Meminta diseriusi namun hati sendiri masih ingin bermain.
-?-
﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀
Pukul 07:27,
Ava yang tengah menatap dirinya sendiri didepan cermin tiba tiba menoleh ketika mendengar ringisan seseorang.
"Bangun juga lo," sapaan Ava untuk perempuan yang baru bangun tidur tersebut. Viva.
"Duh, kepala gue." Viva memegangi kepalanya yang terasa pusing. Ava mendekat dan memberikan segelas air putih yang sudah disediakan dari tadi kepada Viva. Viva langsung menenggaknya.
"Jelasin sekarang atau lo gak boleh pulang!" ancam Ava yang sudah menunjukan wajah garang yang malah terlihat menggemaskan.
Viva menghela nafas. Lagi lagi ia mengingat sesuatu yang membuatnya mabuk berat seperti semalam.
"Gue putus sama Dean." Ava cukup terkejut tapi melihat Viva yang ingin menjelaskan lebih jauh, Ava tak berbicara dahulu.
"Pulang sekolah kemaren, dia chat gue minta ketemuan di apartemen dia. Yaudah gue kesana setelah ganti baju." Terlihat Viva menghela nafas lagi. "Gue sampe sana, sampe apartemen Dean dan ternyata Dean gak sendiri."
Viva mengusap kedua matanya yang tiba tiba saja buram karena air mata. Ava mengusap bahu Viva untuk menguatkan.
"Gue liat dia sama... Dia sama perempuan," Ava memang tak pernah merasakan rasa jatuh cinta apa lagi pacaran, jadi Ava sedikit tak mengerti bagaimana perasaan Viva saat itu.
"Dan mereka.. Mereka lagi berhubungan seks," Tangis Viva terdengar saat itu juga. Tangis tersedu sedu yang membuat Ava terenyuh.
Ava memeluk Viva, menepuk nepuk punggung sahabatnya.
Sekarang Ava mengerti. Dean, si brengsek itu sudah melukai hati sahabatnya dengan begitu keterlaluan. Penghianat yang sudah melukai fisik ditambah hati sahabat nya itu akan Ava jauhi dari Viva seumur hidup."Gue emang gak tau gimana rasanya ngeliat hal yang kayak begitu didepan mata sendiri, tapi gue tau pasti itu bikin goresan dihati lo. Tapi dengan cara lo yang semalem, itu bener bener gak masuk akal, Va. Lo punya gue, lo punya Ratu. Kita sahabat lo. Apa yang bikin lo berfikir buat gak cerita ke kita sampe lo mabuk mabukan begitu?" Viva semakin menangis. Tangis sesenggukan.
"Gue udah cukup banyak cerita sama lo, gue gak mau nambahin beban pikiran ke lo, gue gak enak sama lo berdua," Ava melepaskan pelukannya. Matanya menatap mata Viva yang memerah.
"Lo gak nganggep gue sama Ratu sahabat?" Viva menggeleng kuat. "Bukan begitu."
"Buktinya lo pake gak enakan sama kita berdua. Kita sahabatan berapa tahun sih? Gak sebulan dua bulan, Viva!"
"Gue mau tau gimana kelanjutan hubungan lo sama Dean. Gue mau tau." Mata Ava sudah memerah menahan tangis.
"Tapi lo malah nutupin hal besar kayak begitu. Lo tau gimana kondisi hati gue denger lo gak enakan ke sahabat lo sendiri?""Gue ngerasa gak berguna!" Viva menggelengkan kepalanya. Memeluk Ava dengan erat.
"Maafin gue."
Ava menggeleng, tangannya membalas pelukan Viva.
"Jangan gini lagi," Viva mengangguk lalu melepaskan pelukannya."Gue janji gak gitu lagi."
"Tapi gue gak butuh janji. Gue mau bukti kalau lo gak bakal begitu lagi." Viva mengangguk kuat. Senyum keduanya terbit.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Secrets [End]
Ficção Adolescente[Follow sebelum membaca] [Belum revisi] °°°°° Tempat mereka, para teman teman nya berkeluh kesah tentang kehidupan yang dijalani. Menjadi 'tempat sampah' teman teman nya, menjadi tempat untuk keluarnya air mata teman teman nya, pelukan hangat yang d...