Bab 15 - Revenge!!!

1.7K 166 3
                                    

Yuki duduk di bangku taman belakang rumahnya. Ia duduk sambil membaca buku pelajaran IPS di tangannya. Besok pagi ada ulangan IPS dikelasnya. Tiba-tiba Stefan datang sambil membawakan segelas susu cokelat dan roti isi sebagai cemilan. Yuki memandang Stefan sekilas, lalu ia tersenyum kecil. Stefan duduk di sebelah Yuki. Ia menarik napas pelan.

"Pasti lo udah tahu soal Ariel dari Ali dan Kevin," ujar Stefan tiba-tiba. Tidak menjawab, Yuki hanya mengangguk pelan.

"Gue sayang banget sama dia. Dia cewek pertama yang bisa ngertiin gue. Waktu dia pergi tanpa pamit, gue marah banget sama dia. Bahkan gue benci, tapi sekarang..." Stefan menghentikan kalimatnya. Ia memandang Yuki lekat.

"Keadaannya udah berbeda. Udah ada elo di hidup gue. Meskipun sebenarnya..."

"Hanya setahun, Fan. Setelah itu lo maupun gue bebas. Jadi, lo bisa nunggu sampe hari itu datang." sela Yuki memotong ucapan Stefan.

"Tapi, Ki..."

"Lo sayang ‘kan sama dia. Dan lo ngga mau kehilangan dia. Gue tahu itu, iya ‘kan?" tanya Yuki. Stefan terdiam. Lalu mengangguk pelan. Yuki tersenyum kecil.

"Seperti yang lo bilang. Kita jalanin aja, pasti semuanya akan cepat berlalu." ujar Yuki pelan. Stefan menggenggam erat tangan Yuki.

"Makasih ya, lo udah mau ngerti." ujar Stefan sambil tersenyum.

Yuki pun tersenyum, lalu ia mengangguk pelan. Stefan pun beranjak dari duduknya dan meninggalkan Yuki sendiri. Tanpa Yuki sadari ia meremas bukunya keras. Setetes bening mengalir pelan. Yuki mengusapnya pelan.

"Bodoh!!! Kenapa lo nangis, Ki?" rutuk Yuki pada dirinya sendiri.

"Karena lo udah jatuh cinta sama dia," ujar seseorang dari belakang.

Yuki menoleh ke belakang dan mendapati Kimberly tengah berdiri sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Yuki menatap Kimberly bingung. Kimberly berjalan ke arah Yuki, kemudian ia duduk di sebelah Yuki.

"Bener ‘kan tebakan gue?" tanya Kimberly. Yuki menggeleng tegas.

"Baby..."

"Gue ngga tahu, Kim. Gue ngga ngerti sama perasaan gue sendiri. Gue rasa bukan jatuh cinta, tapi seperti... ehmm... rasa bersalah karena gue udah ada diantara mereka." jelas Yuki.

"Apa lo cemburu?" tanya Kimberly lagi.

"Ngga, Kim." jawab Yuki sambil menggeleng cepat.

"Terus, kenapa lo nangis?" tanya Kimberly. Yuki menarik napas pelan.

"Gue ngga cemburu. Tapi gue sakit hati waktu Stefan bilang kalo gue itu cuma... pembantunya dia. Gue tahu semua itu karena orang itu. Tapi gue ngerasa dikhianati, Kim." ujar Yuki. Kimberly menghembuskan napasnya.

"Kalo gitu lo bales aja perbuatannya," ujar Kimberly. Yuki mengernyitkan dahinya.

"Bales? Bales gimana maksud lo?" tanya Yuki bingung.

"Yaa... cari cowok lain." jawab Kimberly cepat. Yuki tampak berpikir.

"Tapi cowoknya siapa?" tanya Yuki.

Kimberly terdiam. Matanya melirik ke atas. Otaknya bekerja, membuka memori nama-nama lelaki yang ia kenal. Sedetik kemudian ia tersenyum senang, lalu cekikikan sendiri. Yuki jadi bingung sendiri melihat tingkah Kimberly yang terlihat aneh.

* * *

Pagi-pagi sekali Yuki sudah berangkat ke sekolah. Ia sengaja menghindar dari Stefan. Entah kenapa ia tidak ingin hatinya semakin bingung dengan perasaannya sendiri. Adi yang baru datang, setibanya dikelas langsung kaget melihat Yuki yang sudah duduk manis dikursinya. Tak lama kemudian datang Kimberly dan Nina.

"Wuihh... tumben nih, udah nongol aja pagi-pagi." ujar Nina sambil tertawa kecil. Yuki hanya tersenyum tipis.

"Oh ya, Girls. Gue punya rencana nih, jadi..."

Adi pun berbicara panjang lebar tentang rencananya untuk mengisi libur akhir pekan ini. Yuki, Nina, dan Kimberly mendengarkan rencana Adi dengan baik. Tiba-tiba Kimberly tersenyum senang.

"Kebetulan banget," ujar Kimberly senang. Ketiganya memandang Kimberly bingung. Karena Kimberly terlihat begitu bersemangat sekali.

"Kebetulan? Kebetulan kenapa?" tanya Adi.

"Ehmm... kebetulan waktu gue lagi kosong. Jadi gue boleh ikut ‘kan?" tanya Kimberly.

"Ya iyalah lo ikut. Lo juga ikut kan, Nin?" tanya Adi.

"Itu pasti," jawab Nina.

"Yuki, lo bisa ikut ‘kan?" tanya Nina. Yuki tampak berpikir.

"Pasti Yuki ikut. Iya ‘kan, baby?" ujar Kimberly sambil memainkan kedua alisnya.

Memberi isyarat agar Yuki menyutujui rencana Adi. Yuki pun tersenyum, kemudian ia mengangguk pelan. Adi bersorak girang. Yuki melirik Kimberly sekilas. Kimberly tersenyum. Senyuman itu membuat Yuki sedikit ngeri. Entah kenapa tiba-tiba ia merasa ada sesuatu yang akan terjadi. Yuki tidak bisa menebaknya.

A Little Thing Called LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang