Bab 30 - She Loves You

1.8K 145 3
                                    

Yuki berdiri mematung di balkon sambil memperhatikan Stefan dan lainnya bersenang-senang. Mereka membuat pesta kebun kecil-kecilan. Sebagian makanan berasal dari hasil panen mereka tadi. Seperti tersadar akan sesuatu, Yuki beranjak dari tempatnya. Ia berjalan ke suatu tempat.

Mereka hanya salah paham. Kejadian itu adalah kecelakaan. Saat itu, Tuan dan Nyonya besar sedang berada di rumah kaca. Di sana juga ada Stefan kecil yang bermain. Tanpa sengaja salah satu kaca ada yang belum terpasang. Kaca tersebut jatuh dan hampir mengenai Stefan kecil. Dengan sigap Tuan besar melindungi Stefan. Akhirnya Tuan besar yang tertimpa kaca. Tuan besar tidak bisa bertahan dan akhirnya meninggal. Sejak saat itu, Nyonya menganggap Stefan-lah penyebab kematian Tuan besar.

Cerita dari Aryo tadi masih terekam jelas di memori otak Yuki. Ia tahu, semua yang terjadi bukanlah kesengajaan. Melainkan karena kecelakaan. Namun sepertinya Oma sulit menerima itu semua. Yuki berjalan pelan sambil membawa beberapa tangkai bunga tulip. Ia berhenti tepat di depan kamar Oma. Yuki menarik napas panjang, lalu menghembuskannya pelan. Tok... Tok... Tok... Yuki mengetuk pelan pintu kamar Oma. Kreekk... Pintu terbuka. Yuki tersenyum saat melihat Oma berdiri di depan pintu.

"Aku boleh masuk, Oma?" tanya Yuki.

"Ada apa kamu malam-malam ke kamar saya?" tanya Oma balik. Yuki melangkah masuk.

"Besok 'kan aku mau pulang. Jadi aku mau kasih ini ke Oma. Ini aku petik langsung lho," ujar Yuki seraya memberikan bunga tulip pada Oma.

"Tidak perlu repot-repot. Bunga-bunga saya masih banyak," ujar Oma sambil memasukkan bunganya ke dalam pot kaca.

"Tapi itu bunga yang berbeda, Oma. Bunga itu ditanam langsung oleh Stefan,"

Seketika wajah Oma berubah. Ia menggenggam erat tangkai bunga tulipnya. Perlahan Yuki melangkah mendekati Oma. Ia melihat tangan Oma meremas kuat tangkai bunganya. Lalu, tanpa disangka, Oma membuang bunga tulip itu ke tempat sampah. Yuki tercengang untuk sekian detik. Namun kemudian ia tersenyum kecil. Perlahan dipungutnya bunga tulip itu dari tempat sampah. Dan berusaha memperbaiki tangkainya yang telah rusak. Oma terkekeh sumbang melihat tingkah Yuki.

"Oma boleh menghancurkan dan membuang bunganya. Tapi, Oma ngga boleh menghancurkan hati Stefan dan membuangnya jauh dari Oma." ucap Yuki pelan.

"Kamu tidak tahu apa-apa?" ucap Oma dengan suara agak meninggi.

"Aku tahu. Selama ini Oma berusaha menutup mata dan hati Oma untuk melihat Stefan. Oma terus membencinya. Padahal Oma tahu, Stefan ngga bersalah."

"Berhenti. Jangan bicara lagi," ketus Oma.

"Oma tahu itu kecelakaan. Oma juga tahu Kakek ngelakuin itu karena Oma." lirih Yuki.

"Tapi gara-gara anak itu saya kehilangan orang yang paling saya cintai. Dan kamu tidak tahu bagaimana rasanya." ucap Oma dengan suara bergetar, karena ia menahan tangisnya. Yuki tersenyum miris.

"Aku tahu gimana rasanya, Oma. Aku kehilangan kedua orangtuaku. Mereka meninggal karena aku. Aku menolak perjodohan ini. Dan akhirnya mereka pergi mencari cara lain supaya perjodohan itu batal. Tapi..." Yuki menangis. Oma tercekat melihat Yuki.

"Aku justru kehilangan mereka. Sebenarnya aku tahu semua itu untuk kebahagiaan aku. Tapi aku berusaha menutup mata untuk tidak peduli. Dan pada akhirnya, kehilangan mereka adalah harga yang harus aku bayar untuk membuka mata aku itu, Oma." Yuki menarik napas pelan untuk menenangkan dirinya.

"Stefan sangat menyayangi Oma. Dia berusaha untuk mendekati Oma, tapi Oma selalu memberi jarak padanya. Selain dia membantah, dia ngga tahu apa yang harus dia lakuin untuk menarik perhatian Oma. Aku yakin, kalau saat itu Oma berada di posisi yang sama, Oma pasti akan ngelakuin hal yang sama dengan apa yang udah Kakek lakukan." Oma menangis sesunggukan. Ia meremas kuat baju bagian dadanya. Ia mengangguk pelan.

"Saya pasti akan melindunginya. Saya tidak ingin Stefan terluka sedikit pun,"

Yuki memeluk Oma erat. Ia mengusap lembut punggung Oma. Membiarkan wanita tua itu menangis dipelukannya. Menumpahkan segala beban yang selama ini ia pikul sendiri. Setelah dirasa tenang, Yuki pun meninggalkan kamar Oma. Ia tersenyum saat berada di luar kamar. Oma menatap pintu yang ditutup oleh Yuki. Lalu matanya menatap lekat bunga tulip yang Yuki perbaiki tadi. Ia pun tersenyum kecil. Gadis itu telah berhasil membuka hatinya yang telah tertutup lama oleh keegoisan dan ketidakikhlasan. Kehilangan orang yang ia cintai membuatnya mencari orang yang dipersalahkan atas kepergian suaminya. Dan Stefan-lah orang yang dipersalahkan itu. Meskipun ia tahu Stefan tidaklah bersalah.

A Little Thing Called LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang