Bab 9 - My Husband, My Hero!!!

2K 200 1
                                    

Banyak komentar tentang sikap Stefan terhadap Yuki kemarin. Ada yang bilang Yuki membuat Stefan marah besar sehingga ia diperlakukan seperti itu. Lalu ada yang mengatakan kalau Stefan menyeret Yuki karena Stefan menyukai gadis itu. Dan terakhir, ada yang mengatakan kalau sekarang mereka tengah berpacaran. Banyak asumsi yang bermunculan mengenai mereka. Asumsi yang menyebar itu membuat Aureli, gadis yang mengaku paling populer dan sudah lama menyukai Stefan itu marah besar.

"Gue harus kasih pelajaran tuh cewek. Berani-beraninya dia ngerebut Stefan dari gue," ucap Aureli tajam.

"Lo mau apain tuh cewek, Rel?" tanya salah satu temannya. Aureli tersenyum miring sambil menatap ke satu objek.

"Dia akan mendapatkan malu yang ngga bakalan dia lupa seumur hidupnya." desis Aureli tajam sambil menatap tajam gadis yang berjalan keluar kelas yang tak lain adalah Yuki.

Yuki berjalan keluar kelas menuju toilet sekolah. Ia terlihat buru-buru masuk ke dalam toilet. Ada beberapa pasang mata yang memperhatikan ia dari jauh. Dari balik sebuah pohon di dekat lapangan yang menghadap ke toilet. Pemilik beberapa pasang mata itu keluar saat melihat Yuki sudah masuk ke dalam. Tak lama kemudian Aureli datang bersama beberapa temannya sambil membawa ember yang berisi air. Mereka pun masuk kedalam toilet. Aureli melihat satu toilet yang masih tertutup karena yang lainnya sudah terbuka. Berarti tidak salah lagi. Ia tidak mungkin melakukan kesalahan. Target telah terkepung.

Aaakkhh... Teriakan Yuki menggema ditoilet yang membuat Aureli dan teman- temannya cekikikan tanpa bersuara. Aureli memerintahkan teman- temannya untuk menyiram Yuki didalam toilet. Alhasil, tubuh Yuki basah kuyup. Ia berteriak minta tolong tapi sia-sia saja karena tidak ada siapa-siapa diluar kecuali Aureli dan teman-temannya. Aureli menjentikkan jarinya lalu mengajak teman-temannya keluar.

"Woiii... Siapa ngerjain gue?? Jahat banget sihhh..." teriak Yuki.

Yuki menatap dirinya yang basah kuyup. Seketika ia terhenyak. Ia tidak mungkin keluar dengan keadaan seperti ini. Basah kuyup. Transparan. Pakaian dalamnya terlihat jelas dari luar. Yuki menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Siapa pun orang memperlakukannya seperti pasti orang itu sangat membenci dirinya. Tapi siapa orang itu? Kenapa orang itu membencinya?

Di kelas, Adi celingak-celinguk mencari sosok Yuki yang tidak juga muncul. Padahal sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Nina yang melihat Adi seperti itu tiba-tiba merasa khawatir terhadap Yuki. Takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Karena beberapa hari ini Yuki telah diteror. Seseorang meletakkan setangkai mawar putih diloker Yuki. Menurut Nina, itu hadiah. Tapi bagi Yuki, itu seperti sebuah peringatan. Makanya ia merasa diteror akhir-akhir ini. Nina memandang Adi sekilas, lalu melirik jam dipergelangan tangannya. Bukk... Bukk... Langkah tergesa-gesa dan napas terengah-engah berdiri di hadapan Adi dan Nina.

"Lo kenapa, Shil?" tanya Nina bingung.

"Gue... Gue tadi mau ke toilet, tapi ngga jadi. Soalnya gue denger ada yang teriak-teriak gitu. Terus
tiba-tiba Aureli sama temen-temennya keluar dari toilet." jelas Ashilla, salah satu teman sekelas Yuki.

Adi dan Nina bergegas lari ke toilet. Mereka takut terjadi sesuatu pada Yuki. Karena sampai sekarang Yuki belum juga kembali. Sesampainya di toilet, Adi dan Nina agak terkejut. Karena beberapa anak berdiri diluar toilet. Adi dan Nina saling berpandangan. Nina pun segera berlari masuk kedalam.

"Yuki... Yuki..." teriak Nina sambil membuka pintu toilet satu per satu. Yuki mengenal suara itu.

"Nina, gue di sini..." ucap Yuki pelan. Nina langsung memandang ke arah sumber suara, pintu toilet yang tertutup.

"Yuki, lo baik-baik aja kan?" tanya Nina panik.

"Iya, gue baik-baik aja." jawab Yuki.

"Ada apa? Kenapa lo ngga keluar? Lo kekunci ya?" tanya Nina lagi.

"Ngga kok. Cuma gue ngga bisa keluar. Gue malu," ujar Yuki. Nina mengerutkan dahinya. Bingung dengan jawaban Yuki.

"Ma...maksud lo?" tanya Nina.

"Susah ngejelasinnya. Tapi yang jelas, gue baik-baik aja kok. Lo ngga usah khawatir." ujar Yuki.

Nina terdiam. Ia memikirkan bagaimana caranya agar tahu apa yang sedang terjadi pada Yuki. Ia pun berjalan keluar dan menemui Adi. Nina menceritakan apa yang terjadi didalam. Setelah mendengar semuanya, kini Nina kembali masuk kedalam bersama Adi. Tok... Tok... Tok... Adi mengetuk pintu pelan.

"Yuki, ada apa? Kenapa lo ngga mau keluar?" tanya Adi khawatir.

"Gue ngga bisa, Di. Gue malu mau keluar." ujar Yuki.

"Emangnya kenapa lo malu, hah?" tanya Adi semakin cemas. Yuki menatap tubuhnya yang tidak memungkinkan untuk ia keluar. Ia tidak mempermalukan dirinya dengan memperlihatkan underwear miliknya.

"Gue ngga bisa jelasin, Di. Pokoknya lo sama Nina ngga usah khawatir, oke?" ujar Yuki menjelaskan.

Di kelas 2 IPA 1...
Bukk... Bukk... Bukk... Langkah tergesa-gesa dari Brandon, teman sekelas Stefan mengejutkan seisi kelas. Napasnya terdengar ngos-ngosan. Wajahnya terlihat sangat panik. Ali terkekeh geli melihat keadaan teman sekelas itu.

"Kenapa lo, Bro? Dikejar setan?" tanya Ali sambil menepuk pelan bahu Brandon. Brandon menggeleng pelan.

"Ada anak kekunci di toilet cewek," ujar Brandon. Ali sedikit terkejut mendengarnya.

"Siapa? Anak kelas berapa?" tanya Ali lagi.

"Yuki, anak 2 IPS 1." jawab Brandon.

"Hah? Yuki yang temannya Adi kapten basket," ujar Ali. Brandon mengangguk.

Seketika Ali ternganga. Ia menatap Kevin dan Stefan bergantian. Kevin bergegas lari keluar. Stefan memandangi kedua temannya yang sudah berlari lebih dulu. Sejenak ia terdiam. Apa yang harus ia lakukan? Berlari dan menolong Yuki atau tetap diam saja. Ia tidak ingin mengecewakan sahabatnya. Tadi ia melihat jelas kalau Kevin begitu khawatir terhadap Yuki. Stefan mengacak rambutnya frustasi. Ia memejamkan matanya, lalu sedetik kemudian ia pun berlari menyusul Ali dan Kevin.

Setibanya di depan toilet, Kevin dan Ali sudah berdiri didepan pintu. Mereka terlihat enggan untuk masuk. Kenapa tidak, Adi dan Nina sudah ada disana. Mereka sedang membujuk Yuki untuk keluar. Tapi jawaban gadis itu tetap sama. Ia malu untuk keluar. Stefan menerobos masuk. Adi dan Nina menatap Stefan bingung. Lelaki itu tidak peduli. Ia pun berdiri menghadap pintu toilet. Tok... Tok... Tok.... Stefan mengetuk pelan pintu toilet.

"Adi, udah gue bilang, gue ngga pa-pa. Jadi kalian..."

"Yuki..." potong Stefan. Yuki terdiam sejenak.

"Stefan..." ucapnya pelan.

"Iya, ini gue... Stefan," ujar Stefan. Yuki agak terkejut. Stefan ada disini? Apa yang akan ia lakukan?

"Yuki, lo ngga pa-pa?" tanya Stefan pelan.

"Gue ngga pa-pa, Fan. Tolong suruh mereka semua pergi. Gue ngga bisa keluar sekarang," ujar Yuki.

"Dengar, lo harus keluar sekarang." ujar Stefan.

"Gue ngga bisa, Fan." ujar Yuki pelan.

"Kenapa?" tanya Stefan pendek. Yuki menarik napas pelan.

"Gue malu. Badan gue basah kuyup. Bajunya basah dan... pokoknya gue malu kalo keluar." jelas Yuki.

"Kalo gitu, biarin gue masuk." ujar Stefan setengah berbisik. Ia tidak ingin Nina dan Adi mendengar ucapannya.

"Ngga!" pekik Yuki menolak mentah-mentah tawaran Stefan. Bagaimana bisa ia membiarkan Stefan untuk masuk, sedangkan keadaannya mengenaskan seperti sekarang. Stefan semakin mendekatkan wajahnya ke pintu toilet.

"Gue ini suami lo. Jadi ngga pa-pa. Lo mau gue dobrak pintu ini supaya lo bisa keluar," desis Stefan. Namun Yuki dapat mendengarnya dengan jelas.

Kedua matanya membulat besar mendengar ucapan suaminya itu. Stefan benar, ia adalah suaminya. Lelaki yang sudah halal untuk dirinya. Apapun yang terjadi, Stefan berhak tahu. Kreeekk... Perlahan pintu terbuka. Hanya sedikit yang terbuka. Yuki menahannya agar tidak terbuka terlalu lebar. Nina dan Adi memandang tidak percaya pada apa yang mereka lihat. Yuki menuruti keinginan Stefan untuk membukakannya pintu.

Adi bertambah kaget saat melihat Stefan ikut masuk kedalam. Begitu masuk, Yuki segera menutup pintunya lagi. Semua orang yang berada diluar dibuat tercengang oleh aksi gila Stefan dan Yuki. Bagaimana bisa dua orang berbeda jenis kelamin berada diruang sempit yang sama. Asumsi mereka sedang berpacaran semakin meyakinkan. Mana mungkin dua orang mau berduaan kalau tidak ada hubungan apa-apa.

"Tenang, Vin. Nanti kita tanya Stefan, apa yang sebenarnya terjadi." ujar Ali menenangkan Kevin yang terlihat gusar saat ini.

"Yuki apa-apaan sih, kenapa dia ngebiarin cowok itu masuk sedangkan kita..." kesal Adi. Nina hanya diam. Ia juga syok dengan apa yang terjadi.

Di dalam toilet, Yuki berdiri sambil menyilangkan kedua tangannya untuk menutupi bagian tubuhnya. Stefan ternganga sebelum akhirnya ia merasa malu sendiri berada di situasi seperti ini. Ehemm... Stefan berdehem kecil sambil memperhatikan tubuh Yuki. Benar-benar mengenaskan. Tubuhnya basah. Dan keadaan terburuknya adalah seragam yang transparan. Sehingga memperlihatkan pakaian dalam Yuki. Stefan terdiam sejenak. Ia memikirkan cara apa yang tepat untuk menolong istrinya.

Tiba-tiba Stefan tersenyum miring. Menunjukkan smile evil-nya. Yuki mundur beberapa langkah dan berhenti setelah mentok ke dinding. Ia menatap Stefan ngeri. Apa yang akan dilakukan Stefan padanya? Perlahan Stefan membuka kancing bajunya. Mulut Yuki ternganga lebar. Matanya membulat sempurna.

"L... L... Lo mau ngapain?" tanya Yuki gugup. Stefan hanya tersenyum. Yuki menelan ludahnya susah dengan payah.

"Buka baju lo," ujar Stefan sembari melepas baju dari tubuhnya dan hanya menyisakan kaos putih oblong.

"APAAA!!" pekik Yuki tertahan.

"Ssstt... Lo berisik banget sih. Buka baju lo, ganti pake baju gue." ujar Stefan seraya memberikan bajunya pada Yuki. Gadis itu menatap Stefan lekat.

"Cepat ganti baju lo. Ntar keburu masuk." ketus Stefan.

"Berbalik," ucap Yuki pelan. Stefan mengerutkan dahinya bingung.

"Masa iya lo mau liat gue buka baju," ujar Yuki datar. Stefan tersenyum jahil.

"Buka aja. Kita kan suami istri," ujar Stefan.

"Lo mau mati ya!!" desis Yuki tajam. Stefan tertawa geli. Kemudian Stefan pun berbalik badan. Yuki dengan segera mengganti bajunya dengan baju Stefan.

Yuki menepuk pelan punggung Stefan. Ia pun berbalik dan mendapati Yuki telah berganti pakaian. Yuki memandang ke bawah, ke arah roknya yang basah. Lalu memandang Stefan dengan raut wajah memelas. Tukk... Satu pukulan kecil mendarat dikepala Yuki. Yuki meringis kecil sambil mengusap pelan kepalanya.

"Ayo, keluar. Gue anterin lo pulang." ujar Stefan sembari menggandeng tangan Yuki.

Sedetik kemudian, keduanya pun keluar dari toilet. Yuki menunduk dalam. Ia berjalan dibelakang tubuh Stefan. Ia menyembunyikan wajah malunya dibalik punggung kekar Stefan. Yuki dan Stefan melewati semua anak-anak yang tengah berbisik membicarakan mereka. Langkah Stefan terhenti saat melihat jaket yang dikenakan Ali.

"Ali, gue pinjem jaket lo." ujar Stefan.

Tanpa menolak ataupun menanyakan alasannya, Ali langsung melepas jaketnya lalu memberikannya pada Stefan. Lelaki itu menerimanya dan langsung melingkarkan jaket itu ke pinggang Yuki. Stefan mengikat jaket itu di tubuh Yuki dengan posisi seperti berpelukan. Kontan, semua terperangah melihat aksi romantis Stefan. Setelah selesai, ia kembali menggandeng tangan Yuki, lalu pergi meninggalkan mereka yang tercengang-cengang kaget.

"Mereka kayaknya beneran pacaran deh, Rel." ujar salah satu teman Aureli.

Aureli hanya diam. Ia menatap tajam ke arah Yuki yang digenggam tangannya oleh Stefan. Kedua tangannya mengepal keras. Tatapan matanya seolah siap membunuh kapan saja.

"Tunggu aja, gue akan ngelakuin hal yang lebih buruk lagi daripada hari ini. Lo akan gue bikin nyesel karena udah ngerebut Stefan dari gue." ujar Aureli sambil menatap Yuki dan Stefan hingga kedua orang itu menghilang di ujung koridor kelas.

* * *

A Little Thing Called LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang