendung.
"Yoshi" panggil Yujin karena bus sudah datang, dan benar saja, saat mereka turun dari bus, hujan lebat pun datang.
"Seperti nya, hujan akan lama reda nya" gumam Yujin menatap cemas keatas langit, Yoshi tertegun memandang wajah samping Yujin.
"Lalu bagaimana? Nekat?" Tanya Yoshi tak mengalihkan tatapan nya.
"Berani?" Yujin menoleh dan balik bertanya, Yoshi langsung membuang wajah nya gelagapan, cemas takut Yujin menyadari jika ia terus menatap nya tadi.
"Siapa takut?" Tantang Yoshi.
"Hitungan ke tiga ne" seru Yujin bersiap mengajak Yoshi berlari menyeberang jalan menuju ke rumah nya.
"TIGA!" Teriak nya yang langsung berlari, meninggalkan Yoshi sambil terpingkal.
"Kamu curang, aku belum siap!" Teriak Yoshi kesal karena Yujin tak memulai hitungan nya dari yang pertama, ia yang lebih tinggi tentu langkah nya pun lebih lebar, dan berhasil tiba di rumah sang gadis lebih dahulu, nafas Yujin tersengal ia berdiri di hadapan Yoshi yang sengaja mengibaskan rambut basah nya.
"Yoshi, ish" marah Yujin yang kesal karena air dari rambut Yoshi menerpa wajah nya, yang di marahi malah tertawa.
Breem. . . Bremm. . .
Mobil Rio melintas di depan rumah Yujin, dan itu mampu menghentikan tawa Yoshi dan sang gadis, yang terpaku menatap sang guru, Rio tak tahu jika Yoshi berada di halaman rumah Yujin
"Aku akan menemui nya" ucap Yoshi menatap mobil Rio yang mulai memasuki pekarangan rumah nya, Yoshi langsung berlari mengejar mobil Rio.
"YOSHI!" Teriak Yujin yang hendak menyuruh Yoshi untuk mengeringkan badan nya dulu, tapi remaja angkuh itu sudah berlari cepat meninggalkan teras rumah Yujin.
Rio turun dari mobil nya, saat hendak memasuki rumah, ia terkejut. . .
"Yoshi?" Kagetnya, melihat sang murid berdiri di bawah guyiran air hujan di depan rumah Rio.
"Kenapa hujan-hujanan di situ? Ayo masuk lah!" Kata Rio sedikit berteriak, karena suara nya kalah dengan hujan yang deras, tapi Yoshi menggeleng.
"Astaga, Yoshi, berteduh nak!" Sicca eomma cemas dan kaget melihat Yoshi basah kuyub di depan rumah nya, bocah yang sudah dua minggu tak mendatangi rumah nya itu tetap pada pendirian nya, Jessica pun kembali masuk ke dalam rumah untuk mengambil payung, dan menyodorkan nya pada Rio.
Ketika sang guru hendak melangkah untuk mendekati Yoshi dengan payung nya, baru lah ia mau bersuara.
"Berhenti di situ hyung!" Teriak Yoshi, Rio terkesiap mendengar Yoshi meneriaki nya.
Bruk
Yoshi menjatuhkan kedua lutut nya di atas tanah, Rio di buat semakin bingung, karena ia tak tahu apa alasan Yoshi mendatangi rumah nya saat hujan, dan tiba-tiba ia berlutut sekarang, Rio pun melempar payung nya dan mendekati Yoshi.
"Bangun" perintah nya, Yoshi bergeming.
"Bangun Yoshi!" Rio menarik tangan kanan Yoshi, tapi sang murid terus bertahan.
"Mommy tidak bisa melalui hari-hari nya dengan baik semenjak hyung pergi, dan aku menyadari jika kalian memang benar-benar saling mencintai" ucap Yoshi sambil sesenggukan, Rio tertegun merasa sakit di tenggorokan nya untuk sekedar menelan ludah, mendengar penuturan Yoshi.
"Berjanjilah untuk tidak menyakiti mommy, hyung" mohon Yoshi, Rio mengangguk cepat.
"Yaa, aku berjanji" jawab Rio, ia kembali menarik tangan Yoshi yang masih berada di genggaman nya, mereka pun lantas berpelukan di bawah guyuran hujan.
Sicca eomma yang menyaksikan adegan itu pun ikut menangis haru, ia buru-buru ke belakang sambil mengusap air mata nya, mengambil dua handuk kering untuk dua pria nya di luar sana.
"Ayo hyung, pulanglah bersama ku" ajak Yoshi
"Kita ganti baju dulu ne" jawab Rio, Sicca eomma sudah menyambut mereka di ambang pintu dengan handuk nya, dan menggiring mereka ke belakang, sambil menunggu giliran mandi, Rio menyesap coklat panas buatan sang ibu untuk menghangatkan tubuh nya yang kehujanan.
Kedua nya sudah berganti baju sekarang, dan bersiap hendak pulang ke rumah Yoshi, saat mobil yang mereka tumpangi melewati rumah Yujin, gadis itu juga nampak sudah berganti baju, berdiri di teras rumah nya, seolah menunggu kabar dari Yoshi.
Dan yang dia tunggu pun muncul, Yoshi memberinya kode acungan jempol dari dalam kaca jendela mobil, tanpa sepengetahuan Rio, dan Yujin pun tersenyum ikut merasa bahagia, membalas kode dari Yoshi.
Yujin dan Yoshi, memiliki kisah hidup yang hampir sama, beda nya, kisah mereka membawa pengaruh yang berbeda bagi kedua nya, Yoshi yang menjadi murid berprestasi di bidang olahraga, dan Yujin yang di paksa harus menjadi dewasa karena keadaan, tapi tak ada yang salah, dua-dua nya merupakan hal positif yang bisa di jadikan inspirasi.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Student's Mother
Fiksi Penggemarcerita tentang Limario dalam menghadapi murid terbadung nya, yang berasal dari keluarga kaya yang broken home, tapi justru ia malah jatuh pada pesona Rose, single mother yang pekerja keras, demi menghidupi putra semata wayang nya.