Yuki berjalan menuju lapangan basket. Di sana ada Adi yang sedang bermain basket sendirian. Yuki memandangnya lekat. Beberapa hari ini mereka tidak saling bicara. Adi selalu saja menghindari Yuki. Saat Yuki mendekat, maka Adi akan pergi menjauh. Sebentar lagi mereka akan selesai sekolah. Dan Yuki tidak mau kehilangan Adi nantinya.
Adi terus men-dribble bolanya. Namun, ia menghentikannya saat melihat Yuki berdiri di hadapannya sambil tersenyum kecil. Adi membuang napasnya berat. Ia pun melewati Yuki dan terus men-dribble bolanya. Yuki tersenyum miris. Sepertinya akan sedikit sulit untuk mendekati Adi saat ini. Tapi, ia tidak boleh menyerah. Yuki mengejar Adi, lalu ia mengambil bola yang sedang menggelinding. Adi menatapnya dengan sedikit kesal.
“Balikin,” ucap Adi sambil berusaha mengatur napasnya.
“Ngga. Sebelum lo dengerin penjelasan gue,” ucap Yuki tegas.
“Penjelasan apa lagi? Ngga ada yang perlu dijelasin. Semuanya udah jelas. Cepet balikin,” ujar Adi sambil mengelap keringat di lehernya.
“Cewek itu manfaatin gue, dia morotin gue sampe gue harus berhutang dengan Nina dan Gio. Dia juga udah nyium Stefan,” cerita Yuki. Adi memandang Yuki lekat. Ia pun terkekeh sumbang.
“Stefan? Jadi lo cemburu Stefan ciuman sama cewek gue,” ujar Adi sinis. Yuki menatap Adi tak percaya.
“Emangnya lo ngga cemburu?” tanya Yuki balik. Adi berjalan mendekati Yuki. Ia menatap Yuki tajam dari jarak hanya beberapa senti saja. Yuki membalas tatapan Adi.
“Ngga, karena dia bukan siapa-siapa gue. Asal lo tahu, gue ngga pernah pacaran sama Nasya. Gue hanya ngebantuin dia untuk balas dendam sama Rangga. Dan, gue pengen cari perhatian sama lo.” Kedua mata Yuki membulat besar.
“Adi,” lirih Yuki.“Gue ngerasa jauh banget sama lo, Ki. Lo selalu dengan cowok berengsek itu. Dan gue, ngga pernah lo peduliin lagi. Kita ngga pernah pergi dan pulang bareng sekolah lagi. Ngga pernah sarapan bareng lagi. Saling bercerita pun ngga lagi, karena lo selalu sibuk dengan cowok berengsek itu.” Adi menatap Yuki sendu. Yuki meraih tangan Adi.
“Maafin gue, Di. Gue ngga bermaksud kayak gitu. Tapi, semuanya berjalan tanpa gue sadari. Gue sayang sama lo. Gue ngga mau kehilangan sahabat kayak lo. Please, maafin gue.” Yuki menatap Adi dengan penuh rasa bersalah.
Dari kejauhan, Stefan melihat itu semua. Ia menggeram pelan. Kenapa mereka berdua harus berpegangan tangan segala. Mata Stefan melotot saat melihat Adi menarik tubuh Yuki ke pelukannya. Dan Yuki terlihat pasrah saja. Emosi Stefan sudah mencapai kepalanya. Ia tidak bisa melihat itu berlangsung lama. Ia hendak melangkah, namun sebuah tangan menghentikannya.
“Jangan, yuki cuma ingin sahabatnya kembali.” Stefan menoleh kesal.
“Tapi ngga dengan si jangkung itu. Gue tahu dia suka sama Yuki. Dan gue yakin, kalo gue pergi nanti, pasti dia akan ngedeketin Yuki lagi. Gio, ini tugas lo untuk ngejagain sistri gue supaya ngga dideketin si jangkung itu,” ujar Stefan sambil menahan kesal. Gio menaikkan sebelah alisnya.
“Lo minta temen-temen lo buat ngejagain Yuki supaya ngga deket sama gue, tapi kenapa lo malah mint ague ngejagaain Yuki, heh?” ucap Gio datar. Stefan terdiam. Benar juga, kenapa ia minta pertolongan Gio?
“Udahlah, lupain.” Stefan berjalan pergi meninggalkan Gio yang tertawa geli dengan sikap Stefan tadi.
“Bukan gue ataupun si jangkung itu, Fan. Tapi, tuan muda itu yang akan ngerebut Yuki. Dan saat itu terjadi, gue ngga bisa berbuat apa-apa…” ucap Gio pelan. Ia memandang Yuki lekat.
Benar, Gio tidak bisa berbuat apa-apa kalau sudah menyangkut masalah Al. Karena Al adalah sepupunya yang paling menyebalkan. Ia tidak tahu kenapa Al bisa menjalin hubungan itu. Gio menggeleng frustasi. Apa yang harus ia lakukan kalau waktunya sudah tiba nanti? Haruskah ia membawa Yuki kabur dan menyembunyikannya sampai Stefan kembali nanti.
* * *
Tanpa terasa Yuki dan lainnya sudah menjalani masa SMA selama 3 tahun ini. Sekarang mereka sudah lulus dan akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Yuki, Nina, Kimberly, Ali, Kevin, dan Gio mereka memasuki universitas yang sama. Beruntung mereka masih bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Thing Called Love
Teen FictionSesuatu yang kecil akan bermakna lebih indah saat hati kita dapat memahaminya...