Bab 4 - We've Been Married Now!!!

2K 206 1
                                    

Tidak butuh waktu lama untuk Indra menyiapkan segala sesuatu tentang pernikahan. Penghulu, mas kawin, dan saksi sudah lengkap. Stefan dan Yuki duduk berdampingan didepan penghulu dan Arian.

"Izinkan saya menikahkan putri saya, pak penghulu." ujar Arian pelan. Pak penghulu terdiam sejenak, lalu mengangguk sambil tersenyum.

"Saya nikahkan engkau dengan putri saya, Yuki Sheira Arlyn binti Arian Prima Arlyn dengan mas kawin cincin 10 gram dibayar tunai." ujar Arian dengan perlahan.

"Saya terima nikahnya Yuki Sheira Arlyn binti Arian Prima Arlyn dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." ucap Stefan dengan tegas dan mantap.

"Bagaimana saksi, apakah pernikahannya sah?" tanya penghulu.

"Sah!" jawab kedua saksi yang merupakan dokter rumah sakit tersebut.

"Alhamdulillah... Kalian sudah resmi menjadi suami istri." ujar penghulu.

"Sayang, kamu harus jadi istri yang baik. Selalu patuh dan hormati suami kamu." ucap Riyanti pelan. Yuki mengangguk pelan sambil menahan tangisnya.

"Mami harus cepat sembuh ya," lirih Yuki.

"Stefan," panggil Arian. Stefan mendekat dan memegang tangan Arian.

"Saya titip Yuki. Tolong, jaga dan lindungi dia. Jangan biarkan dia merasa kesepian." ujar Arian pelan.

"Aku janji, Pi, Mi. Aku akan menjaga dan melindungi Yuki. Aku akan membahagiakan dia." ujar Stefan penuh ketegasan. Yuki menatap Stefan tak percaya.

Beberapa saat kemudian, semua menjadi tegang. Karena kondisi Arian dan Riyanti semakin kritis. Saat ini keduanya sudah tidak sadarkan diri. Yuki tidak henti-hentinya menangis. Ia memeluk Regina dengan erat. Tiiiittt.... Bunyi panjang dari alat bantu yang terpasang ditubuh Arian dan Riyanti. Hal itu menandakan keduanya telah pergi menghadap Sang Pencipta.

"Papi... Mami... Kalian ngga boleh tinggalin aku..." Yuki menangis sekerasnya. Stefan memeluk Yuki dari belakang agar istrinya itu tenang. Pada akhirnya semua yang bernyawa akan kembali pada Pencipta-nya apabila telah datang waktunya.

* * *

Dua gundukan tanah merah yang masih basah. Menyebarkan aroma tanah. Gundukan itu dihiasi berbagai macam jenis bunga. Yuki mengusap lembut dua buah nisan secara bergantian.

Takdir seperti apa yang sedang ia jalani. Kehilangan kedua orangtua. Menikah muda dengan seorang lelaki yang berstatus sebagai musuh besar. Bagaimana bisa ia menjalani hidup seperti ini? Yuki menangis sejadi-jadinya.

Tidak banyak yang tahu soal kepergian orangtua Yuki. Hanya beberapa orang saja. Yuki tidak ingin semua orang tahu kalau ia sekarang adalah anak yatim piatu. Dan yang paling penting, ia tidak ingin semua orang tahu kalau ia sudah menikah. Statusnya kini telah bertambah menjadi seorang istri.

* * *

Satu minggu kemudian...
Setelah menikah memang tidak ada yang berubah atau pun berbeda dalam kehidupan Yuki maupun Stefan. Namun itu sebelum hari ini. Regina dan Indra membawa keduanya ke suatu tempat. Mereka pikir ini adalah waktu yang tepat. Keduanya harus belajar hidup mandiri. Mengurus rumah tangga mereka sendiri.

Yuki dan Stefan berdiri di depan sebuah rumah bercat putih. Letaknya tidak jauh dari rumah orangtua Stefan. Rumah minimalis dengan halaman depan yang cukup luas. Suasananya juga terlihat nyaman.

"Ini rumah siapa, Ma?" tanya Stefan. Regina tersenyum lalu berdiri diantara Yuki dan Stefan. Lalu merangkul keduanya.

"Selamat datang dirumah kalian berdua," ujar Regina semangat.

"APA???" pekik Yuki dan Stefan serempak. Regina dan Indra tertawa kecil melihat tingkah keduanya.

"Tapi kan, Ma, kita masih sekolah. Masa Mama tega sama aku," keluh Stefan sambil memasang wajah memelas. Yuki mengangguk pelan menyetujui ucapan suaminya.

"Bagaimana pun juga kalian itu sudah menikah. Tidak baik tinggal bersama orangtua. Ah, masalah uang belanja dan biaya keperluan lainnya itu masih tanggung jawab kami. Karena kalian masih pelajar. Jadi, jangan pikirkan soal uang. Okey, sayang." ujar Regina sambil menepuk pelan pipi Stefan. Pfuuhh... Stefan menghembuskan napasnya pelan.

Mereka masuk kedalam rumah. Mata Yuki menatap seluruh isi rumah. Rumah ini berbeda dengan rumah yang ia tempati sebelumnya. Yuki menunduk lesu. Bagaimana bisa ia tinggal bersama orang yang ia benci. Yuki...hidup lo memang menyedihkan, gumam batin Yuki. Bukk... Sebuah tas besar jatuh tepat di sebelah kaki Yuki.

A Little Thing Called LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang