Bab 18 - Finish or End?

1.7K 158 2
                                    

Setelah kejadian di rumah sakit, hubungan Stefan dan Ariel sedikit merenggang. Ariel selalu menghindar dari Stefan. Begitu juga dengan hubungan Yuki dan Stefan. Keduanya merasa canggung saat bertatap muka. Namun lama kelamaan, Yuki merasa tidak nyaman dengan hubungan mereka ini. Ia pun memantapkan diri untuk berbicara pada Stefan.

"Apa gue perlu ngomong lagi sama dia," ujar Yuki sembari menunjukkan senyumnya. Stefan memandang sekilas. Lalu ia menggeleng pelan.

"Ngga perlu. Lo udah banyak ngebantuin gue," ujar Stefan datar.

Yuki beranjak dari duduknya. Lalu ia berjalan ke arah Ariel. Stefan terkejut melihat Yuki yang menemui Ariel. Terlihat Yuki sedang berbicara pada Ariel. Entah apa yang mereka bicarakan. Namun sedetik kemudian, Yuki tersenyum sambil mengacungkan ibu jarinya. Stefan memandang Yuki bingung.

"Di Cafe pukul 4 sore. Ariel mau denger semua ceritanya dari lo," ujar Yuki saat Stefan menanyakan apa yang terjadi.

Stefan awalnya tidak percaya, namun ia merasa sangat senang mendengar hal itu. Ia pun kini sudah tiba di tempat yang disebutkan Ariel tadi. Stefan menunggu dengan perasaan gelisah. Beberapa menit kemudian Ariel datang. Kemudian ia pun duduk dihadapan Stefan.

"Ceritain semuanya. Aku mau denger dari mulut kamu," ujar Ariel pelan namun tegas. Stefan menarik napas pelan.

"Begini..."

Stefan mulai menceritakan semuanya. Dari awal hingga hari ini. Menceritakan alasan ia menerima pernikahannya bersama Yuki. Awalnya, Ariel terlihat sangat terkejut. Namun sesaat kemudian ia mulai memahami maksud Stefan. Stefan tidak bersalah dimasalah ini. Begitu juga dengan Yuki, menurut Ariel, Yuki juga tidak bersalah. Jadi ia mengambil satu keputusan yang terbaik untuk Stefan dan Yuki.

"Apa? Cerai?" tanya Stefan agak terkejut setelah mendengar saran dari Ariel.

"Iya, cerai. Kalo kamu dan Yuki bercerai. Semua masalah selesai. Toh kalian sama-sama ngga menginginkan pernikahan itu 'kan?" ujar Ariel meyakinkan.

Stefan terdiam sesaat. Sekilas ia teringat kejadian dimana ia menyanggupi permintaan orangtua Yuki untuk menjaga dan melindungi Yuki. Dan ia juga teringat bagaimana Yuki menangis meminta pertolongannya. Sejak saat itu, ia berjanji pada dirinya sendiri tidak akan membuat gadis itu menangis lagi.

"Tapi aku ngga bisa, Riel." ujar Stefan pelan.

"Kenapa?" tanya Ariel tak percaya.

"Karena aku udah janji sama orangtua Yuki. Paling ngga sampai kita selesai sekolah." jelas Stefan.

"Berarti satu sampe dua tahun lagi. Kalo gitu, kamu keluar aja dari rumah itu. Tinggal bersama Ali ataupun Kevin. Jujur, aku ngga bisa ngebiarin kamu tinggal bersama dia." ujar Ariel.

Stefan tercengang mendengar ucapan Ariel. Seketika wajah gadis itu berubah. Menunjukkan ketidaksenangannyan. Sangat terlihat jelas di mata Stefan.

* * *

Ali menatap Stefan tak percaya. Stefan hanya diam. Menunduk dalam sambil menatap kosong ke arah lantai. Kevin menatap Stefan tajam. Kedua tangannya sudah mengepal keras. Sejam yang lalu, Stefan menemui kedua sahabatnya itu. Meminta pendapat tentang permintaan Ariel padanya. Ali dan Kevin sudah memberikan sarannya. Namun sepertinya Stefan sudah memiliki keputusannya sendiri.

"Jadi apa pilihan lo?" tanya Kevin tajam.

"Untuk sementara waktu gue akan tinggal di rumah Ali." ujar Stefan pelan.

"Fan, lo serius. Pikirin lagi baik-baik. Beberapa hari yang lalu Yuki sakit, dan gue yakin itu pasti gara-gara lo." ujar Ali.

"Tapi gue ngga mau nyakitin Ariel, Li." ujar Stefan.

A Little Thing Called LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang