26. Berebut

153 33 36
                                    

❖━━━━━▷◆❃◆◁━━━━━❖

kirain yang jauh cuma antartika
ternyata antarakita juga jauh

-menggabut

❖━━━━━▷◆❃◆◁━━━━━❖

Ava meringis sembari menatap tarikan yang terasa erat ditangan nya. Laki laki sok keren didepan nya ini sudah menarik nya jauh dari gerbang sekolah namun tak berhenti juga. Entah kemana tujuan sebenarnya.

"Sakit, anj-"

Puk.

Bibir Ava terasa ditepuk membuat Ava menatap sipelaku.

"Jorok, najis." Rafa hanya menarik satu sudut bibirnya. Tetap sok keren di mata Ava.

"Lepasin gue bisa gak, sih?" protes Ava yang tak suka tangannya masih digenggam padahal sudah berhenti melangkah.

Rafa melepas lengan Ava lalu menjauhkan diri dari Ava.

"Galak banget, sini dijinakin dulu." Ava menatap Rafa dengan tatapan julid.

"Eh, Bu Laila." Rafa tersenyum kearah belakang tubuh Ava apa lagi saat mendengar nama yang disebut Rafa barusan. Guru killer, bos!

Ava berbalik takut takut, namun saat sudah sepenuhnya berbalik, ia tak melihat siapapun. Koridor sepi karena kegiatan belajar mengajar sudah dimulai.

Ava kembali berbalik hendak melayangkan protes pada Rafa namun yang ia dapati adalah... Wajah Rafa yang sangat sangat dekat didepan wajahnya. Ava langsung menahan nafas nya.

"HEI, KALIAN!" Ava tersentak terkejut hendak berbalik kearah datangnya suara namun Rafa menahan bahu nya supaya tetap berada di hadapan Rafa.

Jantungnya tiba tiba berdetak cepat, entah karena suara yang memperingati mereka tadi atau karena Rafa yang menepuk nepuk pucuk kepala Ava disertai senyuman yang berubah jadi manis dimata Ava. Astaga, Ava sadar!

"Lo menarik, jadi pacar gue mulai sekarang." Ava langsung melotot sadar dan langsung mengambil ancang ancang untuk...

Bruk.

Ya, Menendang perut laki laki tak sopan didepan nya ini.

"Lo kira keren kayak begitu?" tatapan permusuhan didapati Rafa. Terasa begitu berbeda dari biasanya.

"Keren enggak, bikin gue ilfil iya." Ava berbalik meninggalkan Rafa, melangkah menuju guru yang menatap keduanya dengan tatapan terkejut. Mungkin terkejut melihat tindakan Ava tadi.

"Hukum saya, Bu. Tapi jangan sama dia." Ava menyerahkan diri membuat guru perempuan didepan nya tambah terkejut namun segera menetralkan wajah.

"Baik, ikut saya ke ruang BP."

ི⋮ ྀ⏝ ི⋮ ྀ⏝ ི⋮ ྀ⏝ ི⋮ ྀ⏝ ི⋮ ྀ⏝ི⋮ ྀ⏝

Disini lah Ava sekarang, Gudang sekolah bersama setumpuk debu. Bu Laila mengiyakan permintaan Ava untuk tidak dihukum bersamaan dengan laki laki songong tadi. Ava sendirian kini ditempat gelap. Kegelapan sudah menjadi teman Ava, jadi Ava tak begitu peduli dengan gelap nya gudang.

Tapi ada yang mengganggunya dari tadi, di ventilasi udara diatas pintu gudang yang sengaja ia tutup tersebut. Ava merasa ada yang memperhatikannya dari sana. Bahkan sempat mata Ava bertubrukan dengan mata pengintip ventilasi tersebut.

All Secrets [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang