Hei,
Mungkin ini bakal jadi part terakhirnya All Secrets, jadi kalian baca pelan pelan yaa biar hemat:)Makasih yang udah stay! ♡
---------------2 jam sebelum penerbangan, Ava dan Scarviu sudah berada di bandara sejak 15 menit lalu.
Kalau bertanya Rafa dimana, Rafa tadi menghubungi Ava kalau sedang dijalan.
Ava kini tengah memainkan permainan di ponsel nya sedangkan Scarviu tengah menatap sekitar."Kok Rafa lama, ya?" Tanya Ava setelah menunggu sekitar 30 menitan. Jarak rumah Rafa ke bandara sekitar 20 menit saja tapi ini lewat. Apa mungkin macet? Tapi tadi jalanan renggang saja.
Scarviu melihat ke arah jam besar yang berada disekitar tempat menunggu.
1 jam lagi akan menaiki pesawat."Coba telpon."
Ava langsung menghubungi nomer Rafa. Panggilan pertama tak terjawab.
Panggilan kedua masih tak terjawab. Ava khawatir sekarang.
Di panggilan ketiga, terdengar suara ramai di seberang telpon.
"Kamu dimana?" Tanya nya sembari menggigiti kuku.
"Permisi, Mbak. Mbak pacar nya, ya? Mas pemilik ponselnya lagi di evakuasi saat ini. Ada kecelakaan besar beruntun, Mbak."
• ° • ° • ° • ° • ° • °
Dikabarkan seluruh korban kecelakaan beruntun dilarikan ke rumah sakit besar setelah dilakukan evakuasi karena beberapa korban terhimpit dan susah dikeluarkan dari mobil.
Sepanjang koridor, pikiran Ava tertuju pada Rafa. Kemarin keduanya masih bersama, menggenggam tangan satu sama lainnya, kabar ini benar benar menjatuhkan mental Ava.
Ava menghapus air matanya yang mengalir melewati pipi tirus nya. Ia dengar, semua korban kecelakaan dilarikan ke ruang UGD yang artinya Rafa juga disana.
Ia belum dengar apa apa tentang Rafa yang masuk kedalam kecelakaan, ia ingin berdoa saja sekarang.Sesampainya didepan ruang UGD, terdapat beberapa orang orang yang juga tengah menunggu dengan isak tangis kecil.
"Ava," Ah, Ava baru ingat Scarviu mengikutinya terus.
Ia langsung menubruk Scarviu untuk mengeluarkan tangis nya.
"Ava takut dia kenapa napa." Scarviu mengusap lembut punggung kecil Ava membiarkan Ava menangis.
"Kenapa Ava gak pernah di biarin bahagia, sih?"
Ava merasa begitu karena beberapa hari ini ia baru saja menemukan cintanya dan ia bisa tersenyum lepas tapi sepertinya takdir tak membiarkan ia tersenyum lebar lagi.
"Ava mau bebas dari rasa sakit tapi.. Takdir Ava gak pernah ngebiarin Ava nyentuh kata bahagia." Isak tangis nya teredam dalam dekapannya Scarviu.
Suara decitan pintu ruang UGD terdengar, beberapa orang dan Scarviu menoleh.
Ava menghapus air matanya dan ikut menatap beberapa dokter yang keluar dari ruangan."Mari bicarakan diruangan. Silahkan tunggu di ruang tunggu."
Ava melemas, kenapa tak langsung di beri tahu?
• ° • ° • ° • ° • ° • °
Ava menggigiti kukunya sendiri sembari menunggu nama Rafa dipanggil.
Dirinya sangat sangat tidak tenang."Minum dulu, jangan banyak mikir." Scarviu menyodorkan sebotol air kearah Ava dan Ava menerimanya namun tak ia minum.
"Rafa bakal baik baik aja, kan? Dia sendiri yang bilang mau bareng Ava terus." Scarviu hanya mengangguk, mengusap kepala Ava dengan sabar.
"Kalo banyak pikiran nanti makin parah, Ava."
Ava menundukkan kepalanya.
Kepalanya memang sakit daritadi tapi ia tak hiraukan. Kabar Rafa lebih berarti baginya."Kerabat saudara Rafa," Ava mendongakan kepala kemudian berdiri.
Ava dan Scarviu mendudukkan diri di kursi yang terdapat didepan meja dokter.
Terlihat dokter laki laki tengah membolak balikkan beberapa kertas yang ada ditangan dokter tersebut.
"Untuk saudara Rafa, kami membutuhkan pendonor mata secepatnya. Karena kecelakaan tersebut, pecahan kaca mobil menusuk kebagian wajah nya termasuk mata. Kedua matanya rusak jadi diperlukan pendonor mata yang pas dengan mata Rafa."
Ava meneteskan air mata. Mencari pendonor mata adalah hal sulit meski akan dibayar berapapun itu tidak mungkin.
"Berapa lama waktu yang ditentukan untuk mencari pendonor mata, Dok?" Tanya Scarviu sembari menguatkan Ava.
"Jika dalam 3 hari tidak mendapatkan pendonoran mata maka saudara Rafa tak dapat diselamatkan lagi." Tangis Ava semakin terdengar. Hatinya teriris.
Rafa yang bilang sendiri padanya untuk tetap bertahan.
Rafa yang bilang akan bahagia bersama jika Ava sembuh nanti.
Tapi sekarang? Rafa yang lebih membutuhkan daripada dirinya."Terimakasih, Dok." Scarviu membantu Ava berdiri dan memapahnya keluar dari ruangan sang dokter.
Scarviu kembali mendudukkan Ava di ruang tunggu. Memberi Ava minum dan membiarkan Ava tenang.
Beberapa menit keduanya diam, Ava membuka suara.
"Viu tau 'kan gimana susahnya nyari pendonor mata?" Scarviu berdeham.Tatapan Ava kosong.
Entah ia sadar atau tidak, ia berbicara.
"Biar Ava yang donorin mata Ava buat Rafa."~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ • SELESAI • ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
Halo!!
Sebelumnya, aku mau bilang makasih banyak sama kalian yang udah baca All Secrets sampai part ini.
Setelah makasih, aku mau minta maaf, maaf atas banyak nya kesalahan kata, kesalahan ketikan, kesalahan alur, dan kesalahan segalanya yang ada di cerita ini.Maaf karena part terakhir sedikit tapi kalian bisa tunggu Extra Part nya jadi stay tune aja<3
Janji sama aku ya buat sehat selalu dan bahagia.
Selagi bahagia kamu belum direbut di gantiin sama kesedihan, ayo angkat kedua sudut bibir nya, jangan nangis terus ih nanti jelek:)Makasih yaa
Stay health! <3Rahma.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Secrets [End]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] [Belum revisi] °°°°° Tempat mereka, para teman teman nya berkeluh kesah tentang kehidupan yang dijalani. Menjadi 'tempat sampah' teman teman nya, menjadi tempat untuk keluarnya air mata teman teman nya, pelukan hangat yang d...