Hidup terus berjalan, kalo cape naik ojol aja.
•••••
Selesai sholat maghrib berjamaah, keluarga Rafa ditambah dengan Ava tengah berkumpul di ruang keluarga.
Orang tua Rafa yang duduk disofa sibuk menonton tv sedangkan Rafa, Puri --kakak Rafa-- dan Ava duduk di lantai beralaskan karpet bulu yang lembut.
Ava sibuk menonton tv, Puri memainkan rambut Ava dan Rafa sibuk sekali memandangi wajah Ava. Ava tak terganggu sama sekali karena tv lebih menarik.
"Kedip, dek." dengan usil, Puri mengusap wajah Rafa dengan kasar membuat pemilik wajah merengut kesal.
"Bacot lo,"
Lagi, Rafa kembali menatap wajah Ava yang kalem.
"Nanti kamu mau punya anak berapa?" sontak Ava dan semua yang mendengar pertanyaan Rafa menatap Rafa dengan ekspresi terkejut.
"Ngasal banget kalo ngomong." balas Ava kesal.
"Rafa! Gak boleh begitu. Ava nya malu, tuh." ucap Danu --Ayah Rafa-- yang berusaha menggoda Ava.
Ava yang mendengarnya jadi memerah, bukan malu tapi kesal.
"Papa juga ngapain, sih? Ayo makan malem." Dilla si penengah akhirnya berbicara. Bangkit lebih dulu dan melangkah menuju dapur diikuti sang suami.
"Dari pada gue jadi nyamuk mending gue makan," Puri berbicara sendiri sembari melangkah meninggalkan dua manusia berbeda gender tersebut.
Rafa menatap Ava yang masih menunjukkan wajah kesalnya yang menggemaskan.
"Gemes tau, gak? Mukanya jangan gitu." tangan Rafa menarik hidung kecil Ava dengan gemas.Ava menepis dengan cepat lalu berdiri dari duduknya.
Rafa terkekeh lalu mengikuti langkah Ava yang menuju ruang makan.
"Kalau ngambek gak boleh pulang, loh." ancam Rafa seperti biasa.
"Gue bisa telepon Viu." ucapnya sebelum menjulurkan lidah mengejek. Rafa menggelengkan kepala kemudian merangkul bahu Ava agar menempel padanya.
Ava berusaha melepaskan rangkulan Rafa namun tak bisa, jadi ia membiarkan saja.
"Ava sini makan," Puri mengibaskan tangan bermaksud meminta Ava untuk duduk disampingnya.
"Sok asik lo! Ava duduk samping gue." Rafa membawa Ava duduk di kursi kosong disamping nya.
Puri menatap tajam pada Rafa yang menyebalkan.
"Ma, masukin Rafa ke rahim lagi, dong.""Banyak komplen lo, kak. Makan tuh sayap ayam biar bisa terbang ke neraka." Terjadilah adu mulut antara kakak dan adik lagi.
"Yang ngomong lagi tidur diluar." celetuk Danu membuat semua diam.
Ava disendokkan nasi, sayur dan lauk oleh Dilla sedangkan anak anak nya tidak. Namun tak ada yang protes tentang itu.
"Makan yang banyak ya, sayang. Kamu pucet terus kurusan." ucap Dilla yang detail memperhatikan Ava. Ava memang kehilangan banyak berat badan tapi ia tak sadar kalau kulitnya makin pucat.
"Makasih banyak, tante." Dilla tersenyum menanggapi nya.
"Mama ngomong berarti mama tidur diluar." ucap Puri tiba tiba membuat Puri dipelototi Dilla dan Danu.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Secrets [End]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] [Belum revisi] °°°°° Tempat mereka, para teman teman nya berkeluh kesah tentang kehidupan yang dijalani. Menjadi 'tempat sampah' teman teman nya, menjadi tempat untuk keluarnya air mata teman teman nya, pelukan hangat yang d...