Extra Part

655 47 32
                                    

Hai!!
Makasih yang udah baca cerita ini sampai akhir dan makasih yang udah capek capek pencet bintang buat setiap part cerita ini(⌒▽⌒)
Dan maaf, maaf kalau cerita ini banyak kekurangan nya dan punya ending yang kurang jelas:)
Aku cuma penulis yang gak sejago itu bikin karangan cerita:(
Harap maklum.

So.. Ini mungkin salam pamitan dari Ava dan Rafa ♡

Jujur sejujur jujurnya orang yang sering ngomong jujurly, aku susah banget buat ngelepas ekstra part ini sumpah:(
Maap kalo gaje selamat menangis.

Ayo vote part terakhir ini yaa
Love you!

---------------

2 bulan telah berlalu.
2 bulan sudah laki laki kurus itu terpejam dengan banyaknya alat yang membantunya tetap hidup menempel ditubuhnya.
2 bulan juga... Rafa tak menemui Ava nya.

Suasana ruang inap VIP yang sunyi ditempati oleh laki laki yang seperti mayat hidup.

Puri, selaku kakak perempuan dari Rafa hanya menatap adik nya dengan tatapan kosong. Ia kesepian.
Sudah sering ia membuang air matanya hanya untuk menangisi adik nya yang tak lagi bisa ia ganggu.
Ia merindukan suara Rafa.
Ia merindukan gangguan dari Rafa.
Ia merindukan adiknya itu yang selalu menghidupkan suasana rumah.

Puri mengalihkan tatapan nya disaat ia rasa air matanya ingin mengalir lagi. Puri menghela nafas lalu menatap pintu yang baru terbuka.

"Mama," Dilla tersenyum kecil menatap anak sulungnya.

"Mama bawa makan buat kamu, sayang." Dilla masuk dan kembali menutup pintu.

Menduduki sofa samping Puri lalu membuka bawaan nya.

"Kamu makan sendiri, Mama mau urusin Rafa dulu." Puri mengangguk lalu membiarkan mama nya melangkah mendekati brankar yang ditempati Rafa.

Tangan hangat Dilla menggenggam tangan kiri Rafa yang dingin. Dibawanya tangan Rafa ke pipi hangat Dilla.

"Kamu mimpi apa sampe gak bangun gitu, Bang?" Abang adalah panggilan yang Rafa mau kalau keluarga nya memanggilnya, walaupun ia yang termuda tapi ia tetap ingin dipanggil abang.

"Ketemu gak Ava nya di dalem mimpi panjang kamu?" tanya Dilla sembari menatap wajah anak laki laki nya.

"Bangun, Bang. Ava nungguin, loh."

Dilla kembali diam, mencari topik untuk ia bicarakan dengan anak nya.

Ditengah kesunyian ruangan, suara lirih nan terputus putus mengisi kesunyian.

"A... va." Puri yang tengah menggigiti tulang ayam langsung membuka mulutnya terkejut. Dilla yang termenung sampai hampir terjatuh saking terkejutnya.

Tangan Dilla terangkat mengusap kening Rafa. Matanya berkaca kaca menunggu suara Rafa terdengar lagi.

"Ma... ma, A... va." Air mata Dilla dan Puri terjatuh mendengar suara Rafa yang sangat lemah.

All Secrets [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang