34. Inget, lo bukan siapa siapa gue

162 26 67
                                    

kita remaja yang hobi bermain rasa via virtual.

.....

Ava membenarkan posisi duduknya dan menatap laki laki yang masih berdiri. Dean.

"Langsung ke intinya aja, ngapain lo disini?" suara Dean terdengar terlalu berat untuk laki laki usia 19 tahun. Dan suara ini lah yang membuat Viva jatuh terlalu dalam pada pemilik suara ini.

"Lo bisa duduk dulu." Dean duduk seberang Ava dan Rafa. Dean hanya melirik Rafa sebentar lalu kembali menatap Ava.

Ava merogoh tas kecilnya dan membanting tiga tespek bergaris merah dua.
"Gue yakin lo ngerti."

Dean mengambil ketiganya dan menatap dengan teliti.
"Lo yakin dia hamil anak gue?" Tanya Dean dengan santai nya membuat Ava menajamkan mata.

"Jadi maksud lo Viva main dibelakang lo? Kebalik! Lo yang main dibelakang dia. Pecundang!" tangan yang Ava kepalkan digenggam Rafa. Ava tak ingin meladeni laki laki yang disamping nya ini terlebih dahulu.

Dean sedikit tertawa.
"Jadi dia cerita sama lo. Apa lo gak tau kalau Viva udah main sama banyak cowok? Jadi belum tentu kalau dia ngandung anak gue." Rafa merasakan tangan Ava yang bergetar, kini Rafa menatap Dean.

"Maaf nih, bukannya gue mau ikut campur. Kok lo jatuhnya kayak pengecut, ya? Lo laki laki, bro! Gak malu sama jakun?" Ava menatap Rafa yang menaikan satu sudut bibirnya sembari menatap remeh pada Dean. Tatapan yang sangat Ava benci ternyata terlihat sekarang namun bukan tertuju untuknya.

Dean terkekeh sinis sambil berdiri.
"Lo gak ada sangkut pautnya disini. Coba lo tutup mulut busuk lo itu dan gak ngeganggu."

Rafa tertawa kecil. Tawa yang manis dimata Ava.
"Kebalik, Mas. Selain kata kata lo yang busuk ternyata hati lo juga busuk." dengan santai nya Rafa berbicara seperti itu tanpa melihat lawan bicaranya yang sudah emosi.

Dean maju dan menarik kerah baju Rafa. Menatap tajam tepat pada mata Rafa yang dibalas tatapan remeh andalannya.

"Bocah gak tau apa apa mending diem!"

Rafa mengangkat tangannya melepas genggaman tangannya pada Ava.
"Ampun, yang lebih tua." nada bicaranya begitu menyebalkan ditelinga pendengarnya. Rafa memang pandai dalam hal membuat emosi.

Rafa menepis tangan Dean yang mencengkram kerah bajunya dan kembali duduk.

"Coba lo bersikap dewasa diumur lo yang udah menuju dewasa ini. Pikir pake otak lo yang masih tersisa itu, kalau itu anak lo dan dia lahir tanpa seorang ayah, gimana menurut lo? Apa gak nyesel?" Ava kembali berbicara setelah melihat Dean tenang sedikit.

"Viva masih punya banyak cowok buat dijadiin ayah dari anaknya."

Plak.

Ava bangun dan menampar pipi Dean dengan kencang sampai Dean menolehkan kepala.

"Iya, sih. Lo gak pantes jadi masa depan Viva. Lo masih bocah." Ava kini menatap Rafa yang juga tengah menatapnya.

"Ayo pulang." Rafa berdiri, menggenggam tangan Ava lalu berlalu pergi dari cafe kucing tersebut. Meninggalkan Dean yang terdiam tanpa kata ditempat.

All Secrets [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang