Yuki berjalan sambil menenteng dua kantong plastik hitam di tangannya. Ia baru saja membeli snack untuk menemaninya mengerjakan tugas kampus yang menumpuk. Ia harus lembur malam ini, sebab besok pagi tugas-tugas itu sudah harus dikumpulkan. Yuki harus terpaksa berjalan, karena supir di rumah orangtua Stefan sedang cuti. Sedangkan Max tidak ada di rumah.
Yuki menghentikan langkahnya saat melihat sekumpulan lelaki yang berada di sebuah kios bensin. Sebenarnya ia enggan melewati orang-orang itu. Tapi, jalan itu adalah satu-satunya jalan menuju rumah mertuanya. Yuki jadi teringat dengan Stefan yang menghajar orang-orang itu hingga babak belur karena mereka mengganggunya. Tapi sekarang tidak ada Stefan yang akan melindunginya, jadi ia harus menjaga dirinya sendiri. Yuki menarik napasnya pelan. Ia pun berjalan lurus ke depan.
"Suittt... Suitt... Cantik, sendirian aja, kita temenin mau ngga? Hahaha..." ucap salah satu dari mereka. Yuki mempercepat langkahnya tanpa mempedulikan teriakan orang-orang itu.
Salah satu dari mereka berhenti di depan Yuki sambil merentangkan kedua tangannya. Mata Yuki membulat kaget. Tanpa sadar, ia pun melangkah mundur. Namun, di belakangnya sudah ada lelaki lain. Yuki memandang ke sekelilingnya. Orang-orang itu sedang mengelilingi Yuki. Mereka tertawa-tawa sambil berusaha meraih tubuh Yuki. Yuki mengayunkan kantong plastiknya untuk melindungi diri.
"Jangan takut, cantik. Kami hanya ingin berkenalan dengan kamu," ucap salah seorang dari mereka sambil mencolek dagu Yuki. Tubuh Yuki gemetar ketakutan. Tapi, ia harus terlihat tetap kuat.
Ciiiitttt... Sebuah mobil Lamborghini berhenti tepat di hadapan Yuki dan orang-orang itu. Yuki menoleh ke arah mobil itu. Sepertinya ia mengenal mobil itu. Mobil itu milik... Al keluar sambil merapikan pakaiannya. Ia melepas kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Al berjalan cepat mendekati Yuki. Orang-orang itu hanya memandangi Al dengan bengong. Al menarik tangan Yuki.
"Maaf ya, sayang. Kamu udah nunggu lama ya?" ucap Al seraya mengecup lembut dahi Yuki.
Yuki terhenyak. Untuk beberapa saat ia mematung di tempatnya. Saat sadar dari keterhenyakannya, ia sudah berada di dalam mobil bersama Al. Tidak ada pertengkaran maupun keributan. Semuanya berjalan begitu cepat. Yuki hanya memandang sekilas saat Al mulai menstarter mobilnya dan berlalu pergi dari tempat itu. Al sesekali menoleh ke arah Yuki yang masih terlihat sangat syok.
"Yuki, kamu ngga pa-pa 'kan?" tanya Al pelan. Yuki menggeleng cepat.
"Kita mau kemana?" tanya Yuki bingung saat melihat arah jalan yang berbeda dari rumah mertuanya.
"Maaf, aku ngga tahu rumah kamu. Aku ada urusan sebentar, setelah itu aku akan antar kamu pulang ya?" jelas Al. Yuki pun mengangguk. Salahnya juga tidak memberitahu alamat rumah mertuanya.
Yuki mendongakkan kepalanya membaca tulisan besar di atas pintu masuk. Beat Club. Tulisan itu berkelap-kelip karena lampu seri yang terpasang. Yuki mengerutkan dahinya. Tempat ini...adalah klub malam. Tempat orang-orang clubbing. Yuki mengetahuinya dari orang-orang yang terlihat keluar-masuk sambil berjalan sempoyongan. Yuki menelan ludahnya susah payah. Apa yang akan dilakukan Al di tempat seperti ini?
"Kamu mau nunggu di luar?" tanya Al. Yuki menggeleng. Ia pun mengikuti Al yang masuk ke dalam.
Yuki tercengang melihat pemandangan yang ada di depan matanya. Banyak orang, laki-laki dan perempuan sedang berjoget-joget di bawah lampu temaram dan berwarna-warni. Yuki mengedikkan bahunya ngeri. Ini kali pertama ia datang ke tempat seperti ini. Yuki melangkah pelan sambil memperhatikan sekitarnya. Ia pun tidak memperhatikan jalan di depannya.
Brukk.. Arghhh... Awww... Pekik seorang gadis di hadapan Yuki. Yuki tidak sengaja menabrak gadis itu yang menyebabkan gaun yang dikenakannya tertumpah oleh minuman yang dibawanya. Yuki menutup mulutnya kaget. Gadis di hadapannya menatap Yuki tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Thing Called Love
Ficção AdolescenteSesuatu yang kecil akan bermakna lebih indah saat hati kita dapat memahaminya...