Menurut kamu arti sahabat itu apa?
Awas ada typo
--------------"Kamu ngomong apa, sih? Kamu bakal sehat lagi, kamu bakal tetep sama aku terus. Jangan nanya begitu!"
Ava mengangkat kepalanya dan menatap Rafa yang memasang ekspresi tak suka.
"Hei, ajal gak ada yang tau, kan? Aku cuma nanya, jawab apa salahnya?"
Rafa menghela nafas kasar."Aku gak suka kamu nanya hal yang begitu. Pokoknya kamu bakal sehat dan tetep sama aku."
° • ° • ° • ° • ° • ° • °
Hari hari ujian berjalan lancar bagi semuanya termasuk Ava.
2 hari sebelum keberangkatannya ke Singapura, ia ada rencana untuk mengunjungi sahabat sahabat nya.Hari ini ia sudah rapih dengan pakaian santai untuk bepergian. Bibirnya diolesi liptint pink untuk menghilangkan kesan pucat pada bibirnya.
"Udah rapih?" Scarviu didepan pintu menatap Ava yang tengah bercermin.
Ava berbalik dan mengangguk.
"Ayo,"Hari ini ia akan bersama Scarviu karena Rafa tak bisa meluangkan waktu untuknya hari ini karena katanya sang mama minta di antarkan ke rumah nenek.
Rafa sampai meminta maaf dan merengek pada Ava karena tak bisa mengantar sedangkan Ava sangat memaklumi.
"Obat nya belum diminum," Ava menghentikan langkahnya kemudian berbalik dan mengambil pil obat yang tertata di atas nakas serta segelas air.
Ia tak boleh sampai lalai dan lupa. Itu sangat berbahaya.
• ° • ° • ° • ° • ° • °
Sesampainya dirumah Langit, Ava mendudukkan diri di sofa yang tersedia tanpa menunggu izin sang pemilik rumah.
"Gak sopan banget jadi manusia." Cicit Langit yang memperhatikan tingkah Ava. Beruntung Ava tak dengar.
"Selamat ya, Om."
Langit memelototi Ava.
"Gue getok lo ngomong pake embel embel om lagi!" Ava terkekeh menanggapi. Ia hanya bercanda."Selamat atas pernikahan nya nanti, semoga lancar sampe melahirkan. Amin."
"Amin. Kok udah ngucapin selamat duluan? Udah ada tanda tanda ajal mau dijemput?" Langit mulutnya memang begitu, jadi mari kita maklumi.
"Gue mau nerusin perjalanan hidup di Singapura biar sukses." Ava memasang wajah sombong nya membuat Langit berdecih tak suka.
"Singapura udah kayak mau jalanin operasi. Di sini juga lo bakal sukses nanti, keliatan banget bibit bibit kesuksesan lo. Udah gak usah jauh jauh."
Ava terdiam.
Langit kalau bicara suka benar."Suka suka gue, dong. Gue hidup pake duit gue bukan duit lo!" Ava menjulurkan lidahnya ke arah Langit.
Langit melirik Ava dengan sinis lalu membuang muka.
"Viva gak disini, udah sono pergi."
"Dih, ngusir. Bilangin Viva, nih." Langit berdecak, Ava benar benar akan menjadi adik nya. Bibit menyebalkan sudah menampakkan diri.
Melihat Langit yang lelah menanggapinya, Ava tertawa.
"Viva lagi dijalan sama Ratu, gue yang nyuruh ngumpul disini. Apa? Mau protes?" Sahutnya dengan cepat saat melihat raut tak suka dari Langit. Membuat Langit kesal ternyata menyenangkan.
Tak lama kemudian, suara klakson mobil terdengar. Keduanya menoleh bersama kearah pintu.
Beberapa detik kemudian, pintu terbuka menampakkan Ratu bersama Ibu hamil.
"Sini duduk dulu, bu." Ava menggeser tubuhnya memberikan tempat untuk Viva, si ibu hamil.
"Ba, bu, ba, bu, gue gebuk lo." Protes Viva.
Ratu tanpa basa basi duduk disofa kosong sebelah Ava.
"Ada apa nih tiba tiba minta ngumpul?" Tanya Ratu yang sudah penasaran dari saat akan mendatangi rumah Langit.
Ava berdeham.
"Sebelumnya, buat Viva, selamat atas pernikahan nya, semoga lancar sampai melahirkan nanti. Kalo Langit nakal, pukul aja kepalanya."Viva menaikkan sebelah alisnya.
"Lo mau kemana emangnya?" Seakan peka dengan kata kata Ava, Viva pun bertanya."Gue mau tinggal di Singapura, lanjutin hidup disana." Ratu dan Viva terkejut mendengarnya.
"Kenapa tiba tiba? Lo ribut sama Rafa?" Loh, kenapa jadi Rafa?
Ava menggeleng. "Malah gue mau ke Singapura sama Rafa."
Keduanya semakin terkejut. Banyak sekali kejutan dari Ava.
"Serius? Lo bisa 'kan disini dulu sampe acara gue?" Tanya Viva yang merasa berat untuk ditinggalkan sahabatnya.
"Gue dua hari lagi berangkat. Maaf karena gak bilang dari awal sama kalian karena waktunya emang lagi gak tepat. Gue cuma mau pamitan aja ngumpulin kalian disini." Ava tersenyum kecil melihat wajah kedua sahabatnya.
Ratu sudah memasang wajah ingin menangis.
"Tapi lo bakal balik lagi ke Indonesia, kan?" Dengan ragu, Ava menganggukkan kepala.Ava membawa kedua sahabatnya kedalam rangkulannya.
"Jaga diri disini, ya? Kalian masih bisa cerita ke gue kapanpun itu. Kabarin gue kalo ada apa apa." Tangis Ratu terdengar tersedu. Ava menahan tangis nya, ia tak boleh terlihat lemah didepan sahabatnya.Ava melepas rangkulan nya saat dirasa sudah cukup. Tangan nya menghapus air mata yang mengalir melewati pipi Ratu.
"Gak boleh banyak nangis, nanti jelek, Azka gak mau sama lo." Ratu tertawa kecil antara salting dan terhibur.Viva memejamkan matanya, ia tak boleh banyak pikiran.
"Lo bisa disini dulu, kan?"Ava mengangguk. Ia akan menghabiskan sehari disini.
•••••••••••••••••••
BESOK ENDIIIINGGGG
SIAPA YANG NUNGGU ENDING NYAAAAA
eh, btw aku maunya ini tamat di tanggal 1 berarti besok.so... maybe PAS BANGET WAKTUNYA HAHAHAHAHAHAHA
besok siapin palu ya buat gebuk hp nya. Jangan saya:(

KAMU SEDANG MEMBACA
All Secrets [End]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] [Belum revisi] °°°°° Tempat mereka, para teman teman nya berkeluh kesah tentang kehidupan yang dijalani. Menjadi 'tempat sampah' teman teman nya, menjadi tempat untuk keluarnya air mata teman teman nya, pelukan hangat yang d...