Vote part sebelum nya❤
Notif nya sampe gak sih?---
Dengan hati yang berbunga, Ava memasuki kelas nya bersama dua laki laki yang berangkat bersama nya.
Hari ini Ava ulang tahun, baru kali ini Ava merasakan semenyenangkan ini.
"Senyum mulu, gak pegel tuh pipi?" celetuk Viva yang melihat Ava baru duduk dengan senyuman yang merekah.
"Ava," Ava menoleh ke arah Ratu yang menatap nya dengan tatapan murung.
Ava berdiri dan duduk di kursi yang ada di sebelah Ratu. Cia belum datang jam segini.
Ava mengerti dengan tatapan Ratu yang redup saat ini dan langsung membawa Ratu kedalam pelukan nya. Ratu memang seperti biasa, memerlukan bahu untuk bersandar dan pelukan untuk menenangkan hatinya yang sedang membadai.
"Mau cerita dimana?" suara lembut Ava keluar.
"UKS," Ava mengangguk berdiri dan berpamitan pada Scarviu yang menatap nya. Ava, Viva dan Ratu keluar dari kelas untuk menuju UKS.
Sampai diUKS yang ternyata sepi, Ava membawa Ratu duduk dibrankar yang kosong.
Ratu membuka seragam nya dengan memunggungi kedua sahabat nya. Sudah biasa Ratu begini.
Ava dan Viva terbelalak melihat luka cambukan dipunggung Ratu yang biasa nya bersih tanpa luka.
"Siapa?" Ava menatap Ratu tak percaya.
"Bang Artan," kekerasan fisik yang menimpa Ratu adalah kekalapan Artan, sudah sejak SMP ini terjadi.
Artan adalah kakak laki laki Ratu, berusia 20 tahun yang memiliki kelainan pada jiwa nya. Ava tau itu. Saat melihat Artan pertama kali, Ava merasa tatapan Artan sangat sangat dingin tak tersentuh sama sekali. Dan setelah lama berteman dengan Ratu, hal itu terjawab.
Jiwa yang Artan punya adalah ke tertidakpuasan dalam suatu hal yang membuat nya melakukan hal yang bisa membuatnya puas, apapun itu. Dan Ratu lah yang terkena imbas nya.
"Orang tua lo?" Ratu menggeleng.
"Ke luar negeri lagi." Ava bangkit dan mengambil kotak P3K untuk mengobati Ratu.
"Kalo sakit bilang," Ava mulai membersihkan luka Ratu yang sudah membiru. Memberinya salep untuk mengurangi rasa sakit.
"Lo kenapa mau temenan sama kita yang selalu gak beres hidup nya?" suara Viva terdengar, tanpa menoleh Ava tersenyum.
"Bukan selalu, gue tau kedepan nya nanti ada titik terbahagia kalian. Biarin gue temenan sama kalian, keluarin semua cerita yang kalian punya, gue siap dengerin kapanpun itu." Ava tersenyum. Hari ini memang ulang tahun nya, tapi hari ini teman nya lebih utama dari kebahagiaan nya hari ini.
"Kita semua selalu terbuka sama lo, kapan lo mau cerita tentang hidup lo sama kita?" Ava terdiam, kegiatan mengolesi salep pun terhenti. Disaat ditanya seperti ini, Ava pasti selalu diam.
"Gue rasa cerita gue gak ada yang menarik untuk diceritain." dan ini adalah jawaban yang Ava andalkan selalu.
>>>
Jdarrr..
Meledaknya balon membuat Ava menutup mata saking terkejut nya. Bersama ketiga teman nya dan juga Scarviu, Ava berbalik menemukan Rafa dan dua curut nya.
"Happy Birthday!" Rafa menunjukan senyum miring nya yang mencurigakan.
Ava dan yang lain nya kebingungan. Ada maksud dibalik itu semua, pasti.
Ava mendorong ketiga teman nya menjadi dirinya ketika matanya menangkap sesuatu yang tak baik.
Byuurr..
Eh? Ava merasa tak basah padahal Ava sudah bersiap.
Mata nya membulat ketika mendongakan kepala. Scarviu melindungi nya dengan memeluknya dari depan. Kini seragam, celana dan rambut Scarviu basah.
"Viu?" Scarviu mengerling jahil disaat seperti ini.
"Ah, gak seru! Gak asik banget lo!" Jeyy yang memegangi ember pun membuang nya. Tak ada guna nya.
Rafa mendekati Ava dan Scarviu.
"Kata lo nih cowok gak bakal ganggu kesenengan gue, lo jadiin dia tameng?"
Scarviu melepaskan pelukan nya kemudian menatap Rafa dengan tatapan datar.
"Pengecut," gumam Scarviu yang didengar Rafa dan Ava.
Rafa mendekat kearah Scarviu. Mencengkram bahu Scarviu yang terasa lebih keras dari bahu Rafa.
"Ngomong sekali lagi!"
"Pengecut,"
Bugh.
Scarviu mundur satu langkah ketika Rafa melayangkan kepalan tangan nya ke arah perut nya.
Ava menghampiri Scarviu dan memeluk nya. Menggelengkan kepala ke arah Rafa yang mendekat dengan tatapan tajam.
"Tolong, jangan libatin dia. Masalah lo sama gue, bukan dia." menatap nyalang Rafa yang ada didepan nya tanpa takut.
"Lo yang minta," Ava langsung ditarik Rafa dengan keras dan membawanya entah kemana. Scarviu hendak mengejar, namun ditahan Viva.
"Ava selalu menang dari Rafa. Lo tenang aja," Scarviu tak bisa tenang, namun ia hanya menatap kepergian Ava dan Rafa yang sudah jauh.
Kini di gudang yang jauh dari keramaian, Rafa membanting tubuh Ava ke dinding. Ava terdesis merasa sakit di kepala bagian belakang nya yang menyentuh dinding duluan.
Rafa dengan tatapan tajam nya menatap Ava yang menunduk.
"Kemana lo semalem?" Ava mendongakan kepala. Tak boleh lemah.
"Kemana pun asal gak ketemu lo,"
Rafa berdecih tak suka kemudian mencengkram rahang kecil Ava.
"Gara gara lo, gue nanggung malu karena balapan semalem." Ava menaikan alis nya, jadi alasan membawa Ava adalah..
"Padahal bahan taruhan nya seharusnya itu lo. Tapi lo gak dateng dan semua gagal." Ava tertawa dalam hati. Apa peduli nya?
"Terus gue harus peduli?"
Cengkraman dirahang nya menguat.
"Tanggung jawab."
Rafa menempelkan bibir nya pada bibir Ava. Hanya sebentar lalu menjauh kan nya. Ava terdiam. Ini pelecehan.
"Lembut, pasti udah di cobain banyak orang." batin nya.
"Gue yang keberapa?" Ava menatap mata Rafa tak percaya. Ini pertama dan direnggut tiba tiba lalu lelaki itu bilang ia keberapa?
Plak.
"Gue benci lo seumur hidup gue!" Ava mendorong bahu Rafa lalu keluar dari gudang.
Tak boleh, ia tak boleh menangis.
Jangan, air mata nya jangan sampai keluar lagi.Namun yang terdengar hanya isakan.
Jadi ini ulang tahun nya?
Hadiah untuk nya?
Baik, terimakasih.••••••
Pendek bgt hoho
Karena masih sepi jadi aku slow update aja ya:D
Aku gak nuntut banyak yg baca, lagi pula aku rasa cerita ini kurang dapet feel nya.Makasih yang meluangkan waktu untuk membaca❤
Vote komen nya masih ditunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Secrets [End]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] [Belum revisi] °°°°° Tempat mereka, para teman teman nya berkeluh kesah tentang kehidupan yang dijalani. Menjadi 'tempat sampah' teman teman nya, menjadi tempat untuk keluarnya air mata teman teman nya, pelukan hangat yang d...